Oleh: Riad
Pernahkah anda berjumpa dengan seseorang yang karena ketampanan atau kecantikannya sehingga anda begitu terpukau padanya? Ataukah anda pernah dengan tiba-tiba mengalami insomnia yang panjang setelah anda berkenalan dengan seseorang, yang wajahnya, suaranya, tatapannya dan semua yang berkaitan tentangnya selalu hadir di benak anda? Atau mungkin anda pernah merasakan sesuatu yang aneh yang meributi rongga dada anda tatkala namanya terdengar di telinga anda? Apakah anda pernah mengalami salah satu dari gejala-gejala tersebut? Ataukah semua gejala-gejala itu pernah anda alami? Â Â
Normalnya, ketika anda pernah mengalami salah satu dari gejala-gejala di atas atau bahkan semua gejala-gejala itu anda pernah alami, maka anda akan berkesimpulan bahwa apa yang anda alami itu adalah reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh cinta. Anda mencintai orang itu sehingga anda dibuat terpukau olehnya, pikiran anda tidak pernah luput darinya karena cinta anda kepadanya, dan seperti itu pula jantung anda akan bergetar dengan sangat kuat di saat namanya terdengar di telinga anda, itu juga karena anda teramat sangat mencintainya. Demikianlah efek-efek yang ditimbulkan oleh cinta dan tentunya itu hanyalah sebagian kecilnya saja. Â
Bagi seorang Nicholas Sparks, semua gejala-gejala yang telah disebutkan di atas akan dianggap sebagai dampak yang ditimbulkan oleh cinta. Sebagaimana yang pernah ia ungkapkan "cinta itu seperti angin. Kau tak dapat melihatnya, namun kau bisa merasakannya." Namun lain lagi bila kita bertanya kepada Simon Cowell, cinta menurutnya adalah sesuatu yang sangat sukar untuk dimengerti oleh manusia. Dia pernah berkata "terkadang orang suka bingung membedakan cinta sejati dengan ego, nafsu dan rasa tidak aman."
Dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan tentang cinta yang lainnya dari para tokoh dunia. Namun yang pastinya, cinta akan selamanya hadir dalam kehidupan kita. Dalam aktivitas kita, cinta juga ikut mewarnainya. Cinta adalah ketika anda membantu orang yang sedang dirundung kesulitan, cinta adalah di saat anda merangkul mereka yang ingin berputus asa dan cinta pula lah yang membuat anda menolak untuk menerima balasan atas apa yang telah anda berikan. Erich Fromm pernah berujar "cinta adalah suatu seni yang memerlukan pengetahuan serta latihan. Cinta adalah suatu kegiatan dan bukan merupakan pengaruh yang pasif. Salah satu dari esensi cinta adalah adanya kreativitas dalam diri seseorang, terutama dalam aspek memberi dan bukan hanya menerima."
Kita semua tentu memiliki rasa untuk mencintai, baik itu cinta terhadap lawan jenis, orang tua kita, sahabat-sahabat kita juga terhadap Tuhan yang maha kuasa. Untuk mencintai tentunya kita tidak harus belajar dulu sebelumnya tentang cinta, sebab cinta bukanlah sesuatu yang harus dipelajari. Cinta adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan, seperti yang dikatakan oleh Nicholas Sparks sebelumnya.
Sekaitan dengan cinta terhadap lawan jenis, baik dia itu sebagai istri kita, suami kita ataupun sebagai pacar kita. Cinta yang seperti apa yang kita miliki terhadapnya? Apakah kita mencintainya karena kita membutuhkannya? Sebagaimana yang dikatakan oleh Erich Fromm "cinta yang tidak dewasa akan berkata aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu." Ataukah kita adalah orang-orang yang sedang kebingungan untuk membedakan cinta dengan nafsu, sehingga kita pun tidak tahu apakah kita benar-benar tulus mencintai pasangan kita atau kita hanya sekedar terdorong oleh hawa nafsu kita? Seperti yang dikatakan oleh Simon Cowell sebelumnya.
Tentu kita hanya ingin disebut sebagai pecinta yang sejati bukan? Dan kita tidak ingin menjadi pecinta seperti yang dikatakan oleh Erich Fromm tentunya, yakni mencintai karena membutuhkan. Apatah lagi kita akan disebut sebagai orang yang sedang kebingungan untuk membedakan cinta dengan nafsu, tentu kita tidak menginginkannya. Namun apakah memang seperti itu adanya, bahwa kita adalah pecinta sejati yang sebenarnya? Pastinya, penulis tidak akan mungkin menuliskan jawabannya di sini, karena jawabannya hanya ada pada diri kita sendiri. Dan semoga kita tidak seperti orang-orang yang dimaksud oleh Erich Fromm maupun Simon Cowell.
Menurut Murtadha Muthahhari, salah seorang pemikir asal Iran, dalam bukunya yang berjudul Elixir Cinta, cinta itu terbagi atas dua jenis; cinta ilahi dan cinta hewani. Tentu hal ini sangat penting untuk kita ketahui, karena kenapa? kita kembali lagi pada proposisi sebelumnya bahwa kita hanya ingin disebut sebagai pecinta yang sejati. Dan untuk mengetahui apakah kita sudah menjadi sebagai pecinta sejati atau bukan, tentunya terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu cinta sejati. Olehnya itulah tidak ada salahnya bagi kita untuk sedikit membahas dua jenis cinta yang diuraikan oleh Murtadha Muthahhari tersebut, karena barangkali setelah kita membahasnya, kita pun akan mengetahui kedudukan cinta yang kita miliki terhadap pasangan kita. Â
Dalam buku Elixir Cinta itu, cinta ilahi juga disebut sebagai cinta sejati. Selain itu, ia juga dianggap sebagai jenis cinta yang paling tertinggi maqamnya. Sehubungan dengan cinta terhadap pasangan, orang yang memiliki jenis cinta ini tidak lagi melihat pasangannya sebagai orang yang berbeda dengannya, melainkan dia sudah menganggap pasangannya sebagai dirinya sendiri. Dia rela memberikan apapun terhadap pasangannya, bahkan dengan nyawanya sekalipun. Arti kata "memberi" di sini menurut Erich Fromm bukanlah sekedar memberi dalam bentuk materi saja, melainkan dirinya, kehadirannya, bahkan sampai pada eksistensinya. Â
Sementara cinta hewani dikategorikan sebagai cinta yang palsu. Cinta yang hanya bertitik fokus pada aspek materi semata. Kecantikan, ketampanan, kekayaan dan semua yang berbentuk materi adalah hal-hal yang menjadi dambaannya. Mereka yang mencintai pasangannya dengan jenis cinta hewani hanya akan melihat pasangannya sama seperti bahan konsumsi semata dan sebagai pemuas nafsu syahwatnya, yang habis dipakai tinggal dibuang. Ketika kecantikan, ketampanan dan juga kekayaan yang dimiliki oleh pasangannya telah hilang semua, maka sirna jugalah cinta yang dimilikinya. Dan cinta yang seperti inilah yang dikatakatakan oleh Erich Fromm, yakni cinta yang tidak dewasa dan mencintai hanya karena membutuhkan. Demikianlah penjelasan singkat tentang dua jenis cinta yang dimaksud oleh Murtadha Muthahhari dalam bukunya yang berjudul Elixir Cinta.