Mohon tunggu...
Riady Yahya Angkat
Riady Yahya Angkat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Long life learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekspresi Identitas Melalui Busana: Bagaimana Penggunaan Pakaian Menjadi Media Ekspresi Diri dan Identitas "Skena Lifestyle"

11 November 2024   17:21 Diperbarui: 11 November 2024   17:22 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gaya berpakaian telah menjadi lebih dari sekadar memakai pakaian; itu adalah sebuah pernyataan, sebuah narasi yang membangun dan menggambarkan identitas seseorang. Dalam sorotan khusus ini, kita akan membahas bagaimana penggunaan pakaian telah menjadi media ekspresi diri dan identitas unik dalam "skena lifestyle".Busana tidak lagi hanya tentang merek atau tren terkini; itu telah menjadi bahasa visual yang memungkinkan individu menyampaikan siapa mereka sebenarnya. Dari anak muda kreatif hingga penggiat busana, "skena lifestyle" membawa keberagaman dalam penggunaan pakaian sebagai bentuk ekspresi diri yang autentik. 

Dengan melibatkan penggiat di bidang skena, Risad Kemal, yang membagikan kisahnya mengenai kehidupan skena, kita akan menyelidiki bagaimana gaya hidup busana lambat dan keberlanjutan turut membentuk identitas dalam setiap helai kain. Melalui wawancara eksklusif dan analisis mendalam, kita akan menggali makna di balik setiap pilihan busana dan bagaimana hal itu mencerminkan jati diri. Mari bersama-sama memahami bagaimana setiap liputan fashion dan penggunaan pakaian menjadi lebih dari sekadar gaya; itu adalah pernyataan, ekspresi, dan identitas yang mencerminkan "skena lifestyle" dalam keberagaman dan kompleksitasnya.

"Skena merupakan gaya hidup," Risad Kemal

dan tidak bisa di patokin kepada satu kata karena penjelasan orang-orang pasti beda. Main pointnya itu pesona skena sama ya kaya yang di sosial media, yang membedakan ya personal branding dari seseorang," ucap Kemal. Sebenarnya skena adalah sebuah fenomena kultural yang dikenal sebagai "Skena." Bukan hanya sekedar gaya berpakaian, "Skena" melibatkan suatu gaya hidup dan identitas yang diadopsi oleh anak muda, terutama di dunia digital.

"Skena" merupakan singkatan dari tiga kata, yaitu sua, cengkerama, dan kelana, yang menciptakan istilah yang menggambarkan kebebasan, kekreatifan, dan eksplorasi. Ahli bahasa Ganjar Harimansyah menegaskan bahwa "Skena" tidak hanya sekedar kata, melainkan sebuah pernyataan identitas. Gaya hidup "Skena" melibatkan kebebasan berekspresi, keberanian dalam berinovasi, dan keinginan untuk menciptakan sesuatu yang unik. Outfit "Skena" tidak hanya sekedar pakaian; itu adalah bentuk seni, ekspresi diri, dan pesan tentang siapa kita. Kombinasi antara elemen fashion tradisional dan modern menciptakan gaya yang unik dan mencerminkan identitas personal. Dengan begitu, kita memasuki dunia "Skena," di mana anak muda tidak hanya mengekspresikan diri melalui busana, tetapi juga melibatkan diri dalam kebebasan berekspresi dan gaya hidup yang mencerminkan keunikan masing-masing individu.

Busana, selain sebagai penutup tubuh, kini menjadi sarana ekspresi diri yang tak terelakkan. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 80% responden menganggap busana adalah bentuk ekspresi yang signifikan dalam menunjukkan identitas personal. Penggunaan busana sebagai bentuk ekspresi diri semakin menjadi tren. Studi yang dilakukan oleh Fathul Qorib melalui Jurnalnya menegaskan bahwa busana memiliki peran vital dalam menyampaikan pesan identitas. Pilihan gaya, warna, dan desain busana mencerminkan nilai-nilai personal.

Menurut Kemal, seorang penggiat skena, "Outfit skena tidak hanya tentang penampilan mencolok. Aspek kenyamanan sangat diperhitungkan, memungkinkan kita tampil beda tanpa kehilangan rasa nyaman dalam beraktivitas sehari-hari." Penggunaan outfit skena tidak hanya sekedar menciptakan tampilan yang unik, tetapi juga mengutamakan aspek kenyamanan dan gaya yang berbeda dari yang lain. Sebagai suatu bentuk ekspresi diri, outfit skena memungkinkan individu untuk menonjolkan keunikan mereka melalui pilihan busana yang jarang ditemui.

"Dalam tren fashion skena, variasi gaya seperti oversized shirts, loose jeans pants, dan boots menjadi pilihan utama. salah satu cara untuk mengikuti busana skena adalah meniru influencer skena, yang bisa menginfluence dan memiliki bahasa yang bisa dengan di mengerti seperti Sastra Silalahi", ucap Kemal.

Untuk mengikuti gaya skena, menurut kemal tidak perlu mengeluarkan banyak dana, karena penggiat skena, minat beli terhadap barang bekas (thrifting) seringkali dipengaruhi oleh faktor harga. Penggiat skena cenderung lebih memilih barang bekas karena sering dianggap lebih terjangkau dan memberikan nilai unik, terutama dalam mencari barang-barang langka. Meskipun sebagian besar barang bekas di thrift store dapat dibeli dengan harga yang lebih rendah dibandingkan barang baru, minat beli juga dipengaruhi oleh keunikan dan keaslian suatu item.

Penggiat skena biasanya mencari barang rare dan uni, yang mungkin sulit ditemukan di toko-tok pakaian konvensional. Oleh karena itu, mereka dapat menganggap harga yang relatif rendah sebagai keuntungan tambahan, memungkinkan mereka untuk mengoleksi preferensi ini dapat bervariasi di antara individu. Beberapa penggiat skena mungkin lebih fokus pada nilai estetika dan keunikannya daripada faktor harga. Oleh karena itu, sementara harga dapat menjadi pertimbangan penting, minat beli juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti keadaan barang, merek, dan sejumlah mana suatu item mencerminkan gaya pribadi mereka.

Tidak hanya sekedar gaya, outfit skena menjadi sebuah pernyataan bahwa seseorang tidak takut berbeda dan mengeksplorasi style yang jarang ditemui di tengah arus mainstream fashion.

Gaya berpakaian dianggap sebagai bentuk ekspresi dan identitas diri yang kuat. Melalui pilihan busana, seseorang dapat mengekspresikan nilai-nilai, minat, dan kepribadian mereka. Berbagai penelitian menyoroti peran fashion sebagai media komunikasi ekspresi diri, dimana pemilihan busana mencerminkan pesan dan nilai tertentu. Misalnya, gaya busana anak punk yang cenderung mengenakan pakaian hitam untuk mengekspresikan konsep kebebasan.

Pentingnya fashion dalam menciptakan identitas diri juga terlihat dalam penggunaan media sosial, di mana individu, terutama mahasiswa, menggunakan busana sebagai bentuk ekspresi dan identitas diri mereka. Pilihan busana di media sosial tidak hanya sekedar penampilan fisik, tetapi juga mencerminkan pesan-pesan dan nilai-nilai tertentu. Dengan demikian, fashion tidak hanya menjadi pakaian biasa, tetapi juga menjadi bahasa komunikasi yang kuat untuk mengekspresikan siapa diri seseorang dan nilai apa yang mereka anut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun