Oleh: Ria Anisa
VARTADIY.com, YOGYA - Rasai sensasi berbeda berkunjung ke kawasan Malioboro untuk kebutuhan edukasi, bukan sekadar rekreasi atau berbelanja. Di tengah kerumunan transaksi pasar, di bagian utara terletak bangunan perpustakaan Jogja Library Centre (JLC) milik Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY.
Meski bagi pemula tentu menemukan gedung JLC tak mudah, bila sepintas pandang semua bangunan bercorak sama, pertokoan. Namun bila diperhatikan seksama JLC memiliki ciri khas tertentu yakni lentera Jogja, berupa Penerang Jalan Umum (JPU) khas Yogyakarta, berwarna hijau dan ukurannya cukup besar. Lentera Jogja terpasang pada ketiga tiang penyangga depan bangunan perpustakaan, peninggalan Belanda ini.
Selain itu tentu saja papan nama besar berwarna merah cukup menyita perhatian penglihatan mata. Relokasi pedagang kaki lima harusnya juga memudahkan penemuan gedung JLC, bila dibandingkan dahulu saat PKL berlapak di sepanjang teras Jalan Malioboro.Â
Tampak luar, bangunan lawas ini terpampang nyata berciri khas bangunan bernuansa belanda. Sangat kental dan gaya Eropa, ditopang tiang berukuran besar terlihat kokoh, berhias pula jendela kayu cukup panjang dan berukuran besar. Saat memasuki pintu gedung itu, gaya arsitek Eropa semakin tajam. Jarak atap dan lantai terpaut cukup tinggi sekitar empat meter, ditambah lagi nuansa furnitur dan lantai kayu.
Bila kaki terus melangkah, kira-kira memasuki Langkah ke tiga puluh, kaki kita akan berdiri di ruangan Kyoto Book Corner. Dari nama saja, mudah ditebah jelas ruangan itu akan bercorak Jepang. Ruangan Kyoto Book Corner itu tak pula lebar, namun cukup menawan. Ya begitu konsep khas Asia yang menyukai konsep minimalis. Meski sempit, namun menarik. Ruangan itu terdiri dari deretan rak buku berpintu kaca transparan di sepanjang tiga sisi dinding, satu sisi dinding tersisa diberi gambar lorong bernuansa warna merah seluas sisi dinding.
Itu bukan lukisan, seperti hasil cetak digital. Tetapi gambar dinding itu sangat menawan mata, trik visual tiga dimensi menjadi daya Tarik tersendiri. Gambar itu menegaskan lorong yang semakin jauh semakin menyempit tampaknya. Ruangan terasa lapang dari efek gambar ini. nuansa lampion dan penuhnya buku-buku berhuruf kanji sukses menghipnotis, seolah sedang di luar negeri. Tidak banyak informasi lebih lanjut mengenai sejarah kehadiran ruangan Kyoto Book Corner ini.Â
Satu-satunya benda yang dapat membantu hanyalah prasasti, menerangkan peresmian ruangan itu pada Rabu 28 Oktober 2010 oleh Gubernur DIY dan Gubernur Prefektur Kyoto, Keiji Yamada.
Bagi pecinta buku, berkunjung ke JLC kini menjadi hal yang cukup menarik, terlebih kedua nuansa negara yang menghiasnya. Kebetulan pula, kedua negara tersebut pernah menjajah Indonesia. Perpustakaan itu sekaligus melunakkan kerasnya kata penjajahan dengan tinggalan gedung dan sumbangan bidang pendidikan yang dapat dinikmati pecinta buku hingga saat ini.Â
referensi https://www.vartadiy.com/v-jogja/4408132579/jogja-library-center-pekasih-negara-penjajah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI