Mohon tunggu...
Ria Fitriawati
Ria Fitriawati Mohon Tunggu... -

Mengajar di SMP Negeri 7 Cimahi dan SMP Pasundan 2 Cimahi Anggota Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Power of "Guru"

24 April 2017   17:29 Diperbarui: 25 April 2017   02:00 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Kita dapat menceritakan sesuatu kepada siswa dengan cepat, namun sayang mereka pun akan melupakan apa yg kita cerita kan dengan lebih cepat" (copas).

Dalam hal ini proses mengajar bukanlah semata terletak pada masalah bercerita!. Karena belajar memerlukan keterlibatan mental serta kerja peserta didik. Penjelasan tidak sepenuhnya membuahkan hasil yang permanen. Hasil yang permanen hanya bisa didapatkan dalam proses kegiatan yang aktif.

Oleh kerena itu perlu suatu rancangan yang cermat dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan. Yang nantinya diharapkan menjadi suatu proses pembelajaran yang berkualitas. UNESCO melalui " The International Commission on Education for twenty-first century"  yang menegaskan bahwa dalam memasuki abad 21 pendidikan kita perlu berangkat dari 4 pilar proses pembelajaran yaitu (1) learning to know (2) learning to do (3) learning to be dan (4) learning to live together ( Delors, 1996).

Pada penerapan pilar learning to know peserta didik diajak untuk memahami serta menghayati bagaimana mereka bisa mendapatkan pengetahuan dari lingkungan sekitar mereka secara otomatis, (Terinternalized). Proses pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Dalam hal ini pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktivitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku. Karena lingkungan merupakan aspek terpenting dalam aktivitas belajar.

Penerapan pilar learning to do, peserta didik diajak untuk memahami proses pembelajaran dengan melakukan aktivitas yang bernilai positif dalam kata lain active learning. Jelas mereka harus berpikir keras agar dapat mengakaji gagasan, memecahkan masalah serta menerapkan apa yang mereka pahami. Mereka harus dalam suasana yangg menyenangkan, bila perlu meninggalkan tempat duduknya agar dapat bergerak bebas untuk mencari ide-ide, agar mereka lebih kreatif lagi.

Pilar ketiga, learning to be, dalam hal ini perserta didik diajak untuk mandiri, serta percaya diri akan kemampuan mereka. Serta mengenal konsep diri, karena jika peserta didik memandang dirinya tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan tugas, maka perilakunya akan menunjukkan ketidak mampuannya. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut jelas bahwa konsep diri dan prestasi belajar siswa di sekolah mempunyai hubungan yang erat. Siswa yang berprestasi tinggi cenderung memiliki konsep diri yang berbeda dengan siswa yang berprestasi rendah. Siswa yang berprestasi rendah akan memandang diri mereka sebagai orang yang tidak mempunyai kemampuan. Dan siswa tersebut jika mendapat keberhasilan yang dicapainya maka ia akan berpikir bahwa itu adalah keberuntungan saja. Lain halnya dengan siswa yang memandang dirinya positif, akan menganggap keberhasilan sebagai hasil kerja keras, faktor kemampuan serta kemandirian nya.

Pilar ke empat learning to live together, mereka diajak untuk memahami arti hubungan antar sesamanya,  secara intensif, dan hal ini didukung dengan era modernisasi serta globalisasi, serta kecanggihan teknologi. Melalui konsep ini peserta didik belajar saling menghargai, menghormati, memahami arti perbedaan, bersosialisasi, hingga saling mengenal dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

Guru sebagai pendidik dituntut pada penekanan nilai kemanusiaan. Peran guru profesional sangatlah strategis dalam proses pembelajaran, karena guru sebagai motivator, yang akan membina, membimbing serta mengarahkan kan peserta didik agar mereka dapat memperluas wawasan, berpikir luwes serta lebih tekun dalam memahami ilmu yang mereka minati, serta membantu mereka meraih prestasi.

Kehadiran sosok guru di kelas yang dinanti-nanti oleh peserta didiknya, akan lebih mempermudah dalam membangun proses pembelajaran yang berkualitas sehingga mereka pun akan lebih antusias lagi. Serta nampak berkesan hingga membekas dalam pikiran mereka hingga sulit dilupakan. Dan hal ini akan membentuk perilaku yang lebih baik lagi.  Sesuai dengan manfaat pendidikan, yaitu: Pendidikan membuat orang jadi baik, dan orang baik tentu akan berakhlak mulia.

Berbagai macam metode yang dimiliki oleh guru merupakan elemen penting dalam membangun suasana  pembelajaran yang sportif dan kondusif.

Guru diharapkan dapat memahami karakteristik individu peserta didik, karena ini akan berguna untuk menentukan metode pembelajaran yang lebih baik dan tepat, agar terjadi interaksi yang positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun