Mohon tunggu...
Rhomero Uno Sitorus
Rhomero Uno Sitorus Mohon Tunggu... Freelancer - Lelaki yg terlahir bukan terpaksa

Lelaki yg terlahir bukan terpaksa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teruntuk Jodohku Nanti, Apakah Kamu Sehat?

20 Juli 2019   14:27 Diperbarui: 20 Juli 2019   14:54 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
//www.facebook.com/larsen.pane

Disore hari yg panas ini seketika aku terbayang dengan ilusi yg mengingatkanku tentang perjalanan hidup .Perjalanan hidup yg penuh dengan drama . Terkadang aku kebagian peran antagonis kadang juga peran protagonis .Hidup bukan sekedar hidup , tapi bagaimana kita bisa melewati setiap cerita drama hidup dengan baik .
Aku adalah seorang pemuda yg bekerja saban hari disebuah kota besar dengan penghasilan yg pas-pasan . Setiap hariku kulalui dengan bekerja dan bekerja sampai aku benar benar lupa bagaimana rasanya dengan rindu , bagaimana rasanya dengan sepi . Aku tidak menghargai lagi rasanya sepi dan bahkan aku tidak bisa lagi menikmati hidup . Tapi jika memang boleh berkata jujur aku sudah muak dengan segala sesuatu nya . Aku ingin bebas sebentar untuk menikmati hidup semisalkan jalan jalan kesuatu tempat dan sebagainya .

Malam minggu , iya benar malam minggu itu hanya sebatas hari biasa bagi aku . Hari yg mitos katanya adalah hari sakral bagi pasangan muda mudi untuk memadu cinta tapi ''Peduli amat " benak hatiku disetiap bertemu dengan hari itu .
Dan sampai saat ini malam minggu bagi aku hanya sekedar hari biasa dan terkadang aku menganggap nya sebagai hari 'minggu malam' dan luar biasa itu cukup mengobati layu hati .

Diperjalanan hidup bukannya aku tidak pernah merasakan cinta . Aku pernah mendapati cinta tapi entah kenapa cinta tidak pernah mendapati aku .
Dulu aku adalah pemuda yg berjuang demi cinta , dulu aku adalah pemuda yg terlalu mencinta . Entah kenapa aku selalu gagal untuk itu . Bukan saja dalam hidup dalam bercinta pun aku gagal. Dan semenjak saat itu aku sudah trauma dengan cinta .

Tuhan sayang banget sama aku , semesta memanggil ibu pertiwi kepangkuannya . Seseorang sosok yg sangat aku banggakan dan inginkan terus hidup dihati dan didunia nyata . Tapi Semesta lebih sayang , aku harus merelakan itu semua . Sosok ibu pertiwi yg punya senyuman khas bersahaja dan perilaku yg lembut mengusik kalbu . Dan dihari ini aku ingin mengirimkan pesan cinta kepada ibu pertiwiku ' Ibu , aku rindu ' salam dari penggemarmu dan pangeran kecilmu yg masih hidup didunia yg sementara ini .

'Aku ingin seperti jodohku seperti ibu" apakah aku salah dengan itu ? Standart jodohku harus seperti itu harus mempunyai senyum khas bersahaja dan perilaku lembut mengusik kalbu. Aku bukan tipikal yg susah dan ribet tapi jika berkenan untuk memilih jodoh iya begitulah standart jodohku . Hari berganti musim belum jua aku bertemu meskipun sesekali aku pernah tertarik dengan paras wanita disekitarku . Entah mengapa aku masih saja tidak bisa menemukan nya . Apakah aku yg terlalu memilih atau memang terlalu tinggi standart nya ?

Tapi alasan terbesar hanya aku adalah manusia yg sudah takut untuk jatuh didalam drama atau romansa cinta yg salah . Disetiap malamku selalu kutitipkan doa kepada semesta untuk mempertemukan ku dengan jodoh . Jodoh yg baik mampu berdiri tegar dalam ombak hidup dan terus memegang tanganku dan berkata "Tenang saja aku akan bersamamu " semoga semesta beserta alamnya berkehendak baik

Teruntuk jodohku , apa kabar dirimu ? Apakah kamu sehat ? Lekas datang aku merindukan mu

sekian

Dikutip dari seorang lelaki yg masih hidup didunia yg sementara ini yg lagi mencari cinta

salam dari tepian danau Toba

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun