Mohon tunggu...
Ria Fillasari
Ria Fillasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis merupakan hal baru bagi saya. Mencoba artinya memasuki hal baru yang belum pernh dilakukan. Semoga saya bisa meniru teman teman untuk bisa menulis dan menjadikan hal ini sebagai hobi yang positif. Salam literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lukaku Kubawa Hingga tak Berujung

21 Oktober 2023   23:28 Diperbarui: 21 Oktober 2023   23:38 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Laras, usiaku 26 tahun, aku adalah ibu rumah tangga dengan dua anak. Anak pertamaku berumur 8 tahun, anak kedua berumur 3 tahun. Anak pertamaku duduk di bangku kelas 1 SD, dan anak keduaku masih duduk di bangku PAUD. Suamiku bernama Ahmad. Dia berumur 28 tahun. Suamiku seorang pekerja keras. Dia lelaki yang bertanggung jawab, meskipun kita sering berselisih dalam mengambil keputusan.

Suamiku dulu bekerja di sebuah pabrik. Dia resign karena permintaan orang tuanya. Jadi suamiku adalah anak satu satunya yang menggantikan untuk meneruskan berjualan di toko. Orang tuanya punya toko besar. Dia terkenal  orang kaya di desanya. Ibu suamiku sebelumnya sudah mempunyai anak dari pernikahan pertama. Suami pertamanya meninggal dunia karena sakit. Kemudian ibu mertua menikah lagi dengan bapak. Jadi suamiku punya saudara perempuan dari ibu.

Kami hidup bahagia bersama keluarga suamiku. Toko kita cukup laris, karena toko kita menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga. Toko dibuat seperti minimarket pelanggan bisa dengan leluasa mengambil barang kebutuhanya. Pagi hari ibu ditemani bapak menjual berbagai kebutuhan dapur. Ibu mertua dibantu oleh bapak mengembangkan toko hingga sebesar sekarang. Saking larisnya adikku yang baru lulus SMA aku ajak tinggal bersamaku. Pikirku selain untuk mengisi waktu luang, serambi menunggu pendaftaran perkuliahan juga lumayan dapat tambahan untuk uang jajan.

Adikku bernama Lia dia berumur 20 tahun. Dia lulus SMA dan masih menganggur, dia berencana kuliah, karena orang tua kami hanyalah seorang petani maka tertunda  keinginan Lia untuk kuliah, dia berencana mencari kerja di kota. Saya kasihan dengan Lia akhirnya kutawari dia untuk tinggal bersama kami di kota serambi membantu menjaga toko kami.

Lia mempunyai paras yang cantik, berkulit putih bersih meskipun tubuhnya tidak terlalu tinggi tapi dia anak yang rajin dan suka bekerja. Kami bukan hanya sekedar saudara kandung tapi juga sahabat tempat untuk mencurahkan isi hati. Sering kali saya menangis dan bercerita tentang kisah rumah tanggaku dengan Lia adikku. Dan sejauh itu Lia selalu menanggapi dan memberikan solusi yang cukup membantu untuk menyelesaikan permasalahan dalam keluarga.

Hubungan dengan mertuaku terkadang juga tidak baik-baik saja. Benar kata orang tinggal dengan mertua, tidak seindah yang kita bayangkan. Kita mau baik salah, berbuat burukpun juga tambah salah. Mas Ahmad tidak bisa menyalahkan kedua orang tuanya, dan tidak pula membela saya karena mas Ahmad takut hubungan dengan orang tuanya merenggang hanya karena menuruti semua kemauan istrinya. Cukup bijaksana pemikiran mas Ahmad. Untungnya ada Lia adikku yang bisa kuajak bicara, dia selalu menghiburku ketika aku dan suami berselisih paham tentang orang tua mas Ahmad. Tapi sejauh ini hubunganku dengan mertua baik-baik saja.

Sampai pada suatu saat aku berfikir untuk membantu Lia dalam mewujudkan impiannya melanjutkan kuliah di swasta, sembari membantuku dan mas Ahmad menjaga toko, karena mertua laki -laki divonis terkena stroke, jadi ibu mertua harus optimal menjaga dan merawat bapak.

Kami hidup rukun dan bahagia, bahkan hasil  penjualan bisa untuk membeli mobil, kebutuhan rumah tangga yang tercukupi, kita punya tabungan, dan sedikit untuk membiayai Lia kuliah. Suamiku tidak keberatan jika uang kita, sedikit untuk biaya kuliah Lia, karena Lia sudah banyak membantu dalam keluarga kita. Kita bersyukur dapat membiayai Lia sampai lulus S1.

Tak henti ucapan terima kasih ibu dan bapakku di desa pada suami dan tentunya diriku, karena sudah membantu untuk membiayai Lia hingga lulus S1. Aku cukup mengalah meskipun aku hanya lulusan SMA. Alhamdulillah kehidupan keluargaku tercukupi, saya cukup bersyukur dengan kondisi saya sekarang.

Sampai pada suatu hari entah firasat apa yang ada di benakku. Aku merasa tidak nyaman dengan suami dan adikku Lia. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu yang aku tidak pernah tau. Terlihat suamiku mempunyai perhatian lebih ke Lia adikku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun