Mohon tunggu...
RhetIM
RhetIM Mohon Tunggu... Buruh - Orang biasa

Aneh ajalah. Bingung mau dibuat apa, karena ada pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arti Pengorbanan Cinta

30 Desember 2015   18:57 Diperbarui: 30 Desember 2015   19:13 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu ketika Rhet mendapatkan pertanyaan yang sulit sewaktu SMA. Tuhan yang maha sempurna dan maha atas segalanya, kenapa harus susah payah turun ke dunia. Harus rela segala menjadi manusia.

Jawaban nggak serta merta muncul. Hingga detik ini, detik di mana kejadian itu sudah terlewati selama lima belas tahun. Melewati segala arus dunia, diputarbalikkan iman yang berujung penyangkalan. Hingga harus melepas sebuah kehidupan agamis yang bau amis.

Tapi, bukan Rhet jika akhirnya setelah menyandang sebagai atheis, Tuhan itu berlalu begitu saja dalam hidupnya.

Oke ... ini bukan cerita sinetron ataupun sebuah narasi yang dibuat-buat, meskipun sedikit arah bercerita seperti buku karangan. Tapi, yang namanya penulis walaupun baru menyandang sebagai penulis maya; berbuat sesuai imajinasinya dalam bercerita dan tetap memandangkan arah lurus ke depan sesuai pengalaman. Yang pasti, membuat seefektif mungkin, agar yang baca nggak merasakan jenuh dan ngantuk berlebihan.

“Eloi, eloi, lama sabakhtani.” Sebuah kutipan yang sakral dari pernyataan Yesus ketika merasakan sakit luar biasa di atas kayu salib. Tapi bukan ini yang mau dijelaskan, karena terlalu panjang dan tugas pendeta untuk menjelaskannya.

Satu yang terlintas, benarkah Tuhan merelakan darah-Nya tercurah hanya untuk karya gagal-Nya --manusia-- yang sudah terjatuh ke dalam lubang dosa.

Wah beneran deh, si iblis yang Rhet juluki sebagai si bolis ini. Bener-bener pandai untuk menjerat kembali. Kebimbangan dan kebingungan mengombang-ambingkan Rhet yang notabene sebagai kristen KTP.

Singkat cerita ....

Melewati tekanan lima belas tahun. Dan langkahnya kini yang sudah berjalan baru dua tahun saja kembali ke altar-Nya. Rhet pun berdoa tanpa mengingat kejadian dari pertanyaannya yang sudah lama ia lupakan.

Saat berdoa tadi. Dengan santainya, Tuhan memberikan jawaban yang melenceng dari apa yang diminta dalam doanya.

Tiba-tiba diingatkan pada kisah Adam dan Hawa --nenek moyang umat manusia-- yang sudah melahirkan berjuta atau bermilyar manusia, mungkin juga lebih. Yang pasti Rhet tak pernah menghitung, dan ia pun tak pandai dalam matematika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun