Mohon tunggu...
Ria Apriandini
Ria Apriandini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagaimana Inflasi di Era New Normal?

8 Juli 2020   17:36 Diperbarui: 8 Juli 2020   17:29 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Inflasi atau kenaikan harga barang/jasa ini merupakan imbas dari naiknya biaya produksi, sudah dipastikan karena adanya kenaikan harga bahan baku serta upah buruh setiap tahunnya menjadikan biaya produksi kian membengkak.

Pembukaan ekonomi baru di tengah masih mewabahnya pandemi Covid-19 akan menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah Indonesia. Dampak pandemi Covid-19 seakan menggoyahkan perekonomian Indonesia karena negara mengalami pelemahan konsumsi. 

Tingkat inflasi Mei 2020 tercatat sangat rendah yaitu hanya sebesar 0,07% (month to month) atau 2,19% (year on year). Meski demikian, inflasi harga pangan ke depan tetap perlu diwaspadai akibat adanya potensi rantai pasokan global yang terganggu.
Bank sentral memperkirakan inflasi tahun ini pun masih akan berada dalam sasaran yang ditetapkan, yaitu berkisar antara 2% -- 4%. Sementara Donny Gahral Adian -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden mengatakan semua negara yang terkena pandemi Covid-19 mengalami kondisi perekonomian yang buruk, artinya hal ini tidak hanya dialami oleh Indonesia. 

Donny memaparkan, berdasarkan Indikator, mayoritas masyarakat yang merasakan dampak ekonomi secara langsung adalah pada tingkat rumah tangga. Mayoritas masyarakat saat ini menilai kondisi ekonomi rumah tangga lebih buruk atau jauh lebih buruk (83,7% responden) dibandingkan dengan tahun lalu. Penilaian ini jauh meningkat dibanding survei pada Februari, ketika hanya sekitar 22% responden yang menilai demikian.

Mayoritas masyarakat juga menjawab bahwa pendapatan kotor rumah tangga saat ini menurun (86% responden). Dengan demikian dalam tiga bulan terakhir, jawaban menurun ini mengalami tren peningkatan yang tajam.
Penurunan ini dirasakan cukup merata di semua kategori secara sosio-demografis. Akan tetapi, berdasarkan pendidikan tampak pola yang menunjukkan bahwa warga berpendidikan SLTA ke bawah lebih banyak yang merasakan penurunan, sedangkan warga berpendidikan tinggi lebih sedikit merasakan penurunan.

Bagaimana Inflasi di Era New Normal?

Bank Dunia dalam laporan terbarunya menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksikan merosot hingga 0% atau tidak tumbuh sama sekali. Ralph Van Doorn -- Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia, mengatakan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak April, Mei, dan awal Juni memukul perekonomian cukup dalam.

Sementara Airlangga Hartarto -- Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian mengatakan, hampir seluruh sektor perekonomian menurun antara 20% hingga 50% selama masa pandemi Covid-19. Namun, dia menyebut ada pula sektor yang masih positif, seperti sektor pangan dan kesehatan. Untuk memulihkan kondisi perekonomian nasional, Airlangga menyatakan perlu dilakukan restart engine ekonomi.
Airlangga memaparkan, kondisi perekonomian Indonesia sebenarnya sudah mendapatkan kepercayaan di mata pasar. Artinya indikator perekonomian Indonesia saat ini positif. Misalnya, penerbitan obligasi oleh Hutama Karya yang ratingnya rendah karena dijamin pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun