"Sungguh aneh tapi nyata
Takkan terlupa
Kisah-kasih di sekolah
Dengan si dia
Tiada masa paling indah
Masa-masa di sekolah
Tiada kisah paling indah
Kisah-kasih di sekolah "
Penggalan lirik lagu itu memang ada benarnya. Kebenaran itu baru dirasakan saat masa sekolah telah terlewat lebih dari satu dekade. Masa itu, saat duduk di bangku SMA, tanggal 14 Februari adalah salah satu hari paling dinanti para siswa. Terutama bagi mereka yang sedang merasai cinta monyet.Â
Kala itu, tahun 2004, Saya tinggal di sebuah kos-kosan di kota kecil di Sumatera Selatan, euforia hari valentin sangat terasa. Pada tanggal  13 Februari, kami akan berbondong-bondong mendatangi toko swalayan memburu cokelat silver queen, produk cokelat andalan yang paling laris diburu. Selain cokelat, ada pula yang menambahkan bunga, boneka, aksesoris, dan hadiah lainnya. Malam harinya,  kami bersama-sama membungkus cokelat beserta hadiah penyertanya. Bagi yang memiliki pacar, jelaslah siapa calon pemilik kado. Meskipun begitu, kami para jomblowan-jomblowati pun tak mau kalah, tetap ikut serta meramaikan ritual bungkus kado. Para jomblo tetap ikut antusias menyiapkan hadiah yang akan diserahkan kepada sahabat tersayang. Sahabat biasanya lebih dari seseorang, maka tukar kado silang dipilih sebagai metode pemberian kado terbaik.Â
Tiba hari tanggal 14 Februari, kado-kado itu siap didistribusikan di sekolah. Pada saat itu, perayaan valentin sudah dilarang oleh pihak sekolah. Sejak awal bulan Februari, pihak sekolah sudah memperingatkan agar tidak merayakan valentin terutama di lingkungan sekolah. Namun, sepertinya larangan itu bukan halangan, sebagian besar para siswa tetap mempersiapkan momen bagi-bagi cokelat. Â Alhasil, proses pendistribusian kado dilakukan melalui operasi senyap. Kado dan cokelat disembunyikan di masing-masing tas atau bahkan sengaja di simpan di bagasi motor masing-masing. Saat bel istirahat berbunyi distribusi kado-kado itu dimulai.
Ketenaran dan popularitas seseorang dapat diukur dari banyak sedikitnya kado yang ia terima di hari valentin itu. Bagi seseorang yang memiliki paras cantik dan tampan,  dapat dipastikan akan mendapatkan banyak kado dari para idolanya. Si penerima kado terbanyak akan dinominasi dengan mudah  melalui kabar yang tersebat. Itu bisa disebut berkah sekaligus musibah, bagi penerima kado terbanyak akan diserbu oleh kawan lainya agar bisa berbagi cokelat. Bila pun ada jomblo yang tidak membawa kado, akan tetap dapat bagian cokelat juga. Sebagian siswa memaknai hari itu bukan perayaan valentin, diganti dalih makan cokelat bersama. Beberapa guru yang memiliki kedekatan dengan murid juga menerima kado-kado tersebut, tentunya dalihnya hari bagi-bagi cokelat.
Begitu kesan tanggal 14 Februari yang selama masa sekolah dulu selalu dinanti. Bagaimana dengan hari ini setelah belasan tahun masa sekolah berlalu? Hari ini tak ada beda dengan hari-hari lainnya, atau bahkan menuangkan kesan miris. Dewasa kini, tak ada lagi kisah berburu cokelat, ritual membungkus apalagi keseruan menantikan kado. Hal pastinya, di hari ini atau esok tanggal 15 Februari akan mendapati banyak berita mencengangkan mengenai perayaan hari valentin. Seperti pesta muda-mudi yang melewati batasan susila, dan berita kontroversial lainnya. Tidak sedikit pula momen hari valentin juga dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal positif seperti pembagian bunga di lampu merah, berkunjung ke panti asuhan dan nikah massal.Â
Usia, lingkungan, dan kesibukan sukses mengubah persepsi kita pemaknaan terhadap hari valentin. Dulu, tangal 14 Februari itu selalu dinanti, kini tak dirindu, tak pula ditunggu. hari ini dibiarkan berlalu macam hari lalu,Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H