Mohon tunggu...
Ruli Hapsari
Ruli Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga biasa yang mencoba menjadi ibu luar biasa untuk anak.

Lulus dari jurusan bahasa yang sekarang fokus mengurus anak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Akan Ada Pesta Ulang Tahun untuk Anakku

24 Desember 2013   14:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:32 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Mama….aku mau ulang tahunku dirayakan. Aku mau undang teman-teman sekolahku.”

“Emang ulang tahun itu penting ya, nak?”

“Penting dong Ma. Sebagai wujud syukur kita karena usia kita bertambah. Tuhan masih kasih kita umur panjang. Jadi ya harus dirayakandong Ma.”

“Kata siapa pesta ulang tahun itu adalah suatu bentuk rasa syukur?”

“Ya kata orang-orang, kata temen-temenku, Bu Guru juga bilang gitu pas Findi ngerayain ulang tahun di sekolah. Temen-temenku, ulang tahunnya dirayain semua. Mereka semua baik sama aku, undang aku pas ulang tahunnya. Jadi aku harus merayakan ulang tahun juga dan undang mereka Ma.”

“Tapi nak…”

“Pokoknya aku mau ada pesta. Harus ada pesta. Titik!”

Plok! “Mamaaa…” panggil anak usia satu setengah tahun itu sambil menepuk punggung saya dengan tangan mungilnya, menarik saya kembali ke dunia nyata setelah sempat beberapa detik berimajinasi tentang dia saat dia sudah masuk sekolah SD.

***

Namanya Farras, anak saya satu-satunya yang berusia satu setengah tahun (saat tulisan ini dibuat). Ia sudah masuk sekolah (baca:dititipkan ditempat penitipan yang modern dan edukatif) sejak umur 11 bulan. Saya tahu konsekuensinya ketika anak apalagi yang masih batita dilepas keluar rumah (bersekolah) dia akan menemui berbagai tantangan. Sebuah undangan ulang tahun dari teman sekolahnya adalah salah satu contoh dari tantangan itu - tantangan baginya dan tantangan bagi saya sebagai orang tuanya.

Sore itu, seperti biasa saya mengeluarkan baju kotor dan kotak makan kotor dari tas Farras, dan memeriksa isinya apakah ada barang-barang dari sekolah yang secara tidak sengaja berada di sana. Kali ini saya tidak mendapati potongan puzzle kayu seperti yang saya dapati kemarin, tetapi sebuah undangan ulang tahun yang lucu khas cita rasa anak-anak. Ini adalah kali keduanya ada teman sekolah Farras akan merayakan ulang tahun di sekolah. Tiba-tiba kekhawatiran itu menyeruak lagi, membangunkan kegelisahan saya yang sempat tertidur. Undangan kecil bergambar mickey mouse itu seperti menggedor-gedor relung hati dan pikiran saya, memaksa sayauntuk segera merancang strategi yang tepat – strategi antisipasi sebelum percakapan imajinasi di atas benar-benar terjadi beberapa tahun lagi. Undangan kecil itu seperti berkata “Ayo cepat apa rencanamu, jangan sampai anakmu merengek meminta pesta ulang tahun.”

Baiklah, berikut rencana saya. Pertama membelikan kado untuk teman sekolah Farras yang akan berulang tahun ke tiga. Ini untuk mengajarkan Farras tentang berbagi, yakni suka memberi hadiah. Kedua, mengucapkan selamat ulang tahun pada si anak sebagai bentuk rasa simpati. Ketiga, tetap akan konsisten membangun program autopilot pada Farras bahwa tidak akan ada perayaan pesta ulang tahun untuknya. What? Istilah apa barusan? Program autopilot? Apa itu?

Menurut ilmu hypnosis, ada dua kesadaran yang mengendalikan setiap tindakan dan gerakan manusia. Yang pertama adalah alam sadar yang dapat dianalogikan sebagai pilot dari sebuah pesawat, dan kedua adalah alam bawah sadar yang dianalogikan sebagai program autopilot dalam pesawat. Ternyata, dari dua kesadaran ini, program autopilotlah yang memainkan peran yang sangat dominan dalam mengendalikan tindakan manusia, yakni sekitar 90% (Ayah Edy, 2013, hal 106). Dalam melakukan suatu tindakan, terlepas apakah itu benar atau salah, seorang anak akan mengacu pada referensi yang lebih dahulu diterimanya. Contoh sederhana, anak yang baru bisa bicara, bertanya tentang nama hewan yang ternyata seekor hamster. Kita bisa saja katakan padanya bahwa hewan itu adalah iping. Jadi anak akan menyebut hewan itu dengan iping karena data yang tersimpan pertama kali dalam memorinya adalah iping. Ia pun akan berdebat dengan temannya yang menyebut hewan itu hamster atau sebutan lainnya selain iping. Prinsip psikologinya adalah apa yang diajarkan lebih dahulu atau apa yang diterima lebih dahulu berpotensi menjadi referensi kebenaran dan akan direkam dalam program autopilot anak (Ayah Edy, 2013, hal 107).

Perayaan ulang tahun yang pertama kali diperkenalkan oleh lingkungan pergaulan Farras di sekolah termasuk program autopilot bagi Farras dan ini sangat membuat hati saya gundah gulana. Kegundahan saya inipun lengkap saat mendapati isi buku Farras yang berjudul MATETO (kepanjangan dari MAaf, TErimakasih, TOlong) yang memuat gambar perayaan ulang tahun seorang anak, lalu si anak mengucapkan terimakasih. Jelas sekali, perayaan ulang tahun sudah menjadi gaya hidup dan kebiasaan, kalau tidak ingin dikatakan tradisi yang sudah begitu kuat dalam masyarakat Inilah tantangan terberat saya sebagai orang tua yang mencoba untuk mengajarkan nilai-nilai Islam, dan meneladani peri hidup Rasulullah SAW.

Maka sebelum konsep ulang tahun terbangun makin kokoh dalam diri Farras, dalam waktu yang bersamaan saya harus sudah mengaktifkan program autopilot dengan cara menanamkan pemahaman tentang tidak pentingnya ulang tahun dan bagaimana sang baginda Rasul tercinta tidak pernah merayakan ulang tahun. Adapun waktunya dapat dibagi menjadi beberapa kali (maksudnya waktu memberikan pemahaman tersebut), yakni waktu setelah diterimanya undangan pesta ulang tahun, waktu akan membelikan kado bersama anak, waktu membungkuskan kado bersama anak, waktu anak berangkat ke sekolah (pra pesta), waktu anak pulang sekolah (paska pesta), waktu anak hendak tidur dengan cara diceritakan tentang kebiasaan hidup sederhana Rasul yang tidak pernah merayakan pesta ulang tahun, atau sewaktu-waktu manakala topik ulang tahun tiba-tiba mencuat. Pada prinsipnya adalah anak dipahamkan sesering mungkin untuk menekan/mencegah tingkat pengaruh program autopilot dari lingkungan pergaulan dan masyarakat.

Pemahaman yang pertama terkait dengan makna yang dibangun dari frasa ulang tahun itu sendiri. Bukankah tahun tidak pernah berulang? Yang berulang adalah hari lahir sehingga ucapannya menjadi selamat hari lahir. Tetapi saya akan mengucapkan Barakallah yang artinya Allah memberkahi pada setiap berulangnya hari lahir Farras.

Pemahaman yang kedua, pada usia tertentu ketika anak sudah sering melihat fenomena kematian, anak dapat dipahamkan bahwa usia memang semakin bertambah, tetapi jatah hidup semakin berkurang. Itu artinya manusia hidup semakin mendekati titik kematian, semakin dekat dengan pencipta-Nya. Contoh, jika anak mendapat jatah usia seumpama hingga 10 tahun yang hanya Allah S.W.T yang Maha Tahu dan sekarang sudah berusia 7 tahun, artinya jatah hidup si anak tinggal 3 tahun lagi. Jadi, pada hari lahirnya ajak anak untuk berkontemplasi atas apa yang sudah ia lakukan pada tujuh tahun terakhir. Apakah banyak perbuatan baik atau tidak baik. Lalu ajak anak untuk berdoa, shalat, dan bersedekah kepada kaum dhuafa sebagai wujud rasa syukur.

Terakhir, semoga menjadi anak yang soleh dan solehah, inilah harapan besar setiap orang tua pada anak-anaknya. Saya berharap di setiap hari lahir Farras, saya akan mendengar “Alhamdulillah…… Allah masih mengkaruniaku usia yang panjang sehingga aku bisa lebih banyak berbuat amal soleh”, dan bukan perkataan “Sebentar lagi aku ulang tahun Ma… aku mau dirayain”. Aamiin.

Referensi

Edy, Ayah. (2013). Ayah Edy Punya Cerita. Jakarta:Noura books.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun