Mohon tunggu...
Saul Reinhart
Saul Reinhart Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Berbagi dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jessica, Guantanamo dan Rodent Control

1 Oktober 2016   07:46 Diperbarui: 1 Oktober 2016   09:30 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jessica Kumala Wongso, dalam persidangannya menyatakan kepada majelis hakim bahwa dia menerima perlakuan tidak manusiawi selama penahanan oleh pihak kepolisian. Salah satu pengakuannya adalah bahwa dia ditempatkan di ruangan berukuran 2 x 1,5 meter, tanpa ventilasi, hanya terdapat jendela yang kecil.  Kemudian lampu di ruangan tersebut sangat terang.

Namun pihak kepolisian telah membantah keasaksian tersebut. Menurut kepolisian, Jessica meminta tempat khusus karena dia tidak ingin berada bersama dengan para tersangka atau orang lain. Sebuah stasiun televisi swasta bahkan memberikan visual ruangan tersebut dimana tidak seperti yang disampaikan terdakwa.

Hal yang menarik buat saya adalah dia menambahkan pula bahwa di ruangan tersebut ada tikus, kecoak bahkan kalajengking (semoga saya tidak salah kutip).

Saya bukan praktisi hukum atau orang dengan latar belakang pendidikan hukum dan tidak dalam posisi untuk menilai seseorang bersalah atau tidak, atau apakah seseorang berbohong atau tidak.

Menarik menurut saya karena, pertama, ketika dia menyebutkan sebuah ruangan yang kecil dengan lampu yang sangat terang, saya jadi teringat dengan kisah-kisah dalam film-film Amerika. Dalam beberapa film dengan tema terorisme, digambarkan bagaimana terduga terorisme dikurung di penjara Amerika di Kuba yaitu Guantanamo. Tersangka ditempatkan dalam ruangan yang sempit, dengan penerangan yang sangat kuat dan disertai dengan musik yang keras dan tidak pernah berhenti. Terdakwa secara mental akan sangat tertekan, sehingga ketika tidak kuat lagi dia akan membuat pengakuan.

Dalam ruangan penahanan tersebut Jessica menyampaikan juga bahwa terdapat tikus dan kecoak. Saya pernah beberapa tahun bekerja dengan perusahaan Pest and Rodent Control, dimana “musuh” nya antara lain kecoak dan tikus.

Kecoak masuk dalam klas insekta atau serangga  serta phyllum arthropoda . Sifat umum kecoak adalah mereka senang berada di tempat yang gelap, lembab, bau dan kotor. Sekalipun dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa kecoak sangat membantu dalam menguraikan sisa-sisa makanan, namun serangga ini bagi sebagian orang sangat menjijikkan. Keberadaan kecoak dalam ruangan sangat mudah dikenali dari baunya yang khas. Dalam beberap kejadian, kecoak tidak dapat dimusnahkan dengan insektisida tertentu.

Tikus yang umum ditemukan di Indonesia adalah tikus atap (Rattus rattus) dan tikus got (Rattus novergicus). Tikus tergolong dalam hewan yang cerdik dalam menjalani kehidupannya termasuk menjaga keselamatannya. Ketika tikus sudah menempati suatu ruangan yang menjadi “wilayahnya” maka dia sangat mengenal area terebut. Disana sini sudah ditandainya baik dengan air seni maupun jejak kaki ataupun lemaknya (smear). Manakala ada perubahan dalam areanya, maka dia akan menjadi sangat waspada. Tikus adalah makhluk yang fobia dengan hal-hal yang baru/ perubahan. Tikus mempunyai penciuman dan pendengaran yang sangat baik. Gerakan sedikit saja maka tikus akan segera lenyap dari penglihatan kita.

Semua tikus pada umumnya sangat tidak menyukai tempat-tempat yang terang. Itulah sebabnya kita jarang melihat tikus berkeliaran di siang hari. Retina tikus yang terpapar sinar yang kuat membuat tikus seperti kehilangan “kesadaran” dan tidak bisa bergerak. Para pemburu tikus di daerah Minahasa berburu tikus pada malam hari dengan cara mengarahkan lampu senter ke mata tikus kemudian menembaknya.

Apakah ruangan penahanan Jessica yang memang tidak layak sehingga terdapat kecoak dan tikus, ataukah pengakuannya yang tidak benar, biarlah itu menjadi bagian cerita dari edisi kopi Mirna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun