Hampir semua orang, baik yang telah berkeluarga maupun yang belum berkeluarga memerlukan uang untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Meskipun ada anggapan bahwa uang bukanlah segalanya namun faktanya saat ini segalanya membutuhkan uang. Pertengkaran yang terjadi di dalam rumah tangga tidak jarang disebabkan oleh masalah keuangan (Nakamura, 1990). Konflik tersebut dapat bermula dari tidak tercukupinya kebutuhan rumah tangga (contohnya seperti belanja untuk makan, sabun cuci dan sebagainya), tidak tersedianya biaya untuk sekolah anak atau tidak adanya biaya untuk pengobatan. Apabila ditinjau lebih mendalam pertengkaran yang terjadi akibat tidak adanya komunikasi antara suami dan istri. Masing - masing tidak mau terbuka mengenai kondisi keuangannya yang terkait penghasilan dan utang atau pinjaman apabila ada. Tidak jarang pertengkaran yang terjadi karena masalah keuangan menjadi KDRT yang pada akhirnya menyebabkan perceraian (Victoria Awi, Mewengkang, & Golung, 2016). Kita tentunya sudah mengetahui bahwa dampak dari perceraian akan mempengaruhi kondisi mental anak dan sebagai orang tua yang baik pasti tidak ingin anak - anak nya akan mempunyai masalah mental.
Peran komunikasi antar pribadi menjadi penting dalam penyelesaian konflik suatu keluarga. Komunikasi akan menjadi efektif saat salah satu individu yang menyampaikan masalah dan rasa prihatinnya, mengetahui bahwa pesan yang mereka sampaikan di pahami oleh pendengarnya (Balson, 1999). Mendengarkan bagi sebagian orang bukan sesuatu yang mudah, karena pada umumnya orang akan lebih suka berbicara daripada mendengarkan. Menurut DeVito, mendengarkan merupakan aktivitas yang melalui tahapan menerima (mendengar pesan yang disampaikan), memahami (mengartikan makna pesan yang di terima), mengingat (menyimpan pesan yang diterima ke dalam memori), mengevaluasi (berpikir kritis dan menilai pesan yang diterima), merespon (menjawab atau memberikan tanggapan mengenai pesan yang di terima) (DeVito, 1976).
Manajemen konflik perlu diterapkan agar masalah keuangan yang terjadi di dalam keluarga tidak berkembang menjadi lebih buruk. Mengalah dan melakukan kolaborasi adalah hal - hal yang dapat dilakukan agar konflik tidak menjadi lebih besar dan ditemukan solusi yang tepat atas masalah keuangan yang ada. Mulai untuk saling terbuka berbicara dari hati ke hati mengenai kondisi keuangan masing - masing, lalu bersama - sama menemukan cara bagaimana mengelola penghasilan, kemudian menentukan bersama apa yang menjadi prioritas utama dalam tujuan keuangan keluarga dan yang terakhir adalah sikap saling percaya harus menjadi dasar dari upaya - upaya yang dilakukan.
Referensi
Balson, M. (1999). Becoming Better Parents: Menjadi Orang Tua Yang Sukses. Jakarta: Jakarta Gramedia.
DeVito, J. A. (1976). The Interpersonal Communication Book (14th Edition) (Vol. 14). Pearson.
Nakamura, H. (1990). Perceraian Orang Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Victoria Awi, M., Mewengkang, N., & Golung, A. (2016). Peranan Komunikasi Antar Pribadi Dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga Di Desa Kimaam Kabupaten Merauke. Acta Diurna, V(2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H