Mohon tunggu...
Rovelty Rovelino
Rovelty Rovelino Mohon Tunggu... profesional -

" One drop of ink can make people to think "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Kisah Sang Kancil dan Sang Babi"

12 Juni 2012   04:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:05 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam sebuah hutan rimba hiduplah sepasang sahabat yang berlainan jenis, sang Kancil dan sang Babi. Mereka sudah bersahabat sedari kecil, kemana-mana selalu berdua dalam suka maupun duka. Sang Kancil terkenal dengan kecerdikannya sedangkan sang Babi terkenal dengan keserakahannya. Namun mereka dapat bersahabat dengan baik dalam perbedaan itu..

Pada suatu siang dengan panas yang cukup menyengat dan membuat badan berkeringat, Kancil ingin sekali menikmati buah semangka yang manis dan lezat. Dia berpikir, dengan cuaca yang seperti ini pasti sungguh enak jika dapat menikmati semangka. Terlintas dalam benaknya untuk mengajak Babi sahabatnya untuk mencapai tujuannya..
Kancil pun menemui babi yang sedang beristirahat di bawah pohon nan rindang, lalu ia pun mengutarakan keinginannya.. " Babi, aku ingin sekali makan buah semangka yang ada di hutan seberang sungai itu, kamu mau tidak temani aku kesana..? "  Tanpa berpikir panjang Babi pun meng"iya"kan keinginan kancil sahabatnya untuk mengambil buah semangka. Kancil berkata lagi "  Tapi kita harus menyeberangi sungai untuk mendapatkan semangka itu Babi.."  " Tidak masalah kancil, aku bisa menyeberangi sungai " jawab Babi..

Lalu mereka pun segera ke tempat tujuan yang dimaksud sang Kancil. Setibanya di tepi sungai Babi pun seketika meragu akan niatnya untuk menikmati buah semangka di seberang sungai sana. Memang ranumnya buah semangka sudah terlihat oleh Babi, namun yang membuat Babi ragu adalah adanya seekor Buaya sedang beristirahat berjemur diri di tepian seberang sungai yang akan dilintasi olehnya.

Melihat Babi ragu maka Kancil pun tidak tinggal diam, Kancil berusaha membujuk Babi untuk melintasi sungai tersebut. " Ayo Babi, kamu harus menyeberangi sungai itu lalu kamu bisa memakan semangkanya "  Seru Kancil.. " Aku takut dengan Buaya itu, Kancil. ." Jawab Babi " Bagaimana jika Buaya itu menyerang dan menyantapku.." lanjut Babi.. Dalam hati Kancil berkata " Memang itu tujuan aku mengajak kamu kesini Babi, bila Buaya itu menyantapmu maka aku dengan aman dapat melintasi sungai itu dan dapat menikmati buah semangka sesuka hati.."  Kancil pun berusaha meyakinkan Babi untuk melintasi sungai. " Babi, kamu tidak perlu takut karena Buaya itu sedang beristirahat. Dia sudah mendapatkan makan siangnya hari ini.." ujar sang Kancil.. " Lihatlah mulutnya yang terbuka dan perutnya yang membesar, Buaya itu pasti merasa kekenyangan maka dia beristirahat seperti itu.." lanjut Kancil berusaha meyakinkan Babi. Babi pun melihat kearah buaya dan dia menyaksikan sendiri bagaimana Buaya itu beristirahat. Kancil pun menambahkan keyakian dalam hati Babi dan berkata " Lihatlah buah semangka yang ranum di seberang sana telah menunggu kita, Babi.." Merasa Kancil benar bahwa Buaya itu sudah kenyang dan tidak mungkin untuk mencari santapan lagi serta terdorong oleh rasa ingin segera menikmati buah semangka, lalu Babi pun memberanikan diri.
Tanpa merasa curiga bahwa kancil telah berbohong dan mau mencelakainya, dengan yakin Babi perlahan menceburkan diri kedalam sungai dan berusaha melintasi air sungai yang tidak deras untuk sampai keseberang. Sambil melirik takut-takut ke arah Buaya, Babi pun terus berusaha dan berusaha hingga akhirnya dia berhasil sampai di tepian sungai. Babi senang bukan kepalang menyadari dirinya berhasil..

Melihat kenyataan itu Kancil pun terheran-heran dan bertanya pada diri sendiri " Benarkah Buaya sudah mendapatkan makan siangnya hingga dia tidak tertarik untuk menyantap Babi..? " " Ahh, mungkin memang benar Buaya sudah kenyang, buktinya dia tidak menyerang Babi. Maka aku dapat menyeberang sungai ini dengan aman.." pikir sang Kancil lagi dalam hati.
Dari arah seberang terdengar suara babi meyakinkan sahabatnya yang terlihat ragu " Ayo Kancil, jangan takut kamu pasti bisa menyeberangi sungai ini..! " teriak Babi. Mendengar teriakan sahabatnya kancil pun meyakinkan diri untuk berani menyeberangi sungai. Sekali lagi dia melihat ke arah Buaya yang nampak begitu tenang dalam istirahatnya, setelah merasa aman dan yakin Kancil pun melangkahkan kaki ketepian sungai. Dengan merasa yakin dalan hati kancil menceburkan diri ke dalam sungai dan berusaha melintasi arus sungai yang tidak begitu deras. Karena merasa yakin serta aman kancil tidak menoleh sedikitpun kearah Buaya. Diluar dugaan dan tanpa disadari oleh Babi maupun Kancil, Buaya itu berenang menghampiri dan menyergap sang kancil yang sedang berusaha menyeberangi sungai. Dengan sekali membuka rahangnya maka tertangkaplah Kancil dan tercengkram kuat dalam mulut Buaya. Kancil berusaha melepaskan diri dengan meronta-ronta, namun usahanya sia-sia karena kalah tenaga dengan Buaya yang begitu kuat. Babi terkesima menyaksikan kejadian itu dari pinggir sungai, gemetar tubuhnya, dia ingin menolong sahabatnya namun itu tidak mungkin. Tidak mungkin melawan Buaya yang begitu kuat dan juga karena Babi takut setengah mati terhadap Buaya. Kancil masih berusaha melepaskan diri dari cengkraman mulut Buaya yang bergigi tajam, darah mengalir deras dari tubuh sang Kancil. " Tolong aku Babi..!!." teriak Kancil " Tolong aku....!! " teriaknya lagi. Babi hanya diam dan menjawab lirih setengah bergumam " Maafkan aku kawan, aku tidak dapat menolongmu.."Putus asa Kancil karena tidak mendapatkan pertolongan, tenaganya pun terkuras habis untuk meronta serta banyak kehilangan darah. Dengan sisa tenaga yang tersisa Kancil bertanya kepada sang Buaya " Kenapa Buaya..? Kenapa kamu tidak menyantap Babi dan malah memilih aku untuk jadi santapan siangmu..? Dengan mulut tetap mencengkram Kancil, Buaya pun menjawab pertanyaan Kancil " Maaf Kancil, saya muslim, saya tidak makan Babi.." Terkejutlah kancil mendengar jawaban Buaya. Kini Kancil pun hanya bisa menangis, menyesali nasib dan pasrah menjadi santap siang sang Buaya.

Tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi, Babi pergi meninggalkan tepian sungai dengan berduka karena harus kehilangan sahabatnya.

Semangka-semangka nan ranum, hijaunya pepohonan hutan dan aliran air sungai menjadi saksi bisu akan kejamnya kenyataan.

*** THE END ***

NB : Tidak bermaksud SARA. Selalu ada hikmah dibalik sebuah cerita.

*Rhonin* ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun