Mohon tunggu...
Rovelty Rovelino
Rovelty Rovelino Mohon Tunggu... profesional -

" One drop of ink can make people to think "

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecil Namun Besar Manfaatnya.

16 April 2012   08:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:33 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334559077638476178

Sampah.. saya yakin kita semua sudah cukup akrab dengan benda yang satu ini, karena hidup yang kita jalani sehari-hari tidak akan pernah bisa terlepas dari sampah. Di mulai dari lingkungan rumah, tempat kerja, mal, rumah sakit, tempat rekreasi, stasiun kereta, terminal hingga di dalam toilet pun pasti ada sampahnya. Mungkin sebelumnya sudah ada kompasioner yang membahas tentang hal ini, tapi tidak ada salahnya jika diulas lagi. Secara tidak langsung setiap orang ikut berkontribusi dalam menghasilkan sampah, entah itu hanya sebuah puntung rokok, bungkus permen, tissu, kemasan air mineral ataupun sampah-sampah kecil lainnya. Memang sih kelihatannya sepele karena itu hanya sampah kecil yang dibuang. Namun sadarkah kita semua bahwa ddari hal yang kecil itu dapat menyebabkan hal yang besar. Bukankah kebakaran dimulai dari api yang kecil..? Sebuah tumor ganas dimulai dari benjolan kecil juga kan..? Sudah terlalu sering saya melihat orang-orang disekitar saya membuang sampah seenaknya sendiri, sehabis menggunakan tisu tinggal lempar, selesai merokok lalu membuang puntung rokok semaunya malah kadang bungkus rokok pun dibuang semaunya (Maaf ya para smokers), sehabis meminum air mineral lalu kemasannya dibuang begitu aja, atau bungkus makanan ringan yang setelah habis isinya dibuanglah bungkusnya dengan sembarang. Sebagian besar mereka yang melakukan itu berasalan " tempat sampahnya jauh mas..!", " tempat sampahnya ga ada sich..!", malah ada yang bilang "salah sendiri kenapa ga disediakan tempat sampah..!". Memang sih pemerintah seperti acuh tak acuh dengan penyediaan tempat sampah tapi apa hal itu bisa dijadikan alasan tuk kita membuang sampah seenaknya..? apakah jika pemerintah tidak peduli maka warganya tidak peduli juga..?. Jika begitu adanya maka ga akan ada jalan keluar yang baik untuk sampah-sampah yang bertebaran. Bayangkan saja, jika 1 orang membuang sampah tisu seenaknya lalu diikuti 1 juta orang lainnya, apa yang terjadi dengan lingkungan kita..? Sudah pasti terhamparlah sampah-sampah tisu itu dimana-mana. Itu baru sampah tisu, bagaimana dengan kemasan snack yang kebanyakan terbuat dari plastik, lalu kemasan air mineral. Puntung rokok pun ikut ambil bagian, berapa juta smokers di Jakarta ini khususnya dan di Indonesa umumnya..? Sudah bisa dibayangkan sampah puntung rokok yang di hasilkan dalam sehari oleh para smokers, kebayangkan jika puntung-puntung rokok yang malang itu dibuang sembarang. Lalu mari kita kolaborasikan sampah tissu, bungkus makanan ringan, kemasan air mineral dan puntung rokok dikalikan jumlah penduduk Jakarta saja dulu yang konon kabarnya hingga 9 juta orang itu maka terciptalah sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan, hamparan sampah dimana-mana. Itu baru empat jenis sampah, belum lagi sampah-sampah lainnya. Mungkin di antara kalian ada yang berpendapat " ahh.. nanti juga ada yang membersihkan " atau juga ada yang bilang " Buat apa kita bayar kebersihan..?" atau " kan ada cleaning service, mereka kan digaji tuk membersihkan sampah..". Jika selalu mengandalkan orang lain mau sampai kapan kita hidup bergelimang sampah..? 1 orang yang membersihkan tapi 1000 orang yang nyampah kapan akan bersihnya..?? Apa iya kita mau hidup seperti kecoa.. Masih ingatkan dengan kecoa..? Makhluk Tuhan yag berwarna coklat gelap, memiliki sungut, yang imut-imut lucu menggemaskan itu. Kecoa hidup dalam lingkungan yang kotor, dimana ada kecoa pasti disana ada sampahnya. Karena memang disanalah kecoa hidup dan berkembang biak. Jika manusia hidup dalam lingkungan yang banyak sampah terhampar berserakan, Lalu apa bedanya manusia dengan kecoa. ( Beda mas..! Kecoa hanya hidup di lingkungan yang ada sampahnya tapi ga ikutan nyampah..#Protes kaum kecoa). Tentu manusia ga mau kan disamakan dengan kecoa, karena manusia punya akal pikiran dan budi pekerti sedangkan kecoa tidak. ( Ga kebayang klo kecoa punya akal pikiran, ga punya akal pikiran aja mereka ga nyampah..haha ). Harus ada kesadaran dari setiap individu untuk ikut bertanggung jawab dan mendisiplinkan diri dengan tidak membuang sampah sembarangan, sekecil apapun itu bentuk sampahnya.  Salah satu caranya dengan membawa kantung plastik kecil untuk sampah tisu, bungkus permen atau sampah-sampah kecil lainnya di dalam tas ( bagi yang berpergian dan membawa tas). Lalu dibuang setelah tiba di tempat tujuan (tentunya dibuangnya di tempat sampah). Memang kelihatannya merepotkan harus membawa kantung sampah kemana-mana tapi itu perlu demi menjaga kebersihan lingkungan. Bagi yang menggunakan mobil pribadi sediakanlah selalu tempat sampah kecil di dalam kendaraan anda, jadi tidak membuang sampah sembarangan dengan tinggal membuka kaca jendela mobil anda. Untuk para smokers, please stop membuang puntung rokok atau membuang bungkus rokok seenaknya karena hal itu sangat mengganggu. Jika setiap orang mau mendisplinkan diri dengan tidak membuang sampah sembarangan, maka akan tercipta lingkungan hidup yang bersih, sehat dan jauh dari penyakit. Sebuah tindakan kecil dari anda semua sangat besar artinya untuk bumi ini, hal-hal yang besar dimulai dari hal yang kecil. Seribu langkah selalu dimulai dengan satu langkah. Mari mulai sekarang, dimanapun kita berada, apapun profesi para pembaca sekalian untuk tidak membuang sampah sembarangan. Wujudkanlah jika kita memang mencintai bumi ini dengan tidak membuang sampah sembarangan. Dengan menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu wujud rasa syukur kita akan nikmat hidup yang telah di berikan Tuhan kepada kita. Terima kasih bagi yang sudah sudi meluangkan waktunya tuk membaca cuap-cuap saya..:) Salam kompasioner :) #Sebuah catatan diatas tumpukan sampah.. ( sama kan dengan kecoa..ehh)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun