Mohon tunggu...
Ria Riesdasariah
Ria Riesdasariah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu rumahtangga. Menyukai jalan-jalan, fotografi dan tulis menulis.\r\nKata-kata yang disukai: tangguh dan lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Catatan Harian Bencana Tohoku: Senyum dan Semangat Sportifitas

6 April 2011   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:05 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13020734271194505910

[caption id="attachment_100339" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Fenomena menarik. Siaran televisi NHK BS1 sudah menayangkan pertandingan base ball sejak akhir pekan kemarin. Base Ball merupakan salah satu olahraga favorit masyarakat Jepang. Pertanda keadaan sudah membaik? Tampaknya demikian walaupun pemulihan pascagempa masih menyisakan pekerjaan rumah yang demikian banyaknya. Penataan lingkungan dan  tempat tinggal, pendidikan, penyehatan perekonomian dan lain-lain. Fenomena yang lain adalah kemunculan Menteri Sekretaris Negara Yukio Edano yang semakin jarang. Senin ini kemunculan beliau hanya satu kali saja. Berbeda sekali saat pekan pertama pasca gempa, kemunculan menteri yang kerap menghias layar kaca ini bisa dipastikan minimal sepuluh kali dalam 24 jam dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Fenomena berikutnya adalah senyum yang tulus dari penyiar NHK yang cantik itu. Siang tadi NHK menayangkan keadaan  Prefektur Iwate yang habis tersapu tsunami. Di celah reruntuhan terlihat ayah, ibu dan dua anak lelaki yang masih remaja bergotongroyong membersihkan halaman rumahnya. Wajah mereka terlihat cerah. Bersemangat. Walau hujan salju mengiringi. Senyum dari penyiar cantik dan bocah itu langsung menular kepada saya yang ikut tersenyum  menonton tayangannya. Senyum dan semangat sportifitas itu telah dibangun oleh sebuah lembaga media yang cukup dipercaya seantero negeri! Walaupun kepedihan itu masih saja ada. Namun hidup harus berjalan terus. Dan Jepang, telah membuktikannya lebih dari setengah abad silam melalui Hiroshima dan Nagasaki. Kali ini tampaknya akan begitu. Jepang, memiliki ketekunan dan selalu bersungguh-sungguh dalam segala hal. Jepang, satu dari saudara se-Asia yang tangguh. Kelangkaan beras, serta rumor air minum dan sayuran yang teradiasi pernah menjadi isu hangat dua pekan pertama. Bahkan rak roti dan makanan kering sempat kosong sepekan lamanya. Kelangkaan beras segera direspon pemerintah dengan cepat. Dalam tempo kurang dari tiga hari, beras sudah kembali tersedia. Dan dengan harga normal! Luar biasa. Rumor air keran teradiasi dan tidak layak diminum oleh bayi di bawah setahun hanya berjalan tiga hari. Kepanikan masyarakat sempat terlihat nyata apalagi ketika pemerintah segera membagikan air mineral dalam kemasan 4 botol @ 500 ml kepada setiap kepala keluarga yang memiliki bayi di  bawah setahun. Kepanikan mereda tatkala pemerintah tiga hari kemudian mengumumkan bahwa air keran dinyatakan aman juga untuk bayi di bawah satu tahun. Kecuali di beberapa daerah yang dekat dengan sumber radiasi. Sayuran dan susu teradiasi pun segera direspon pemerintah dengan cepat. Beberapa jenis sayuran seperti bayam yang berasal dari Prefektur Ibaraki dan Fukushima segera dihentikan keran impornya. Termasuk dari Prefektur Tochigi dan Gunma. Walaupun sampai saat tulisan ini diturunkan convenience store yang banyak tersebar masih menyisakan ruang kosong untuk air mineral dalam kemasan, susu segar dan beberapa makanan siap jadi. Hal ini juga masih terlihat di beberapa supermarket skala besar. Hal begini pastilah tabu bagi penjual dalam kondisi normal. Tenggangrasa masyarakat terlihat indah. Mereka patuh hanya mengambil satu botol setiap hari per kepala keluarga. Banyak teman yang menyiasati dengan meminum air teh  dalam kemasan yang masih banyak tersedia. Penghematan gas dan listrik masih berlaku sampai sekarang dan entah sampai kapan. Dua pekan pertama pasca gempa, pertokoan hanya buka hingga pukul 18.00 namun kini berangsur normal. Walaupun beberapa lampu display tetap ditiadakan. Pemerintah pun masih memberlakukan jam kereta serta bus. Stasiun tidak seterang dulu dan pintu tiket elektronik dibuka beberapa pintu saja. Penerangan jalan raya sampai detik ini pun belum dinyalakan. Jadi mengandalkan lampu yang berasal dari lampu beranda apartemen dan rumah, lampu dari toko-toko di sepanjang jalan dan lampu merah. Namun, syukurlah berjalan sendirian walaupun dini hari, Tokyo relatif aman, lho. Sudah hampir menginjak pekan ketiga ini, kami di rumah pun tidak menyalakan pemanas kalau tidak terpaksa sekali ;-) kami kenakan pakaian ekstra dan jaket, sekali pun di tempat tidur. Teringat cerita teman perawat dari Ibaraki yang mengatakan bahwa saat itu panti jompo dan rumah sakit dalam keadaan gelap, dingin, dan tidak ada makanan yang memadai. "Bahkan ada yang bilang, lebih baik saya mati," cerita Yuli, perawat itu suatu siang. Empati. Ya, kami mencoba berempati. Kabar terakhir yang saya dengar kemarin, Tepco operator PLTN Fukushima Daiichi akan membuang air tercemar radiasi sebanyak 10 ribu ton ke laut. Air limbah ini mengandung Yodium-131 sebesar 100 kali lipat daripada tingkat radiasi maksimum yang boleh dibuang dalam situasi normal. Menurut Tepco lagi, walaupun makan ikan dan rumput laut dari sekitarnya, tingkat radiasi yang dialami konsumen hanya 0/6 mmSv, yaitu di bawah ambang batas aman yakni 1 mm Sv per tahun. Gabungan Asosiasi Perikanan Prefektur Ibaraki telah memutuskan sementara tidak menangkap ikan jenis Ammodytes personatus atau Japanese sand lance. Atau bahasa setempat dikenal dengan Ikanago. Dari ikan jenis ini diketemukan Yodium setinggi 4.080 Bq per satu kg yang dietliti pada tanggal 1 April. Juga adanya kandungan Cesium 526 Bq per satu kg yang diteliti pada tanggal 4 April silam. Pernyataan Tepco ini menyusul konferensi pers yang diadakan oleh Menteri Sekretaris Negara Yukio Edano yang menegaskan perlunya pencegahan aliran air terkontaminasi radiasi ke laut. "Apabila kondisi sekarang ini akan berlangsung lama, akan besar dampaknya terhadap laut."  Pemerintah mendesak Tepco agar bertindak segera. Kebocoran reaktor 2 yang mencemari air laut sejak pekan lalu itu, tidak mampu membendung keinginan saya mampir ke restoran sushi terlezat selangkahan dari rumah. Namun sekarang setelah jelas-jelas 10 ribu ton tercemar Yodium-131 dengan tingkat radiasi 100 kali lipat dari batas normal akan digelontorkan. Masih mampukah saya? Tampaknya maju tak gentar. Karena apa yang dikatakan pemerintah di sini kepada publik  benar adanya. Jumat lalu, seperti yang tertulis dalam status FB kawan saya Seiichi Okawa, PM Naoto Kan mengatakan dalam konferensi persnya bahwa kecelakaan PLTN ini merupakan kecelakaan  terbesar di Jepang bahkan di dunia. Namun, kita harus menang menaklukan masalah ini. Dan  saya janji akan kemenangannya. Semoga Allah mengabulkan harapannya. Harapan kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun