Mohon tunggu...
Reyhan Arrasuli
Reyhan Arrasuli Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

cool, calm, consequent

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu Bersama Bintang

22 Februari 2013   06:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:54 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan tersenyum bahagia, rindu memandang handphone Blackberry di tangannya. Dia masih tak percaya akhirnya bisa memiliki barang yang diidam-idamkan nya selama ini. Akhirnya ia bisa mendapatkannya, walaupun sedikit bertentangan dengan ayahnya.

Rindu memang sudah mengharapkan handphone itu sejak maraknya Blackberry dikalangan teman-temannya. Rindu sudah menceritakan sejak lama pada bundanya kalau dia sangat minder karena tidak memiliki Blackberry.

“ Rindu malu bunda, dibilang anak aneh karena nggak punya Blackberry “. Curhat Rindu pada bundanya.

Walaupun ia bukan dari keluarga yang kaya, tetapi ayahnya ingin memberikan sedikit motivasi pada anak sulungnya yang rajin dan pintar. Ayahnya merasa rindu sudah perlu mendapatkan hadiah yang layak atas prestasinya. Meski itu bertentangan dengan hati nuraninya. Menurut ayahnya, seorang rindu yang baru menginjak SMU belum pantas memiliki barang semewah itu. Sehingga, sempat ada perdebatan kecil antara rindu dengan ayahnya.

Bagi orangtuanya, rindu adalah seorang anak yang rajin dan penurut. Serta selalu berprestasi dan membanggakan orangtuanya. Oleh karena itu, kedua orang tuanya tidak ingin mematahkan semangatnya dalam keadaan keluarganya yang sederhana. Rindu merupakan anak satu-satunya yang normal selain Bintang adiknya yang mengidap Autis sejak kecil. Maka, ayah bundanya ingin rindu tetap semangat dan menjadi anak yang percaya diri.

“ Akhirnya gue punya BB juga vin” ucap Rindu pada teman sekolahnya di telepon yang sempat terdengar oleh bundanya. Bunda sangat senang sekali melihat raut kebahagiaan di wajah Rindu. Tapi seketika wajahnya berubah tegang ketika melihat adiknya yang hendak menyentuh barang kesayangannya itu. Rindu segera merebut smartphonenya dengan kasar dari tangan Bintang.

“ Jangan adek, nanti rusak !!!! “ ucapnya setengah berteriak.

Rindu kelihatan kesal pada adiknya. Dia memang sedikit terganggu dengan kelainan yang dimiliki Bintang. Walaupun tidak pernah terucap apapun dari bibirnya pada kedua orangtuanya mengenai ketidaksukaan dia pada adiknya. Namun sebagai ibu, bundanya sangat merasakan apa yang dirasakan pada Rindu anaknya. Dan itu membuat bundanya sangat sedih melihat perlakuan anak sulungnya itu.

Ingin rasanya melihat Rindu ikut menjaga dan membimbing adiknya dengan sebaik-baiknya. Tetapi bunda tidak bisa memaksa Rindu menerima Bintang dengan ikhlas. Bahkan sampai Bintang sudah berumur 10 tahun seperti sekarang ini.

Sudah seharusnya Bintang menikmati suasana belajar di sekolah seperti anak normal lainnya. Dan hal itu sudah pernah dilakukan, tetapi hal-hal yang diinginkan selalu terjadi di sekolah biasa. Untuk itu, Bintang dipindahkan ke SLB. Bintang selalu berkelahi dan membuat onar dengan teman-teman laki-lakinya. Namun sepertinya Bintang merasa kesepian selalu berada di rumah.

“ Rindu, kamu ajak adikmu main dengan teman-teman kamu di depan dong. “ Pinta bunda pada Rindu suatu kali.

“ Rindu malu bu, takutnya Bintang gangguin teman-teman Rindu lagi.” Bunda terdiam saat Rindu mengatakan malu. “ Tapi dia itukan adik kamu sayang, kamu harusnya sayang samaadik sendiri.”

Rindu memilih diam dan perdebatan itu selesai begitu saja. Dan rindu langsung pergi ke depan membawa makanan dan minuman untuk teman-temannya. Bundanya mengikuti dari belakang. Begitu sampai di depan, betapa terkejutnya rindu melihat bintang sudah berada diantara teman-temannya. Tapi rindu merasa aneh, karena justru teman-temannya terlihat senang bersamanya.

“ Adek, kamu ngapain disini?Jangan ganggu teman-teman kakak lagi belajar.” Bentak rindu.

“ Lo koq ngga pernah bilang punya adik cewek sih, Rin? Udah cantik, pinter, lucu lagi. “ sambut Vina begitu Rindu datang.

“ Iya nih, sesuatu banget sih lo….” Tambah Ina mengikuti gaya Syahrini.

“ Lagian siapa bilang ganggu, malah ngebantu kita ngerjain tugas,” timpal Dini tak mau kalah.

Mereka adalah ketiga teman Rindu yang paling akrab. Karena Rindu sekolah di sekolah elit, sudah pasti teman-temannya adalah anak-anak dari keluarga berada. Tapi mereka tidak pernah keberatan untuk bergaul dengan Rindu. Terlebih lagi dengan adiknya yang menurut mereka menarik. Mereka sangat kagum pada Rindu yang memang paling pintar diantara mereka.

“ Gue ngiri deh sama elo, lo itu dari keluarga pinter dan baik ya hehe…..” ucap Vina.

Tetapi Rindu tetap tidak bisa percaya begitu saja pada ucapan teman-temannya. Dia takut itu hanya akal-akalan teman-temannya dan memanfaatkan dia, lalu setelah itu mempermainkannya seperti yang dilakukan teman-temannya di SMP. Rindu sempat merasa minder dan trauma terhadap teman-temannya yang kaya. Apalagi yang berhubungan dengan adiknya yang cacat. Sehingga Rindu tetap tidak bisa menerima adiknya yang berkekurangan itu dengan hati ikhlas.

Bintang yang tidak pernah mengerti apa yang dirasakan Rindu hanya selalu tersenyum dan tertawa, walaupun Rindu terlihat sangat marah padanya. Dalam hati kecilnya kadang Rindu merasa kasihan pada adiknya yang sangat polos. Namun, jika mengingat kejadian memalukan Rindu oleh teman-temannya karena adik cacatnya itu, perasaan marah itu timbul lagi. Apalagi bila ia melihat Bintang tertawa saat dia marah, wajah innocentnya itu terlihat mengesalkanseakan meledeknya.

Hingga pada suatu saat, Rindu menemukan adiknya sedang memainkan HP kesayangannya. Saat dia hendak mengambil makanan di dapur, ia meletakkan BB nya di atas meja belajarnya di kamar. Dan sekarang benda itu sudah berada di tangan Bintang, adik yang selama ini dibencinya. Tentu saja rindu marah bukan main melihat adiknya lancang masuk kamarnya dan memainkan barang yang paling dijaganya.

“ Adek….!!!” Bintang kelihatan terkejut melihat suara Rindu yang menggelegar sehingga membuat Blackberrynya terjatuh ke lantai.

“ Tuhkan, jadi jatuh BB nya. Gimana sih jadi mati kan. Adek sih……ini mahal tau !!!”

Rindu begitu marah melihat BB nya rusak. Baru kali ini Rindu melihat adiknya begitu kaget dan ketakutan.

“ Udah, adek keluar deh. Bikin rusak aja. “ ucap Rindu masih dalam keadaan marah. Lalu Bintang berlari menghambur keluar karena ketakutan dibentak Rindu. Dan berlari kedalam kamar bundanya sambil memeluk bunda. Wajahnya pucat dan hampir menangis.

“ Adek kenapa? Dimarahin kakak lagi ya? “ Tanya bunda bingung.

Dia diam saja dan terus memeluk bunda makin erat. Bunda terlihat bingung dan merasa iba. Akhirnya dia tertidur pulas setelah bunda memeluknya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Bunda yakin ini perbuatannya Rindu.

“ Rindu, bunda tau kamu ngga suka sama Bintang. Tapi jangan kamu terlalu kasar sama dia, bunda ngga suka. “

“ Tapi dia udah rusakin BB rindu bunda. ” bela Rindu pelan.

“ Pokoknya bunda ngga suka kalau kamu jahat sama adik kamu sendiri. “

Setelah memperingatinya, bunda keluar begitu saja dari kamar Rindu. Rindu terkejut melihat bunda terlihat begitu marah dari biasanya. Sebegitu pentingnya kah Bintang buat bunda, sampai bias membuat bunda sebegitu marahnya sama dia.

Keesokan harinya, sepulang sekolah Rindu mendapati rumahnya kosong dan sepi. Tidak ada bunda juga Bintang. Tetapi rindu tidak terlalu perduli, apalagi terhadap Bintang. Karena dia masih pusing memikirkan BB barunya yang sudah diservis, nanti sore baru dikabari.

Lama kelamaan ia sedikit bingung juga memikirkan bunda yang tidak di rumah tanpa ada kabar apa-apa dari bunda. Walaupun bunda sudah menyiapkan makan siang untuknya. Tidak lama ia mendengar telepon berdering. Dan ia segera keluar untuk mengangkat.

“ Halo”

“ Rindu, ini ayah. Kamu siap-siap ya. Nanti ayah jemput ke rumah. “ternyata ayahnya yang menelpon.

“ memang mau kemana yah?”

“ Kita ke tempat perawatan Bintang, menyusul bunda. Jangan lupa kamu siapin juga barang-barang Bintang. “

“ Tapi ayah, nanti sore Rindu mau ke tempat servis HP mau ambil BBnya yang rusak kemarin. “tolak Rindu segera. Sempat terbesit rasa kesal dihati Rindu begitu ayah menyebut nama Bintang. Ternyata bunda bersama Bintang. Dan rindu berpikir kalau itu hanya pengecekan keadaan Bintang seperti biasanya, tidak ada yang menarik.

“ Kamu tega sama adik kamu yang sedang sekarat sekarang di rumah sakit gara-gara perbuatan kamu, dan kamu lebih memilih HP itu? “ Tanya ayahnya dengan nada tinggi. Tampak ada rasa kesal pada nada bicara ayah mendengar Rindu sangat egois. Rindu terkejut mendengar perkataan ayahnya.

“ Memang Bintang kenapa yah?” Tanya Rindu bingung.

“ Kamu mau tau Bintang kenapa? Bintang mendapat serangan jantung tadi malam. Ayah dengar kamu sempat membentak dia, ya kan? Pokoknya ayah datang kamu harus sudah siap.”

Setelah mendengar telepon ditutup, Rindu benar-benar terngiang-ngiang perkataan ayahnya. Perasaannya tidak karuan, tidak seperti biasanya ia begitu cuek kalau mendengar berita mengenai adiknya. Kali ini ia merasa begitu menyesal atas apa yang telah ia lakukan terhadap adiknya yang lugu itu.

Namun begitu ia melewati kamar Bintang, ada rasa penasaran dia terhadap adik satu-satunya yang tak pernah disayanginya. Rindu begitu ingin tau seperti apa adiknya yang selama ini tidak pernah dikenalnya, karena rasa malunya yang begitu besar. Sambil menunggu ayahnya, ia memasuki kamar adiknya sekaligus menyiapkan perlengkapannya.

Ini kali pertama ia memasuki kamar ini. Apa yang dilihat dikamar itu diluar dugaannya sama sekali. Banyak sekali gambar dan tulisan nama tentang dirinya. Rindu benar-benar bingung. Ternyata selama ini Bintang benar-benar sangat mengagumi sosok dirinya. Kakaknya yang tidak pernah menerimanya dengan baik.

Bodohnya lagi, Rindu benar-benar tidak tau kalau adiknya bisa menggambar. Banyak sekali gambar dirinya yang diambil dari foto-foto dirinya. Termasuk foto mereka berdua saat masih kecil. Dan foto itu yang dibingkai agak besar dari yang lain. Baru kali ini Rindu merasa sangat jahat, padahal kalau dipikir lagi selama ini adiknya tidak pernah benar-benar mengganggunya.Hanya saja perasaannya sudah terlalu marah karena ulah temannya yang sudah menghinanya karena adiknya.

Tak terasa menetes air matanya melihat semua ini. Sebegitu jahatnya kah ia terhadap adik satu-satunya yang tidak memiliki kesalahan apa-apa. Haruskah terjadi seperti ini dulu baru ia menyadari ia memiliki adik yang manis.

Rindu benar-benar merasa bersalah, tiba-tiba ada satu janji yang ingin segera ia sampaikan pada adiknya itu.

“ Adek, kakak kangen sama adek. “

Rindu berjanji untuk selalu bersama Bintang. Rindu akan selalu bersama Bintang, itu janjinya dalam hati begitu ia sampai nanti.

“ Kakak janji Bintang, maafkan kakak. “

Teleponberdering sekali lagi, Rindu terkejut dansegera mengangkatnya.

“ Rindu…?” terdengar suara bunda kali ini.

“ Ya Bunda, nanti ayah kesini untuk menjemput rindu. Bunda tunggu disana ya. Bagaimana keadaan Adek? “

“ Rindu….” Sekarang suara bundanya terdengar kecil.

“ Adek ngga ada, sudah dipanggil Tuhan sayang…” Bunda terdengar sesegukan memberitahukannya.

Seketika badan rindu lemas dan hampir terjatuh, kepalanya terasa berputar-putar.

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun