" INDONESIAKU "
Dahulu kala.. Pujangga lama bercerita.. Negeri ini gemah ripah loh jinawi.. Membuat bangsa lain iri dan ingin memiliki. Dahulu kala.. Eyang buyutku bercerita.. Tanah ini bagaikan surga..Segalanya berlimpah ruah mau apapun pasti ada.. Indonesiaku..., dahulu kala. Saat ini.. Semua tinggal cerita di sore hari.. Pelipur lara dikala penat mendera.. Penghibur hati mereka yang masih bermimpi. Akan kembali berjayanya negeri ini. Indonesiaku.. Kini menangis pilu.. Meratapi apa yang terjadi hari demi hari..Disana para penguasa berlomba menghabiskan isi bumi..Dimana rakyat tak kuasa menyuarakan isi hati.. Di pusat Indonesia yang bernama jakarta.. Para orang kaya sibuk dengan kemegahan dunia seakan lupa akan kematiannya.. Di pelosok negeri ini, para kaum papa dan terbuang, Menangis pilu meratapi anak-anak mereka yang telanjang.. Disana.. Di gedung yang katanya tempat rakyat menyuarakan hati, Dan berisikan mereka berpendidikan tinggi terpilih sebagai penampung aspirasi.. Sibuk meneriakkan.." Koalisi..Koalisi.." Dipelosok negeri..Rakyat menyuarakan isi hati.. " Lapar..kami lapar wahai penampung aspirasi " Para wakil rakyat bermegah-megah dengan fasilitas yang ada dan gemuk macam babi..Rakyat bertanya dalam hati " akankah anak kami bersekolah nanti..?" Indonesiaku..kini.. Berisikan manusia-manusia keji..Menyelewengkan ajaran ILLAHI RABBI.. Hasil bumi dikirim keluar negeri..Rakyat sendiri hampir mati karena lapar yang tak terperi.. Para pejabat negeri sibuk menggendutkan perut sendiri.. Rakyat sibuk memikirkan " akankah dapat makan anak kami esok hari..?" Mencoba bekerja di luar negeri, lagi-lagi rakyat hanya menjadi pelampiasan birahi.. Indonesiaku..kini.. Keadilan hanyalah seonggok tahi..Dan berlaku bagi mereka yang hidup dalam strata bawah para penguasa negeri.. Indonesiaku.. Tangisan pilumu tiada dapat mengubah apa yang telah berlaku..Keindahanmu dulu, kini hanyalah cerita pelipur kalbu.. Kekayaan alammu dulu, kini hanya menjadi lukisan-lukisan di dinding berdebu.. Maafkan kami yang tiada dapat berkata dan hanya mampu membisu..Turut larut dalam tangisan pilumu.. Menyaksikan perusakan-perusakan dan kehancuran alammu..Indonesiaku.
Original created by : Rovelty Rovelino.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H