Mohon tunggu...
RIA ANISA
RIA ANISA Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Penulis kaku dan lugu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Linimasa Estetika Rokok

12 Juli 2023   11:29 Diperbarui: 12 Juli 2023   11:35 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Pria punya selera" merupakan salah satu tagline yang melekat dan khas dimiliki oleh salah satu merk dagang perusahaan rokok Indonesia. Iklan rokok juga dibintangi oleh pria. Seolah iklan itu menggambarkan bahwa rokok digambarkan menjadi teman kesuksesan pria sejati. Bagaimana dengan selera Wanita? Bagaimana bila ada tagline "Wanita punya selera"?

Data Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, mengungkapkan pada tahun 2010 ada 4,8 juta perokok perempuan. Jumlah tersebut merupakan empat kali lipat dibandingkan tahun 1995, yang hanya berkisar 1,1 juta perokok. Sekitar tahun 2017, ada 6,3 juta perempuan yang menjadi perokok aktif. Fantastis. Bagaimana dengan saat ini? mengapa semakin kesini perokok perempuan semakin banyak?

Wanita perokok masih sering mendapatkan stereotip negatif bagi masyarakat timur. Sebagian perokok perempuan berani merokok ditempat umum, namun tidak sedikit dari perokok perokok yang melakukan secara diam-diam. Stigma senada juga diungkapkan oleh Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), Hermawan Saputra, bahwa Laki-laki merokok karena lingkungan dominan, berbeda dengan perempuan. Perempuan merokok disebabkan oleh kondisi stress, atau pelarian perasaan dan gaya hidup.

Faktor perempuan perokok dapat dibahas lebih detail lagi. Pertama, penyebab kesehatan mental. Mendengar faktor ini rasanya miris, bahwa perempuan perokok memiliki ketidak stabilan mental. Sekaligus, klausal itu cukup menjawab mengapa perempuan perokok memiliki konotasi negatif. meskipun begitu, ada pula sisi positifnya juga. Bila dari sisi farmasi atau psikologi rasanya menakjubkan bila rokok dapat membantu pemulihan stabilnya mental atau sekedar pelampiasan stress bagi perempuan.

Kedua bahwa perempuan merokok akibat dorongan gaya hidup. Gaya hidup aktivitas merokok telah mengalami transisi. Unsur teknologi menjadi motor pengubah rokok konvensional vs vape atau rokok elektrik. Kedua jenis ini juga menggambarkan dua jenis generasi yang berbeda. Vape dikonotasikan rokok kekinian anak muda. Selain unsur muda, vape memiliki berjuta varian rasa yang dirasa pecintanya tidak membosankan. Meski harganya tidak murah, rasanya makin banyak saja pengguna vape. Realita ini mudah dijumpai di lingkungan tongkrongan anak muda. Lebih menarik lagi, bentuk vape dapat menyamarkan bentuk konvensional rokok. Penyamaran ini juga dimanfaatkan oleh para perempuan perokok. Bentuk yang unik dan warna yang bisa disesuaikan dengan unsur "girly" mengaburkan konotasi negative rokok. Tidak sedikit bentuk vape menyerupai flasdisk, warna pink atau unggu cukup kuat menghilangkan jejak maskulinitas dalam aktivitas rokok.

Rasanya tidak berlebihan bila vape membantu sekaligus memberikan unsur estetika bagi  perempuan perokok. Bentuk indah vape menghapus curiga bagi perempuan perokok, vape tampak hanya seperti aksesoris cantik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun