Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf
Penulis kaget ketika menyaksikan sebuah tayangan dari sebuah jaringan kantor berita internasional yang menayangkan langsung apa yang terjadi di Hotel Sultan pada jumat itu dan yang tidak habis pikir adalah ulah dan bahasa daripada para peserta kongres ini yang boleh dibilang tidak beretika dan berpendidikan.
Semua dunia pun khususnya dunia sepakbola apa yang terjadi di Hotel Sultan Jumat kemarin dimana kongres dinyatakan gagal karena tidak kondusifnya suasana di dalam ballroom yang menjadi tempat bagi para peserta dan pengurus sepakbola Indonesia berkongres untuk memilih Ketua, Wakil Ketua dan Pengurus Komite Eksekutif (EXCO) PSSI yang baru.
Pasti para pembaca bertanya bahkan menghujat penulis kenapa judul di atas seperti itu ? menurut penulis jika melihat seperti ini memang pantas dan harus di hukum PSSI oleh FIFA karena sangat jelas, kita dua kali menggelar kongres yang pertama di Pekan Baru-Riau gagal karena ulah kelompok 78 merangsek masuk ke dalam ruangan dan ada rumor mobilisasi tentara di depan lobby hotel dengan alasan mengamankan, kemudian yang Jumat kemarin di Hotel Sultan gagal karena (lagi-lagi) ulah kelompok 78 dan dua kongres tersebut di hadiri oleh perwakilan FIFA sebagai tamu dan pengamat..
Pertanyaan sekarang adalah, kalau Indonesia tidak di hukum oleh FIFA karena gagal menggelar dua kongres dalam beda waktu hitungan mingguan bisa menggelar kongres ( lagi ) untuk ketiga kalinya dengan aman dan sesuai apa yang di inginkan rakyat TANPA gangguan dari kelompok 78 ? penulis rasa tidak, karena pasti akan rusuh-rusuh lagi seperti dua kongres yang lalu, benar tidak?
Penulis juga mengecam keras tindakan para anggota kelompok 78 ini yang tidak jauh seperti preman dan debt collector, sampai sekarang pun penulis tidak tahu motif mereka apa selalu mengusung dua nama itu padahal kalau kita lihat ke belakang, rakyat sangat mendukung mereka karena mereka menolak kepemimpinan dari pada rezim lama yaitu “trio macan”nya PSSI, Nugraha Besoes, Nurdin Halid dan Nirwan D Bakrie tetapi setelah itu sepertinya kelompok ini ibarat kacang lupa ama kulit dan terbukti sekarang.
Padahal kalau di lihat dua tokoh yang di dewakan oleh kelompok 78 ini tidak layak dalam criteria ketua Federasi Sepakbola yang di rancang oleh FIFA kita bisa lihat, kalau ketentuan FIFA bahwa seorang kandidat ketum organisasi sepakbola selain tidak boleh criminal, dia harus menjabat dan aktif dalam organisasi sepakbola di negarannya entah itu di tingkat pusat atau klub, apakah kedua kandidat yang di berhala-kan oleh kelompok 78 ini PERNAH aktif di organisasi sepakbola atau klub ?
Ibarat Dua Sisi Mata Uang
Kalau melihat kasus dua kali gagalnya kongres PSSI yang secara langsung di lihat dengan mata-kepala daripada petinggi FIFA memang sudah sepantasnya Indonesia dalam hal ini PSSI di kenakan sanksi keras walaupun ini sangat dilemma sekali tetapi mau bagaimana lagi.
Memang sanksi ini ibarat dua sisi mata uang di mana satu sisi kalau sanksi ini benar di berikan kepada PSSI maka akan mematikan semua aspek kehidupan daripada para pemain, pelatih dan official klub mereka tidak bisa bermain lagi karena percuma saja mereka bermain toch tidak ada yang melihat dan melirik permainan mereka supaya bisa bergabung dengan klub besar di luar Indonesia atau lebih tragis lagi adalah kompetisi-kompetisi yang di ikuti oleh anak-anak usia 12, 13, 14, 17, 21, 23 yang mana cita-cita mereka yang ingin menunjukkan kepada dunia kalau Indonesia itu memiliki team sepakbola yang tidak kalah bagus dan hebatnya di bandingkan negara-negara yang sepak bolanya sudah maju harus pupus tetapi mau bagaimana lagi ATAU LEBIH BAIK tidak di kena sanksi tetapi setiap ada pertemuan seperti dua kongres terdahulu selalu di bumbui oleh kegaduhan dan cacian serta umpatan, PILIH MANA ?!
Kalau pilihan itu di berikan penulis maka penulis akan memilih opsi pertama, karena lebih baik sanksi di berikan supaya kita bisa intropeksi, berkaca dan membenahi serta membereskan orang-orang yang tidak mengerti yang namanya sepakbola baik itu permainan atau aturan organisasinya, siapa tahu kedepannya timnas kita bisa berbicara lebih jauh bahkan di perhitungkan oleh team-team lawan, coba lihat Timnas Irak, Timnas Yunani mereka di hukum oleh FIFA tetapi setelah hukuman itu di lepaskan hasilnya adalah Irak menjuarai Piala Asia 2007 dan Yunani menjuari Piala Eropa tahun 2004 dan mungkin Indonesia kalau memang di hukum FIFA dan di lepaskan satu-dua tahun bisa juara Piala Dunia 2030 ! amiin…