Dear Temankuyang kusayangi,
Satu pagi menjelang akhir bulan Ramadhan 2012 kemarin, aku mendengarkan cerita seorang Ibu yang tidak bisa tidur karena matanya tidak bisa menutup, gatal dan pedih.
Ibuku kenapa ?
Ternyata beberapa hari sebelumya Ibu yang tidak bisa dikatakan muda ini baru saja mengalami Actropion (kelopak mata bawah terbuka). Sebelum peristiwa ini, Beliau datang ke dokter kulit untuk membuang lemak kecil didekat mata sebelah kiri namun beliau direkomendasikan ke seorang dokter bedah plastik. 3 menit pertemuan pertama dengan Sang Dokter Bedah Plastik yang ternyata artis ini, sangat menyenangkan. Sambutan yang sangat ramah. Dan niatan untuk membuang lemak kecil di dekat mata justru ditangkap lebih oleh Sang Dokter menjadi sebuah tawaran lainnya, yaitu membuang kantong mata.
Ah,
Aku tidak tahu, kenapa seorang Ibu yang datang seorang diri ke Aesthetic Clinic harus mengalami ini. Karena mendapatkan keramahan yang luar biasa dalam memberikan penjelasan yang singkat dan disodori contoh-contoh hasil bedah kosmetik yang sempurna, maka Belasan Juta pun melayang.
Apakah demikian praktek seorang dokter ? Dengan tidak memberikan kesempatan seorang Ibu yang datang sendiri untuk berpikir sejenak atau berdiskusi dengan keluarganya? Apakah dengan tensi 168/103 diijinkan melakukan tindakan operasi yang dianggap kecil bagi seorang Ibu yang sudah cukup berumur ? Beliau tidak memiliki kesiapan fisik dan psikis saat itu. Hingga saat ini masih timbul penyesalan mendalam pada Beliau karena merasa sangat mudah telah terbujuk.
So, Where’s The Love ? Belasan atau puluhan SMS dilayangkan pada sang Dokter, yang dengan ramah menjawab ‘Sabar, pasti akan sembuh’. Benar, sekarang sedikit sembuh setelah melakukan rekonstruksi kembali yang dilakukan oleh seorang Dokter Bedah Plastik baik hati lainnya yang jauh lebih Senior; dengan mengambil sedikit bagian telinga agar kelopak mata bagian bawah bisa tertutup.
Painless orPainfull, setelah 1 bulan Beliau tidak dapat tertidur dengan nyenyak bahkan tidak dapat menjalankan aktifitas yang disukainya. Karena harus selalu menggunakan kacamata hitam kemana-mana demi menyembunyikan lebam di sekitar matanya. Dan ini benar-benar mimpi buruk, bukan hanya buat Beliau, tapi juga kita semua. Karena hal ini bisa terjadi pada siapa pun.
Try to Heal the Pain - Setia Kawan ; beberapa teman menghibur dan menanggapi curahan hati Beliau tentang hasil operasi dan kronologi kejadian dengan pernyataan standar : ‘ Laporkan saja ke yang berwajib Jeng, agar orang berhati-hati tidak ke klinik itu lagi’. Tapi, apakah upaya keadilan dan ketidakadilan dapat menyembuhkan sebuah mata indah yang sekarang menjadi lebih kecil dan masih kemerahan hingga saat ini. Apakah Beliau masih memiliki banyak enerji untuk berurusan dengan pihak-pihak yang berwajib hanya untuk melaporkan akibat tindakan sang Dokter yang bisa semakin membuat tidak bisa tidur ?
Saya tidak tau yang sebenarnya, namun menurut berbagai pemberitaan media, berurusan dengan peradilan di Negara Kita Yang Tercinta ini, katanya cukup rumit. ‘Sudahlah, Saya tidak mau berurusan dengan keramaian, yang penting jangan adalagi yang mengalami ini, sudah cukup.’ Beliau mengakhiri curahan hatinya malam itu.
Temanku yang kusayangi,
Semoga dokter-dokter muda yang saat ini dibekali banyak pengetahuan, didukung teknologi terkini, juga memiliki Ilmu Dasar Hidup yang mumpuni. Sehingga bukan hanya sekedar nominal yang terhitung dan kekaguman khalayak yang jadi portfolionya. Tetapi juga nurani. Nurani untuk membantu pelanggannya yang bukan hanya sekedar memberikan ruangan mewah atau kemudahan fasilitas pembayaran, tetapi juga kemewahan hati.Dan mari kita lebih berhati-hati.
Jakarta, akhir tahun 2012
Untuk Kita..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H