Mohon tunggu...
Ria Anggun Ariani
Ria Anggun Ariani Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pertahanan Republik Indonesia

saya merupakan mahasiswi S2 Prodi ekonomi pertahanan , Universitas Pertahanan RI. Saat Ini saya juga bekerja di salah satu perguruan tinggi di daerah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Energi Tiongkok Dalam Mendukung Energi Berorientasi Hijau

10 Mei 2023   19:10 Diperbarui: 10 Mei 2023   19:28 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO/Reuters : international.sindonews.com

Republik Rakyat Tiongkok atau yang biasa dikenal dengan China atau Tiongkok adalah sebuah negara di Asia Timur dan Beijing merupakan Ibu kota Negara ini. Tiongkok merupakan negara yang memiliki populasi terbesar di dunia dengan luas daratan mencapai 9,59 juta kilometer persegi, menjadikannya negara terbesar ketiga di dunia.

Menurut Statista, Tiongkok adalah negara yang paling banyak mengonsumsi energi primer di dunia. Konsumsi energi primer di Tiongkok adalah 145,46 meter kubik. Sebagian besar bahan bakar energi primer berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Namun pada tahun 2020, energi terbarukan menjadi satu-satunya sumber energi signifikan yang konsumsinya akan meningkat. Bauran energi primer Tiongkok telah bergeser dari penggunaan utamanya batu bara ke peningkatan penggunaan gas alam dan sumber terbarukan. Sejak 2009, pangsa energi terbarukan dalam total konsumsi energi meningkat menjadi 15,3 persen. Secara keseluruhan, konsumsi energi primer global telah meningkat selama dekade terakhir, namun diperkirakan akan tumbuh paling besar di negara-negara berkembang seperti Brasil, Rusia, India, dan China.

databoks.katadata.co.id
databoks.katadata.co.id
Menurut laporan Statista, energi primer adalah energi yang telah dikaitkan dengan sumber daya alam seperti minyak, batu bara, dan angin sebelum diubah lebih lanjut. Misalnya, minyak mentah dapat disuling menjadi bahan bakar sekunder seperti bensin atau solar, sedangkan listrik dihasilkan dari angin sebagai sumber energi sekunder.

Energi merupakan salah satu bagian terpenting dalam pembangunan dan pertumbuhan suatu negara. Namun, karena permintaan energi meningkat, sumber daya energi dikonsumsi secara massal, Eksploitasi yang berlebihan menyebabkan menipisnya cadangan energi, terutama menipisnya bahan bakar konvensional seperti minyak bumi, batubara, dan gas alam, yang merupakan bahan bakar yang sangat dipengaruhi oleh eksploitasi yang berlebihan. Solusi yang dihadirkan untuk mencegah menipisnya sumber energi tradisional adalah dengan mengubah penggunaan sumber energi menjadi energi terbarukan. Selain menjadi solusi alternatif untuk menggantikan model konsumsi energi tradisional, penggunaan energi terbarukan terkait erat dengan proses pembangunan berkelanjutan yang telah menjadi kesepakatan bersama sejak tahun 2015.

Diperkirakan di tahun 2030 akan terbentuk model produksi dan konsumsi energi dengan energi non fosil yang pada prinsipnya mampu memenuhi kebutuhan energi dan menggantikan cadangan energi fosil dalam skala besar.  Selain itu Negara Tiongkok sudah berjanji untuk mencapai emisi karbon maksimum pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2060. Namun dalam hal ini Tiongkok juga akan mempercepat pembangunan sistem energi yang bersih, rendah karbon, aman, dan berefisiensi tinggi seraya memperdalam mekanisme reformasi dan inovasi di sektor energi, menurut dokumen yang diterbitkan bersama oleh komisi dan badan energi nasional Tiongkok. Hal lain Tiongkok juga telah memberikan langkah-langkah yang lebih rinci, termasuk mempromosikan sistem energi baru dan memperkenalkan mekanisme eksploitasi dan penggunaan energi fosil yang bersih dan efisien, kata dokumen itu, menambahkan bahwa kerja sama internasional dalam transisi energi akan semakin diperluas. 

Selanjutnya merupakan Upaya yang di ambil Pemerintah Tiongkok dalam menjaga keamanan energi nasional dan penurunan emisi karbon terdiri atas tiga fase yang diantaranya adalah fase pertama disebut sebagai energy selfsufficiency; fase kedua ditandai oleh supplyoriented energy security dan going abroad strategy. Sementara itu fase ketiga terdiri Tiongkok berfokus pada penurunan intensitas energi atau melakukan efisiensi energi. Hal Yang berkaitan selanjutnya  dilihat dari Kebijakan pajak dan fiskalnya juga akan diperkenalkan untuk mendukung transisi energi, mengarahkan lebih banyak dana sosial ke sektor energi dan memfasilitasi obligasi hijau untuk perusahaan yang memenuhi syarat. 

Dari berbagai upaya pemerintah Tiongkok dalam implementasi strategi ketahanan energinya untuk mengurangi emisi karbon, terlihat jelas bahwa tindakan pemerintah Tiongkok bukan hanya akibat desakan eksternal saja yang ikut terlibat melainkan ada faktor lain seperti perubahan iklim, tetapi itu juga atas dasar pada identitas Tiongkok yang dibentuk oleh proses interaksi sosial dalam struktur internasional di bawah manajemen perlindungan iklim. Dalam hal ini, rezim perubahan iklim mempengaruhi tindakan Tiongkok untuk mencari ilmu dan informasi baik di dalam pemerintahan Tiongkok (antar lembaga) maupun dengan mengirimkan birokrat Tiongkok ke luar negeri untuk mempelajari dampak perubahan iklim terhadap pemerintahan negara tersebut.

Informasi yang diperoleh dapat membantu pemerintah Tiongkok untuk mengembangkan energi hijau Keuntungan kelangsungan hidup populasi di Cina. Di China, sedang dilakukan strategi yang akan dilaksanakan secara bertahap, menerapkan pengurangan emisi karbon dengan memanfaatkan pengembangan sumber energi terbarukan seperti energi nuklir, energi listrik tenaga air, energi angin, energi surya dan sumber energi terbarukan lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun