[caption id="attachment_100734" align="aligncenter" width="640" caption="Gempa Guncang Jepang Berpotensi Tsunami Kamis (7/4/11) pukul 23.30 waktu Tokyo tadi malam/Admin (KOMPAS) "][/caption] Gempa besar 7,4 SR tadi malam masih menyisakan kantuk pagi ini. Pusat terjadi gempa masih di wilayah Tohoku, di Semenanjung Oshika. Peringatan datangnya tsunami setinggi 2 meter. Lalu separuh dari kota Morioka ibukota Iwate dan Sendai ibukota Miyagi terputus aliran listriknya. Walau pun Kishocho (Badan Metereologi Jepang) sudah mengingatkan bahwa akan ada gempa besar susulan di wilayah Kanto (Tokyo dan sekitarnya) tak urung saya terkesiap juga. Saat "klining klining'' di televisi berbunyi, spontan saya bertasbih. Cuma hitungan detik, apartemen langsung berguncang keras dan lama. Saya tetap bertahan duduk di tempat. Bantal kursi makin erat dipeluk. Keberanian untuk tetap duduk saya tahan. Saya putar di benak potongan film gempa di mana semua Nihonjin (orang Jepang) tetap berada di dalam gedung saat 11 Maret kemarin. Sulit tapi ternyata bisa! NHK BS1 saat itu sedang menyiarkan bassist beken. Namun langsung diputus berganti dengan penyiar berwajah khawatir dan gambar Pulau Honshu dengan sisi sebelah timur bergaris kuning dan merah di daerah Sendai, ibukota Prefektur Miyagi. Merah yang berarti peringatan segera menyingkir dan mencari daerah tinggi. Peringatan tsunami ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Saya bergidik, layar tivi seolah melemparkan saya ke masa sebelas maret. Namun satu jam kemudian keisatsucho (Badan Kepolisian Jepang) menarik peringatan ini. Saya menarik nafas lega. Membayangkan betapa penderitaan semakin pedih. Sebetulnya tadi siang saya sudah membuka travelling bag ingin mengganti isinya yang sudah sebulan di sana, sempat saya masukan peralatan mandi untuk kami berdua. Namun urung mengganti pakaian di dalamnya. Malah saya menyiapkan kamera lalu menikmati ohanami (perayaan dibukanya musim semi dengan melihat-lihat sakura). Berharap selamanya, travelling bag itu tidak akan pernah kami bawa dalam keadaan darurat. Dan inilah catatan harian saya tertanggal 25 Maret. Menginjak hari ke-15. Namun gempa "kecil-kecilan" terus saja ada. Tidak ada hari kosong tanpa gempa. Di tengah tidur malam, gempa. Satu kali terkesiap, duduk dan siaga. Namun sebentar reda. Menarik nafas panjang dan mengucap syukur lalu menarik selimut. Setengah jam kemudian, digoncang lagi. Dipaksa duduk dan bersiap menarik travelling bag. Namun beberapa detik kemudian diam. Berhari-hari digoyang terus dengan "ancaman" betul-betul tidak nyaman. Makan tak terasa nikmat. Tidur tak pernah lelap. Gelisah. Masa sudah dua pekan lebih masih tak terbiasa? Ujar saya dalam hati. Bergidik khawatir, terbayang sebuah kata menakutkan dari dunia psikologi. Akhirnya, suatu pagi setelah suami hilang ditelan lift, saya berlari memutar nomor telepon. "Halo. Pagi, Mbak.  Mbak...ngobrol sebentar, ya?" "Iya. Ada apa Mbak? Aku lagi sarapan pisang, nih. Mencoba menghemat beras. Menghemat gas dan listrik," jawab teman saya mencoba berempati dengan kondisi di Tokyo. "Oh. Ya. Ya. Bagus, Mbak. Pisang mengandung banyak iodium jadi penangkal radiasi. Sarapan pisang juga melangsingkan." Jawab saya sekenanya, teringat dengan banana diet yang digandrungi gadis Jepang beberapa bulan lalu sampai pisang menjadi cepat habis di pasaran. "Mbak, badan saya lemes banget udah beberapa hari ini. Pikiran nggak fokus. Rasanya nggak berselera apa pun, deh," ujar saya akhirnya. "Sama! Kita stres di bawah sadar, Mbak," ujar teman saya di seberang sana. "Banyak-banyak berdoa. Lepasin aja semua rasa takutnya. Lagian gedung di sini aman, kok." Ya, ide bagus, benak saya membatin sambil mendengar kata-katanya yang terus meluncur. Apalagi kalau melihat teman-teman di Jepang, sebesar apa pun gempanya, tetap saja di dalam gedung. Dan kalau diperhatikan lagi ternyata dinding bangunan rata-rata di sini bukan terbuat dari tembok beton. Oh, ya, ya. Pantas saat terjadi gempa itu, gedung-gedung meliuk ke kiri dan ke kanan. Lentur sekali. Saya mengangguk-angguk. "Kayaknya saya nggak perlu nonton tivi, ya?" sela saya. Membayangkan hari-hari yang dipenuhi dengan berbagai berita terkini yang beraroma kepedihan. Potongan film yang memangkas ketegaran. "Jangan! Itu perlu lagi untuk updating berita." "Oh." "Lagipula, Mbak kalau akan ada gempa selalu ada peringatan. Jadi Mbak lebih siaplah lahir batin...," tambahnya dengan tertawa yang berderai. "Iya." jawab saya lemas.  Teringat sejak peristiwa itu iphone dipenuhi dengan beragam link yang di download secara gratis. Beberapa channel radio dan televisi edisi bahasa Inggris. Beberapa koran Jepang edisi bahasa Inggris. Beberapa channel khusus ramalan cuaca. Satu di antaranya disetel alarm bila ada gempa. Supaya tidak terlalu stres mendengar "klining-kliningnya" maka alarm saya setel untuk gempa di atas 4.0 SR. Dan tahukah pada tanggal  23 kemarin tercatat 15 kali gempa? Pada tanggal 22 sebanyak 11 kali? "Mbak. Masih di situ gerangan?" suara teman saya serasa menggelegar di telinga. "Mbak, khan dekat sekali dengan pusat informasi terkini. Kabari, ya kalau ada berita evakuasi. Aku mau percepat terbang ke Melbournenya. Mbak ke Jakarta? Atau mau ke Osaka? Ke Fukuoka? Eh, tinggal berapa orang di sini? Kabarnya ibu- ibu lain sudah pulang, ya?" Bla...bla...bla....Klik. Gagang telepon kembali ke tempatnya. Ha? Satu jam? Kunang-kunang berkejaran di kening saya. Tiba-tiba terasa lagi goyangan menakutkan itu. Goyangan semakin keras. Disertai "krincing-krincing" gelas beradu di meja kaca. Saya menguap. Besar sekali. Mata berair. Mengantuk sangat. Goyangan itu saya acuhkan. Dengan terhuyung saya menarik selimut. Rasanya belum lagi nyenyak. Tiba-tiba "kling! Kling!" dengan malasnya tangan kanan saya mengulur meraih iphone. Saya buka YM. Mata saya menyipit terterpa silau cahaya. Tertulis..."Goyang dombret...aha...aha...goyang dombret" disusul emoticon bundaran kepala kuning dengan geligi besar-besar. Mak! Betul! Goncangan itu terus mengayun saya. Saya terduduk. Tidak mengantuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H