Mohon tunggu...
Ria DwiSulastri
Ria DwiSulastri Mohon Tunggu... Lainnya - guru

saya senang mencari ilmu dan menambah wawasan, senang dengan tantangan dan senang untuk bertumbuh dna berkembang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Teknologi 3D Printing Food

2 Juni 2022   23:56 Diperbarui: 3 Juni 2022   00:03 2486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

3D printing adalah proses pembuatan objek tiga dimensi dengan menggunakan proses aditif dengan lapisan yang diletakkan secara berurutan sehingga dapat merangkai objek dengan lengkap. Berdasarkan Jurnal Teknologi Internasional dan Manajemen Informasi, 3D printing lebih dikenal sebagai manufaktur aditif (AM) atau prototipe cepat, namun manufaktur aditif memiliki arti yang lebih luas dan lebih inklusif. 3D printing ini sudah ada dalam beberapa dekade namun penggunaanya masih belum banyak karena harga yang mahal. Perkembangan 3D printing dimulai dari 3D printing pertama dengan nama, "Stereolithography Apparatus," dibuat pada tahun 1984 oleh Chuck W. Hull dari 3D Systems Corp.

Cara kerja printer 3D sangat mirip dengan printer inkjet standar. Namun, yang membedakan adalah hasil cetakannya yakni printer 3D menggunakan bahan untuk membangun objek tiga dimensi. Sebagian besar printer 3D komersial menggunakan desain berbantuan komputer (CAD) untuk menerjemahkan desain menjadi objek tiga dimensi. Desain tersebut kemudian digunakan oleh printer 3D untuk menyimpan lapisan material.

Saat ini 3D printing sedang dipertimbangkan di sektor makanan karena berbagai keunggulannya seperti nutrisi yang dipersonalisasi, desain makanan yang disesuaikan, penyederhanaan rantai pasokan, dan perluasan bahan makanan yang tersedia. 3D printing food memiliki keunggulan luar biasa dalam fabrikasi makanan volume rendah dari item yang disesuaikan dalam layanan makanan. Printer teknologi 3D membantu dalam pembentukan bentuk 3D dan menyajikan makanan dengan estetika visual dan, yang terpenting, rasa yang enak.

Berdasarkan Jurnal Teknologi Internasional dan Manajemen Informasi, proses 3D printing food terdiri dari tiga yakni: pembuatan model 3D, pencetakan objek, dan pasca perawatan. Pada pembuatan  model 3D dirancang dengan Computer Aided-Design (CAD), kemudian model yang dihasilkan diubah kedalam bentuk  file STL dan diaplikasikan demi lapisan untuk mendapatkan garis besar setiap bagian. Setelah itu, printer membuat objek 3D dengan pengendapan bahan lapis demi lapis. Objek sudah terbentuk selanjutnya dapat dilakukan proses  pemasakan atau pemanggangan sesuai kebutuhan. Faktor yang dapat mempengaruhu ketepatan 3D printing food adalah bentuk model 3D, parameter pengirisan, kinerja aliran bahan,  akurasi struktur efek pasca perawatan,  stabilitas bentuk makanan, karakteristik printer (seperti tinggi, diameter nozzle, kecepatan pencetakan, kecepatan gerakan nozzle, ketebalan lapisan), dan akurasi  struktur objek makanan yang dicetak ( sifat bahan makanan, seperti sifat reologi, sifat termal, dan sifat kimia).

Manfaat potensial dari teknologi pencetakan 3D yang diterapkan pada sektor makanan sangat banyak,seperti menghemat waktu dan usaha, inovasi dalam makanan sehat, inovasi dan kreativitas kuliner, keberlanjutan pangan, mengurangi risiko kesehatan, manajemen produksi makanan. Sedangkan, kekurangan dari 3D printing food adalah biaya -- biaya peralatan pencetakan yang relatif mahal, penggunaan alat harus dilakukan oleh ahli, persiapan yang lebih rumit, tekstur makanan yang tidak sama dengan makanan dengan teknologi lain, kebersihan dan keamanan yang harus dicek setiap saat, serta regulasi yang belum ada.

Meskipun 3D printing food masih memiliki kelemahan namun dengan penelitian yang terus dilakukan dan terjadi pembaharuan bukan hal yang tidak mungkin teknologi 3D printing food ini akan semakin berkembang dan populer di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun