Mohon tunggu...
Ria Juliana
Ria Juliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Orientalisme dan Oksidentalisme: Cara Pandang Orang Barat dengan Orang Timur dalam Prespektif Islam

13 Oktober 2024   18:09 Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Orientalisme dan oksidentalisme adalah dua macam yang spesifik dalam memahami cara pandang terhadap Islam, baik di daerah barat maupun daerah timur. Orientalisme, yang diperlihatkan oleh Edward Said, menunjukkan pada cara Barat menggambarkan dan mempelajari Timur, terutama Islam, sebagai sesuatu yang primitif dan eksotis. Pandangan tersebut sering kali menghasilkan pandangan yang negatif, yang di mana umat Islam indetik dengan kekerasan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Akibat dari argumen tersebut, citra Islam dalam pandangan orang Barat menjadi buruk sehingga menciptakan kesalahpahaman dan ketakutan terhadap komunitas Muslim.

Sementara itu, oksidentalisme muncul akibat tanggapan dari dunia Islam kepada pandangan orientalis tersebut. Oksidentalisme membentuk pada cara masyarakat Muslim melihat, menggambarkan dan mengkritik Barat, menekankan bahawa orang barat itu indentik dengan ketidakadilan, kekuasaan, dan eksploitasi yang sering dikerjakan oleh negara-negara barat. Dalam hal ini, oksidentalisme berguna sebagai upaya dalam membela dan mempertahankan agama Islam di tengah kebanyakan perspektif Barat yang sangat merugikan. Oksidentalisme menciptakan narasi lain supaya berusaha mengembalikan nama baik dan keadilan masyarakat Muslim.

Pengaruh orientalisme dan oksidentalisme terhadap narasi Islam sangat signifikan. Di Barat, citra negatif yang dibuat dalam orientalisme sering kali mengacu pada konteks Islamofobia, di mana orang Islam dipandang sebagai ancaman bagi tradisi dan budaya barat Barat. Hal ini tampak dari meningkatnya ketidakadilan, kebijakan yang tidak adil, dan perlakuan kekerasan terhadap individu dan kelompok Muslim. Ketidakpahaman dan kesalahpahaman ini sangat memperburuk ikatan antara komunitas non-Muslim dan Muslim.

Di sisi lain, oksidentalisme dalam banyaknya kasus, dapat menciptakan gerakan tidak wajar yang menolak semua bentuk tradisi maupun budaya Barat. Namun, banyak kecerdasan Muslim yang berupaya untuk menjadi perantara kedua dunia ini dengan cara pendekatan adil dan dialogis. Mereka berusaha untuk menunjukkan bahwa nilai- nilai Islam dan nilai-nilai Barat tidak selalu bertentangan dan bermusuhan tetapi bisa saling melengkapi dalam perihal modern saat ini.

Secara garis besar, orientalisme dan oksidentalisme saling bersangkutan dan dapat berpengaruh dalam menciptakan persepsi tentang Islam. Memahami kedua perspektif ini sangatlah penting karena dapat menciptakan percakapan dam pemahaman yang lebih positif antara Barat dan Timur. Dengan mengurangi klise dan meningkatkan pemahaman di antara barat dan timur, kita juga bisa membangun koneksi di antara barat dan timur supaya yang lebih menghormati dan harmonis antara kedua dunia, serta dapat menciptakan sebuah ruang bagi berbagai keberagaman dan saling menghormati dalam masyarakat yang semakin kompleks ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun