Hari berlalu, musim berganti, ada hal yang tetap sama di komplek ini. Tiap pagi, ada saja warga yang memburu ke sebuah lapak.
Pemilik lapak bernama Yu Dar. Setiap pagi usai sholat subuh, Yu Dar menata aneka makanan di atas meja kayu sederhana. Makanan menu sarapan dan jajanan pasar.
Lokasi jualan di komplek, Desa Karangklesem, Kota Purwokerto, Jawa Tengah. Dahulu, 25 tahun yang lalu, Yu Dar berkeliling komplek sembari menyunggi dagangan dengan tampah. Saat ini, dagangan digelar di atas meja, di teras garasi rumah seorang warga.
Lapak Yu Dar nyaris tak pernah libur, kecuali hari besar atau ada keperluan pribadi yang sangat mendesak.
Ramesan, lontong, dan aneka gorengan adalah menu yang selalu ada. Menu lain tersedia bervariasi tiap harinya, seperti: gudeg, nasi kuning, nasi merah, opor, masakan sayur, rempeyek, dan jajanan tradisional.
Memburu Ramesan
Lama tidak menyambangi lapak Yu Dar, pada awal minggu lalu saya memburu ramesannya. Hal itu setelah saya mendapat informasi dari tetangga bahwa lapak sudah buka lagi setelah libur Hari Raya Idul Fitri.
Mengapa ada istilah memburu? Karena waktunya, kalau gak buru-buru ya bisa-bisa sudah kehabisan, gak kebagian.
Yu Dar biasa tiba di lokasi antara pukul 4.30 sampai 5.00 pagi. Rata-rata dalam waktu dua jam, dagangan habis terjual. Khusus ramesan, biasa habis dalam waktu tidak sampai setengah jam setelah terhidang.
Jam 5 lewat 5 menit. Mengayuh pedal sepeda, saya melesat di bawah langit kelabu semu biru semburat pink sedikit. Sudah tidak gelap-gelap amat. Beberapa rumah di dalam komplek masih menyalakan lampu penerang jalan.
