Mohon tunggu...
RhetIM
RhetIM Mohon Tunggu... Buruh - Orang biasa

Aneh ajalah. Bingung mau dibuat apa, karena ada pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang..

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Natal dan Dewa Matahari

29 November 2015   21:32 Diperbarui: 29 November 2015   21:34 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

NATAL DAN DEWA MATAHARI

Sebentar lagi bulan Desember. Sebentar lagi banyak terhias pohon-pohon cemara--baik di rumah, pertokoan, ataupun Mall-Mall. Suasana Natal adalah suasana yang menyenangkan. Dan pastinya, hari raya yang dipenuhi sukacita, baik dari yang kecil hingga orang dewasa.

Sayang, ada sebagian yang mengatakan bahwa Natal itu identik dengan simbol kelahiran dewa matahari yang di adaptasi menjadi hari kelahiran Yesus Kristus. Tak dipungkiri pula, bahwa memang Alkitab tak pernah mencatat tentang kelahiran Yesus. Bahkan tidak ada bukti otentik, jika kelahiran Yesus itu jatuh tepat pada tanggal 25 Desember.

Mereka yang tak pernah mengerti--bahkan segelintir orang mencibir--mengatakan jika hari raya adalah hari raya yang diadakan oleh kaum pagan penyembah dewa matahari.

Tidak menampik kemungkinan. Dan memang benar bahwasannya kelahiran Yesus itu mengadopsi hari raya kaum pagan. Lalu, dengan adanya kaitan antara Natal dan dewa matahari, apakah semata-mata itu membuktikan kelahiran Yesus hanya omong kosong?

Tentulah tidak. Selain di Alkitab yang menulis tentang kelahiran Juru Selamat dunia. Dalam kitab lain juga mencatat, bahwa 2000 tahun lalu, kisah kelahiran Yesus bukanlah fiktif belaka; seperti hal karangan novel Harry Potter atau sejenisnya. Kisah ini memang benar terjadi adanya. Dan bukanlah bualan belaka. Jika kelahiran Yesus adalah omong kosong belaka, mungkin takkan ada juga kisah-kisah inspiratif yang kebanyakan mengadopsi tentang kisah Juru Selamat yang rela mengorbankan dirinya untuk dunia.

Bukan hal itu saja. Sebenarnya yang ingin dibahas adalah, 'kenapa Alkitab tidak pernah mencatat tanggal lahir Yesus yang sebenarnya?'. 'Kenapa juga harus mengadopsi hari raya kaum pagan, yang jelas-jelas menimbulkan pertentangan akhir-akhir ini?'.

Bukan hanya di luar Kristen yang mempermasalahkan tentang kelahiran Kristus di dunia, akan tetapi ada juga di belahan bumi ini yang notabene mengaku sebagai pengikut Kristus, tapi tidak merayakan kelahiran Yesus yang dirasanya kontradiksi. Whatever, sih! Jika berbagai jawaban, namun disangkal oleh pembenaran, apakah akan menemukan titik terang benderang?

Hal pertama yang ingin disampaikan adalah bahwa kelahiran Yesus bukanlah kisah fiktif belaka. Kedua, tentang kisah hari raya kaum pagan penyembah matahari, bukanlah hal yang berarti Yesus tidak pernah lahir. Ketiga, tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai kelahiran Yesus sebagai simbol saja. Atas kelahirannya, kita patut bersukacita oleh karena Dia, janji digenapi untuk keselamatan umat manusia.

“Bukannya tetap saja, Yesus tidak pernah dilahirkan di tanggal 25 Desember?” Tanya seseorang kawan, saat Rhet masih sibuk dengan pekerjaannya.

“Terus? Mau lo tanggal berapa? Hihihi ... kalau lo punya bukti otentik dengan tanggal kelahiran Yesus, kenapa juga nggak di usulin ke bapa-bapa gereja aja?” seloroh Rhet asal sambil mengutak-atik motor pelanggannya.

“Ya, aneh aja. Menurut sejarah, tanggal 25 Desember itu hari kelahiran dewa matahari. Kenapa mengadopsi hari raya kaum pagan? Bukannya sama aja itu membuktikan ketidakbenaran yang dibenar-benarkan?”

“Wuih, mantap tuh jawaban lo, Jer?” Membenarkan sedikit, sambil merenungkan sesuatu atas ucapan kawannya.

“Nah, jadi lo setuju, kan, kalau Yesus itu nggak pernah dilahirkan bulan Desember tanggal 25?” tanya Jerry tersenyum puas.

“Setuju sih! Tapi lo pernah mikir nggak? Kenapa Alkitab tak pernah mencatat itu, kenapa?” Kini Rhet mengumpan balik sebuah tanya.

“Nggak!”

“Nah, lo pulang dan tanya emak lo. Waktu emak lo ngelahirin lo ke dunia, apa yang dilakuin bapak lo pertama kali tahu manusia macem lo lahir?”

“Ngapain mesti pulang. Ya, pastinya mereka bahagia dan senang. Terus, apa hubungannya lahirnya gue dengan kelahiran Yesus?” sangkal Jerry heran.

“Nah, lo tanya Emak ma Babeh lo. Apa ketika lo lahir, pertama yang mereka lakuin itu, apa ngeliat kalender terus melingkarinya dan mencatat, 'ni hari anak gue lahir'. Gitu?”

“Tapi bung Karno aja ada tercatat tanggal lahirnya, di Wikipedia. Nggak percaya, lo cek aja tuh di Google!” Semakin sengit menyangkal, Jerry masih merasa belum terpuaskan.

“Bung Karno itu lahir di mana? Kalau rumah sakit, pastinya pihak rumah sakit memiliki catatan. Pun, tanpa catatan rumah sakit, kedua orangtuanya pasti juga mengingat tanggal bersejarah anaknya lahir, bahkan waktu kelahirannya. Nah, Yesus lahir di kandang Masbro. Yang mau nyatet tanggal lahirnya pun siapa? Keledai ...! Hihihi ....”

“Satu lagi. Misi kelahiran Yesus ke dunia yang terutama adalah untuk menyelamatkan uma manusia. So, urusan tanggal lahir itu, nggak terlalu penting dibandingkan dengan misi-Nya lahir ke dunia. Soal tanggal 25 Desember itu terlalu ribet di jelaskan. Tapi gue terangin sedikit. Ada tertulis, Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: 'Akulah d terang dunia barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup'. Nah, jadi simbol matahari yang sebagai terang itu, dikaitkan dengan perkataan Yesus. Dan dijadikanlah sebagai hari kelahiran-Nya.”

“Kalau mau ngurusin hari kelahiran. Dari jaman Adam juga pasti dicatet semua sampe kelahiran Yesus. Hihihi ... Tapi, tujuan Allah bukanlah semata-mata seperti manusia, yang sibuk mengurusi tanggal kelahiran. Akan tetapi, misi keselamatan. Hari kelahiran itu sendiri ada, karena sukacita umat pilihan-Nya. Karena Allah menepati janji-Nya untuk datang ke dunia menyelamatkan umat Manusia dengan kelahiran Yesus Kristus. Kalau lo bandingkan dengan bung Karno yang belum seberapa, memangnya lo tahu kapan lahirnya Fir'aun? Yang bahkan sampe lubang semutpun kenal dengan siapa itu sosok Fir'aun.” Tambahnya yang membuat Jerry ngeloyor pulang.

Nah, meski semuanya belum terjawab, namun setidaknya sudah sedikit tersingkap. Bukankah lebih baik untuk kita bersukacita, dari pada membahas hal yang nggak penting, lantas menuding segalanya sesat hanya karena demi pembenaran semata; bagi orang-orang yang senang menyudutkan. Apakah lantas, ketika dunia ini berakhir, masih ada tentang perihal tanggal, bulan, serta waktu?

Kita nggak akan pernah tahu. Namun, setidaknya, segala hal yang kita yakini adalah suatu sumber yang takkan pernah berakhir; tentang kelahiran Yesus yang telah lahir dan mau serupa seturut gambaran-Nya. Menjadikan diri kita yang bermula tak berharga, menjadi biji mata-Nya yang terindah dan patut dijaga.

Dan yang pasti, simbol tentang Natal adalah simbol terang dari matahari sebagai penanda, bahwasannya Yesus datang memberi terang untuk dunia yang telah diliputi oleh kegelapan.

GBU, 29/11/15

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun