Mohon tunggu...
Bung Parulian
Bung Parulian Mohon Tunggu... Administrasi - Parlemen Jalanan

Tabea Hormate Ina Ama Pisarana U Ipewe Saparua Imanuel Anakotta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stunting dalam Pusaran Adat Istiadat Suku Pedalaman di Maluku

13 Agustus 2018   12:20 Diperbarui: 13 Agustus 2018   14:19 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting dan kelaparan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan, karena saling memiliki keterikatan yang kuat. Dimana stunting sendriri adalah keadaan dimana seseorang memiliki tubuh yang lebih pendek dibandingkan dengan orang lain seumurannya yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis yang menyerang bayi/janin dan mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Di Inonesia sendiri permasalahan ini banyak ditemukan hampir diseluruh wilayah, salah satunya yaitu Maluku yang memiliki presentasi stunting lebih tinggi dari 40%. 

Stunting sendiri masih menjadi musuh dan momok terbesar dalam dunia kesehatan di Maluku. Dimana Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Namun tetap saja masih terdapat permasalahan stunting terutama di suku-suku pedalaman di Maluku, contohnya permasalahan gizi buruk di Desa Siahari dan Suku Wausu Ane.

map google
map google
Permasalahan stunting yang terjadi pada daerah pedalaman di Maluku ini tak terlepaspisahkan dari sosial-kultural masyarakat yang masih memegang teguh prisnsip kedaerahaan yaitu kearifan lokal dan kepercayaan pada adat istiadat yang dianut oleh suku tersebut.

 Dimana suku-suku pedalamn di Maluku masih menutup diri dari dunia luar dan memilih untuk menempati daerah pedalaman yang jauh dari fasilitas kesehatan. Sehingga menyebabkan sulitnya akses kesehatan pemerintah untuk menjamah masyarakat tersebut. Ketakutan ini bersumber dari ketakutan masyarakat akan jamahan pemerintah yang akan merusak dan menggerus adat-istiadat suku mereka.

Selain itu, permasalahan letak geografis juga masih menjadi faktor pendukung permasalahan stunting tersebut. Dimana kondisi alam dan keadaan fisik Maluku yang dipenuhi dengan wilayah peraiaran dan kondisi pegunungan masih menjadai masalah tersendiri dalam proses penyebaran penyediaan kesehatan bagi suku-suku pedalaman yang mengalami stunting tersebut.

Pemerintah dalam upaya untuk menyelesaikan oermasalahan tersebut telah melakukan beberapa upaya, diantaranya dengan melaksanakan program Germas dan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat serta pembangunan unit kesehatan masyarakat. 

Salah satu bentuk lain dalam upaya ini adalah pelaksanan kegiatan Flash Bloging yang dilaksanakan oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku untuk memberikan pelatihan sekaligus sosialisasi mengenai upaya pemerintah dalam menekan angka stunting di Maluku, sehingga dapat melahirkan pemikiran dan solusi-solusi baru bagi penyelesaian permasalahan stunting tersebut

Selain itu diperlukan juga qsatu model dari Program Germas yang mampu menyesuaikan dengan kearifan lokal dari suku pedalaman tersebut. Salah satunya peran penyedia kesehatan maupun pemerintah yang memiliki relasi kuat dengan para stakeholder dari suku tersebut (Kepala Suku dan Kepala Adat). 

Dimana dalam pola kearifan lokal suku pedalaman yang sangat mematuhi perintah Kepala Suku atau Kepala Adat untuk hidup sehat sesuai dengan apa yang dicanangkan dalam germas dan disesuaikan dnegan adat suku tersebut. Kemudian harus ada juga para tenaga kesehatan yang siap dan mampu untuk mengawasi dan menjadi fasilitator  suku tanpa mencampuri urusan adat mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun