Kisah dalam film ini disebut sebagai epik, menghadirkan lapisan kompleksitas yang mendalam dalam interaksi antara manusia dan kecerdasan buatan. Sebuah ulasan memuji kisah yang tidak hanya hangat, tetapi juga meresapi kedalaman emosional, menjadikan film ini hampir mencapai kesempurnaan pada tahun 2023. Dalam segi visual, "The Creator" menghadirkan sebuah anugerah visual yang memukau dengan memanfaatkan aspek rasio 2.76:1 ultra wide. Pemanfaatan teknologi visual yang begitu megah memberikan dimensi visual yang tidak hanya mencolok, tetapi juga memukau.
Skenario film menggunakan alur cerita dan arketipe sebagai inti emosional, tetapi aspek terbaiknya adalah dunia visual yang dibangun dengan indah. Dengan durasi 133 menit, film ini hadir dalam layar IMAX dan reguler, memberikan pengalaman sinematik yang lebih mendalam. Dilabeli sebagai film sci-fi terbaik di tahun 2023, "The Creator" mendorong batas-batas masa depan dengan cerita berbasis kecerdasan buatan Film menggambarkan konflik yang unik antara umat manusia dan kecerdasan buatan, memberikan sudut pandang yang menarik.
Film ini menimbulkan kebanggaan di kalangan masyarakat Indonesia karena berhasil mengangkat tiga lagu Indonesia ke kancah perfilman Hollywood. Kehadiran lagu-lagu tersebut, yang merupakan karya dari band Golden Wing asal Palembang, tidak hanya menjadi pemanis melalui latar musik, tetapi juga menggambarkan kekayaan seni musik Indonesia. Selain itu, film ini menunjukkan komitmen terhadap unsur lokal dengan melibatkan orang-orang Indonesia asli. Lokasi produksi yang dipilih, seperti Bali dan Bromo, bukan hanya sekadar setting tetapi menjadi bagian integral dari cerita. Pemilihan lokasi ini memberikan keaslian dan keindahan tersendiri yang memperkaya pengalaman penonton. Pemeran utama dalam film juga memberikan sentuhan personal dengan beberapa kali mengucapkan kata-kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini tidak hanya menambah kedalaman karakter, tetapi juga menunjukkan apresiasi terhadap keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia. Film ini bukan hanya sebuah karya sinema, tetapi juga persembahan artistik yang merangkul keindahan musik, kekayaan budaya, dan pesona alam Indonesia.
Berdasarkan Rotten Tomatoes, situs yang mengumpulkan ulasan dan review dari berbagai film dan serial televisi secara umum menunjukan rating dari film "The Creator" ini mencapai angka 76% berdasarkan audience score lebih dari 1000 rating dan ulasan. Jika di konversi kedalam rating, film ini mendapatkan rating 4 dari 5 average rating.
Berdasarkan beberapa penilaian kritikus film, tema yang diusung oleh produksi ini cenderung melibatkan naratif umum mengenai seorang pria yang berupaya melindungi seorang anak, namun terdapat kecenderungan untuk tidak sepenuhnya menekankan esensi dari cerita dan karakter. Kritik ini muncul karena adanya fokus yang berlebihan pada aspek visual yang begitu memukau dalam penyajian film. Beberapa pengamat film berpendapat bahwa film ini terlalu terpaku pada keindahan visualnya sehingga mengabaikan pengembangan yang lebih mendalam terhadap jalan cerita dan karakter. Meskipun visual yang memukau dapat memberikan pengalaman sinematik yang luar biasa, namun terdapat catatan bahwa hal tersebut tidak boleh menjadi penghalang bagi pengembangan yang kuat dari inti cerita dan karakter dalam sebuah karya sinema. Penting untuk diingat bahwa kritik ini bersifat subjektif dan tergantung pada preferensi masing-masing penonton. Beberapa orang mungkin mengapresiasi keindahan visual yang ditonjolkan, sementara yang lain mungkin lebih mengutamakan kedalaman cerita dan karakter dalam mengevaluasi kualitas suatu film.
Film ini dikritik karena eksekusinya membatasi ide yang seharusnya lebih liar. Fokus yang terlalu kuat pada aksi bisa mengurangi ruang untuk ide-ide kreatif yang lebih berani. Beberapa penonton merasa bahwa babak terakhir film terasa terburu-buru, mengurangi kesempatan untuk menggali lebih dalam dalam penyelesaian cerita. Ini dapat memengaruhi kepuasan penonton terhadap pengembangan karakter dan plot. Sebuah ulasan menyebutkan bahwa penceritaan film terasa tanggung, tidak mencapai tingkat kualitas yang diharapkan. Ini dapat mempengaruhi pengalaman menonton dan daya tarik film. Meskipun secara umum diapresiasi, ada kritik terhadap akting Joshua sebagai bintang utama, terutama dalam beberapa adegan di mana ekspresi emosionalnya dianggap kurang mendalam. Film ini mendapat kritik karena fokus terlalu kuat pada efek visual yang megah, sehingga beberapa orang berpendapat bahwa hal ini dapat mengalahkan esensi plot dan pengembangan karakter.
Film ini terkenal dengan visual efek yang memukau. Gareth Edwards berhasil menciptakan pengalaman sinematik yang luar biasa dengan efek khusus yang canggih dan detail visual yang mengesankan. "The Creator" menonjol karena mengambil pendekatan yang berbeda dalam genre fiksi ilmiah dengan mengeksplorasi sisi positif dari kecerdasan buatan. Film ini tidak hanya fokus pada bahaya, tetapi juga mengeksplorasi potensi positif teknologi AI, menciptakan narasi yang unik. Film ini menampilkan pemeran utama yang kuat, termasuk John David Washington, Gemma Chan, dan Ralph Ineson. Penampilan mereka dianggap sebagai salah satu daya tarik utama film ini. Terdapat panduan penjelasan mendalam tentang plot, akhir cerita, dan makna film, yang dapat menarik perhatian penonton yang suka mendalami cerita film.
Salah satu film yang menggarap konsep AI sebelumnya adalah "AI love you", film Thailand yang berlatar belakang masa depan dan menceritakan kisah cinta manusia dengan AI. Film ini mengisahkan kisah cinta antara manusia dan entitas AI di masa depan. Pada intinya, naratifnya membahas dampak kesalahan dalam proses produksi teknologi AI.
"AI Love You" menciptakan dunia di mana kecerdasan buatan memiliki perasaan dan aspirasi serupa dengan manusia. Ceritanya menyoroti konsekuensi dari kesalahan dalam pengembangan teknologi AI, memperlihatkan bagaimana kehidupan AI berkembang dan menginginkan pengalaman layaknya manusia. Di sisi lain, film "The Creator" (2023) mengambil pendekatan yang berbeda. Berlatar belakang konflik antara manusia dan robot AI, film ini mengeksplorasi konsep teknologi AI yang diciptakan dengan sengaja untuk menggantikan seorang anak yang telah meninggal. Kisahnya lebih fokus pada aspek penggantian kehilangan melalui kecerdasan buatan. Dengan demikian, dua film ini, meskipun berada dalam genre yang sama, memberikan nuansa yang unik dalam pemahaman dan eksplorasi terhadap kehidupan bersama teknologi AI.
Film ini menceritakan tentang kesalahan dalam proses produksi teknologi AI dan membuat teknologi ini memiliki perasaan dan menginginkan kehidupan layaknya manusia biasa. Sedangkan film "The Creator" menceritakan teknologi AI yang sengaja diciptakan untuk menggantikan seorang anak yang telah meninggal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H