Mohon tunggu...
Rheina  Nasution
Rheina Nasution Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga dan praktisi SDM yang gemar menulis tentang berbagai hal terutama mengenai hal-hal yang terkait dengan gaya hidup, parenting dan isu wanita serta psikologi secara umum.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Taat Itu...

31 Agustus 2015   15:13 Diperbarui: 31 Agustus 2015   15:23 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Taat adalah bentuk kepatuhan dan sejak kecil kita sudah diajari bahwa sebagai anak kita harus taat dan patuh pada orangtua.  Anak yang manis adalah anak yang patuh dan taat pada apa yang dikatakan orangtua dan kita tidak berkeberatan untuk jadi anak manis  karena anak manis biasanya akan lebih disayang ibu dan bapak dibanding anak nakal yang seringnya bikin jengkel dan naik darah orangtua. Kalau sudah begini pasti bakal sulit minta ini dan itu ke orangtua.

Disayang orangtua itu menyenangkan sekali kan,  karena pasti akan banyak perhatian dan tentunya hadiah yang dibelikan orangtua,  kalau mau apa-apa juga kemungkinan besar akan dikasih. Sebaliknya bikin bete orangtua siap-siap saja menghadapi delikan mata atau bahkan cubitan dan jeweran di sertai suara menggelegar. Ha ha ha ini kok rasanya jadi seperti kilas balik masa kecil ya.

Setelah masuk sekolah,  sejak jaman Taman Bermain (PAUD) sampai pendidikan tertinggi kita juga belajar tentang berbagai macam aturan dan peraturan lainnya dan lagi-lagi kita sebagai siswa atau mahasiswa harus menunjukkan ketaatan dankepatuhan terhadap aturan dan peraturan itu serta juga terhadap aturan para pengajar,  guru dan dosen. Terbukti juga kan,  siswa (bahkan sampai mahasiswa) yang hobinya melawan aturan akan kena hukuman,  mulai dari yang ringan sampai yang berat.  Seringkali juga, mereka-mereka yang kurang taat dan patuh itu,  karena menghindari aturan dan peraturan serta menghindari hukuman yang lama-lama menjadi semakin berat karena terakumulasi,  jadi sering bolos dan karena sering bolos jadi tidak benar-benar memahami materi pelajaran.  Akibatnya sudah pasti saat ulangan / ujian,  nilainya jadi tidak memadai untuk bisa lulus.  Akhirnya bisa berdampak pada kondisi tidak naik kelas atau bisa-bisa di drop out.

Nah,  tambah lagi pelajaran hidup yang kita dapatkan.  Ketidak taatan dan ketidakpatuhan kita akan membuat kita harus menghadapi sanksi yang bisa jadi akan terakumulasi bila kitanya keras kepala dan menolak untuk taat dan patuh. Kekeras-kepalaan kita untuk tidak mau taat dan patuh bisa jadi berdampak pada sanksi yang berdampak jangka panjang ke kehidupan kita. -ya kalau sampai harus tidak naik kelas atau sampai di DO,  pasti ada dong efek jangka panjangnya pada kehidupan kita ... minimal masa menyelesaikan pendidikan jadi lebih lama dan peluang kerja jadi lebih lambat diperoleh-

Hidup terus berlanjut.  Saat kita bekerja,  menjadi pekerja ataupun menjadi pemilik usaha,  kita kembali menyadari betapa kita harus menunjukkan ketaatan dan kepatuhan bila kita ingin sukses dan berhasil.  Sebagai pekerja kita tentu harus mentaati semua peraturan perusahaan dimana kita bekerja,  bila tidak ingin sanksi berupa Surat Perngatan dilayangkan pada kita,  bila kita semakin bandel bisa-bisa dipecat! Nah Lho!  Sebagai pemilik usaha kita lebih-ebih lagi,  kita harus mentaati aturan dan peraturan karena kita menjadi contoh bagi para pekerja kita.  Kalau kitanya aja sembarangan gimana mau marah sama pekerja kita yang bandel juga?  Lagi-lagi,  ketaatan dan kepatuhan adalah hal yang memang harus kita lakukan dalam apapun tahapan kehidupan.

Seringkali kita bisa dan berhasil memaksa diri kita untuk menjadi taat dan patuh.  Kita biasanya akan menyemangati diri kita untuk terus taat dan patuh dengan mengingat betapa tidak menyenangkannya mendapatkan sanksi dan hukuman,  serta betapa menyenangkannya mendapatkan reward hadiah bila kita memenuhi segala peraturan.  Sayangnya,  kita justru sulit memaksa diri kita untuk taat dan patuh pada sang pemilik diri kita,  Allah Tuhan kita.

Bila jadi anak manis bagi orangtua kita, mereka akan sangat sayang pada kita,  dan semampunya orangtua pasti akan memberikan apa yang terbaik untuk kita.  Bayangkan bila kita menjadi anak manis bagi Allah SWT,  Allah yang maha kaya,  yang memiliki segalanya yang ada di langit dan dibumi dan diantaranya.  Bayangkan bila kita taat dan patuh pada Allah,  apa yang akan Allah berikan pada kita sebagai hadiah dari ketaatan kita?  

Bila kita menjadi siswa / mahasiswa yang taat dan patuh, gak neko-neko dan mengerjakan dengan sebaik-baiknya segala kewajiban dan tugas yang harus dilakukan,  maka guru dan dosen akan mudah mengenali kita dan bukan tidak mungkin kita jadi anak kesayangan yang berakibat pada mudahnya kita mengakses informasi dari beliau2.  Bahkan seringkali kita dipinjami buku-buku berkwalitas.  Menjadi siswa / mahasiswa yang taat dan patuh membuat kita lebih mudah meraih nilai-nilai yang baik.  Nah bila guru dan dosen saja sudah akan memberikan dukungan sebaik-baiknya agar anak didik kesayangannya berhasil dalam pendidikan dengan membanggakan,  apa yang akan diberikan Allah bila kita mentaatinya, menjalankan seluruh kewajiban kita dan menjauhi laranganNya. Allah tentu akan memudahkan pula hidup kita.

Bila ketaatan dan kepatuhan bisa membuat karir kita mulus dan lancar.  Maka ketaatan dan kepatuhan pada Allah tentunya juga akan membuat kehidupan kita lebih mulus dan lancar.

Nah jadi tidak berlebihankan bila saya ingin  mengatakan bahwa TAAT(pada Allah SWT) itu INDAH, TAAT (pada Allah SWT) itu memBAHAGIAkan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun