Mohon tunggu...
Ria Mahardika
Ria Mahardika Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ~simple~

Selanjutnya

Tutup

Nature

Makanan Menjadi Racun Akibat Miskin Pengetahuan

28 April 2012   19:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kini zaman sudah semakin canggih, hampir segala sesuatunya yang dahulu dirasa sulit untuk didapatkan ataupun direalisasikan, kini menjadi semakin mudah dilakukan. Cara hidup yang serba instan membuat manusia lama kelamaan terbuai dalam kenikmatan teknologi yang serba praktis. Dahulu para penulis menuangkan inspirasinya dengan mesin tik, alat yang dianggap kurang praktis dalam penggunaannya. Namun kini tidak lagi, kita dapat menuangkan inspirasi kita dengan mudah tanpa harus bersusah payah seperti penulis di zaman dahulu. Komputer, laptop, notebook, bahkan alat komunikasi canggih pun dapat menjadi media yang mumpuni untuk berkarya. Dulu paraorangtua kita berhubungan satu sama lain menggunakan surat yang dititipkan pada kantor pos. Namun kini semua itu bisa kita lakukan, dengan mudah, dengan kata lain secara instan dan efisien tanpa harus menitipkannya di kantor pos, ya! Dengan layanan SMS atau Short Message Service. Benar-benar zaman yang berkembang dengan pesat.

Seiring dengan pesatnya laju perkembangan teknologi, seolah seirama dengan pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan teori maupun ilmu pengetahuan yang bersifat terapan. Jika dibandingkan dengan ilmu yang bersifat teoritis, ilmu pengetahuan terapan lebih mudah menyebar di kalangan masyarakat, hal tersebut disebabkan karena ilmu terapan bersifat lebih aplikatif di kehidupan sehari-hari. Terlebih jika ilmu terapan tersebut pada pengaplikasiannya relatif murah dan efisien, jelas sekali ilmu tersebut mudah disalahgunakan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab. Tidak terlepas dari teknologi yang canggih, penggunaan bahan kimia berbahaya kini marak digunakan sebagai bahan campuran pembuat makanan atau minuman akibat miskinnya pengetahuan.

Tidak jarang terdapat berita yang santer terdengar memaparkan bahwa terdapat ikan berformalin, bakso berboraks, makanan yang diberi pewarna sintetis, dan berita lainnya yang menyandingkan nama makanan dengan bahan kimia berbahaya. Hal tersebut bisa jadi merupakan salah satu bentuk penyalahgunaan ilmu pengetahuan terapan ataupun miskinnya wawasan mengenai pengetahuan itu sendiri. Oknum tersebut mungkin saja belum mengetahui bahaya dari penggunaan bahan-bahan berbahaya apabila dikonsumsi secara berkala. Sebagian dari mereka hanya mengetahui bahwa penggunaan formalin untuk mengawetkan ikan, boraks atau yang biasa dikenal para ibu dengan sebutan pijer atau bleng digunakan untuk menambah kekenyalan makanan, dan bahan-bahan kimia berbahaya lain yang mereka nilai dapat menambah daya jual makanan tersebut. Sehingga dengan demikian, praktis oknum yang menjual makanan yang bercampur dengan zat berbahaya tersebut dapat meraup keuntungan yang lebih besar dari biasanya.

Faktanya, jika ditinjau dari segi kesehatan, formalin adalah salah satu bahan yang berguna untuk mengawetkan mayat, sedangkan boraks merupakan bahan kimia yang lazim digunakan sebagai bahan pembuat antiseptik atau sebagai salah satu bahan pembuat detergen. Dapat kita bayangkan apabila kedua bahan tersebut mengendap di dalam tubuh kita, maka bisa jadi dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan kita dapat menuai dampak negatifnya. Formalin dan boraks merupakan bahan kimia berbahaya yang kini sudah lumrah digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan makanan. Namun sesungguhnya, masih banyak bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh lainnya yang belum tereksplorasi khalayak ramai, contohnya seperti pemanis sakarin, siklamat, nitrosamin, MSG, rhodamin B, metanil yellow, acrylamide, bisphenol A, dan lain sebagainya. Apabila seseorang mengkonsumsi bahan-bahan tersebut, kemungkinan dampaknya belum terlihat dalam jangka waktu yang relatif singkat, namun apabila bahan tersebut diakumulasikan secara kontinu dalam tubuh, maka dampaknya bisa sangat berbahaya seperti muntah-muntah, alergi, kerusakan ginjal, kerusakan hati, kanker, komplikasi, bahkan kematian. Menyikapi hal ini diperlukan penyuluhan untuk mengenalkan kepada masyarakat betapa berbahayanya bahan-bahan kimia tersebut jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Permasalahan adanya bahan kimia di dalam makanan, kini semakin pelik. Persaingan dalam dunia penjualan makanan membuat para pedagang berlomba-lomba untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Harga bahan baku yang mahal dan makanan yang tidak tahan lama untuk disimpan terkadang menjadi alasan utama mereka dalam melaksanakan niat jahat. Apabila hal ini terus menerus terjadi, masyarakat Indonesia akan mengakumulasi bahan kimia berbahaya di dalam tubuh mereka. Hal itu terang saja dapat menyebabkan mutasi sel yang menyebabkan kanker, hingga kematian. Bisa dikatakan bahwa nantinya di dalam tubuh sebagian masyarakat Indonesia mengandung zat berbahaya. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa di beberapa tahun ke depan akan ada banyak warga yang sakit komplikasi ataupun korban meninggal berjatuhan yang diakibatkan dari mengkonsumsi makanan yang dicampur dengan bahan kimia berbahaya. Sungguh ironi apabila hal itu terjadi, makanan yang jelas-jelas adalah sumber energi, dalam beberapa tahun kemudian menjadi racun pembasmi manusia.

Menyikapi hal ini, sudah seharusnya kita cerdas dalam memilih makanan-makanan yang hendak kita konsumsi. Salah satu cara agar kita dapat memilih makanan yang aman adalah dengan memperkaya pengetahuan kita akan campuran zat kimia berbahaya yang kemungkinan dapat dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan makanan, karena begitu banyak media yang bisa kita jadikan sumber pengetahuan, seperti televisi, radio, bahkan internet. Keseluruhan media tersebut bisa bernilai lebih apabila kita memanfaatkan secara benar. Dalam hal ini BPOM memiliki andil yang cukup besar dalam memantau peredaran makanan-makanan yang tidak layak konsumsi, agar kelak ke depannya bangsa Indonesia tidak akan mewariskan generasi berpenyakit atau generasi kanker. Selain BPOM, departemen kesehatan dan departemen perdagangan pun hendaknya lebih mengencangkan ikat pinggang mereka, mengingat semakin banyaknya jenis makanan yang beredar dengan berbahan campuran kimia berbahaya serta semakin mudahnya bahan tersebut didapatkan di pasaran secara bebas dan harga yang relatif terjangkau. Mari kita menjaga kesehatan bersama, dengan meningkatkan pengetahuan dan peka terhadap permasalahan kesehatan, agar kelak bangsa Indonesia memiliki warisan penerus bangsa yang cerdas dan sehat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun