Mohon tunggu...
Radhea Heqamudisa
Radhea Heqamudisa Mohon Tunggu... -

I am just a supporter football team Garuda

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

PSSI Dibekukan, Kemenangan Sepak bola Indonesia!

18 April 2015   17:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14293542011641141622

18 April 2015 menjadi tanggal bersejarah bagi kemenangan besar sepak bola Indonesia. Ya, tepat di tanggal tersebut induk organisasi sepak bola nasional Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia atau PSSI akhirnya dibekukan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemepora) melalui surat pembekuan bernomor 01307 tahun 2015 yang ditandatangani langsung oleh sang menteri, Imam Nahrawi, per 17 April 2015. Setelah sebelumnya tiga kali surat teguran dari pihak pemerintah diabaikan oleh PSSI, terkait keikusertaaan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya di Liga Indonesia meski tak mendapat rekomendasi BOPI, Menpora akhirnya memutuskan untuk membekukan segala aktivitas PSSI.

Bertepatan dengan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Hotel JW Marriot, Surabaya, Sabtu (18/4) yang mereka selenggarakan dan telah terpilih sang ketua umum baru yang merupakan nama lama yang selama ini berkecimpung di dunia persepakbolaan nasional, La Nyalla Mahmud Matalitti. Namun, melalui surat pembekuan tersebut pemerintah tidak akan mengakui hasil kongres yang mereka lakukan. Untuk sementara segala kegiatan yang berhubungan dengan tim nasional Indonesia dan liga akan dipegang oleh KONI serta KOI, sambil membentuk tim transisi untuk membentuk lagi pengurus PSSI yang bersih dan kompeten.

PSSI memang selama ini menjadi bulan-bulanan supporter tanah air yang haus akan sebuah prestasi. Semenjak lebih dari 20 tahun terakhir, PSSI dipimpin oleh orang-orang politik yang mengaku sebagai penyelamat namun kenyataan justru terbalik. Timnas tak mampu bersaing di dunia Jangankan dunia, di Asia saja bahkan di wilayah Asean saja, Timnas tidak mampu memberikan sebuah gelar juara untuk rakyat Indonesia yang benar-benar merindukan trofi.

Kekecewaan tersebut diperparah. Klub besar seperti Persebaya Surabaya (1927), Persibo Bojonegoro dan Persema Malang yang selama ini menjadi klub revolusi bagi persepakbolaan tanah air, sengaja mereka lenyapkan dengan membuat klub baru dengan embel-embel nama klub tersebut. Mereka tau jika klub-klub tersebut tetap menjadi anggota akan bahaya bagi kedudukan mereka di organisasi yang perputaran uangnya sangat besar di dalamnya.

Awalnya, PSSI dibentuk oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo pada 19 April 1930 sebagai alat pemersatu bangsa. Namun makin menua, PSSI dimanfaatkan sebagai salah satu bisnis oleh para politikus partai berlambang pohon beringin hingga saat ini. Perubahan pun pernah dilakukan pada tahun 2010 lalu. Kepemimpinan Nurdin Halid, salah satu politikus Partai Golkar, akhirnya berhasil digulingkan. Berkat supporter yang memang pada saat itu satu suara untuk menggulingkan rezim yang mereka sebut sebagai mafia.

Tak berhenti sampai di situ, mereka tetap mengupayakan agar kursi di PSSI kembali mereka kuasai. Dengan berbagai cara dilakukan seperti membuat PSSI tandingan dengan nama Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI) dan kompetisi tandingan. Puncaknya pada 2012, Indonesia mempunyai dua organisasi sepak bola dimana pada tahun itu juga ada penyelenggaran Piala AFF, yang merupakan kejuaraan bergengsi sepak bola di wilayah Asean.

Masalah besar pun timbul, timnas Indonesia terbagi menjadi dua. Satu timnas yang dipimpin Nil Maizar yang ikut dalam kejuaraan AFF, satu lagi tim yang dibentuk KPSI yang mengklaim akan menjadi tim nasional Indonesia yang resmi. Akhirnya pada Piala AFF 2012, Indonesia tidak diperkuat skuat terbaiknya tapi kita patut bangga dengan pemain-pemain yang memenuhi panggilan Negara. Bagi penulis, pemain-pemain itu merupakan pahlawan karena rela berjuang walaupun banyak dicemooh mayoritas supporter tanah air yang masih awam dengan permasalahan bola nasional. Indonesia pun gagal total, mereka tersingkir di penyisihan grup. KPSI  bergeming kegagalan tersebut merupakan kesalahan besar bahkan dosa besar PSSI yang pernah dilakukan.

Setelah kejuaraan AFF 2012 lalu, akhirnya FIFA berusaha menyatukan PSSI-KPSI untuk kembali menata persepakbolaan Indonesia. 17 Maret 2013 di Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang sesuai arahan FIFA, PSSI dan KPSI kembali bersatu. Orang-orang revolusiner PSSI ditendang perlahan oleh KPSI. Hingga menyisakan seorang Djohar Arifin Husin yang tetap didaulat sebagai Ketua.

Di bawah Menpora baru yang dilantik oleh Presiden baru terpilih Joko Widodo semangat untuk membenahi sepak bola Indonesia pun menyeruak kembali. Atas masukan beberapa supporter, pengamat maupun pemain nasional, Imam Nahrawi berani memutuskan untuk membekukan organisasi yang besok berusia genap 85 tahun. Sudah saatnya dunia sepak bola nasional kita di jalankan dengan semangat profesional, sportif dan mengarah ke pencapaian prestasi secara modern, semua unsur dalam sepak bola nasional kita harus bisa memberi manfaat kebahagiaan dan kebanggaan bagi rakyat indonesia sebagai suporter utamanya. Semoga ini menjadi titik awal yang sesungguhnya bagi sepak bola Indonesia untuk bisa bersuara setidaknya untuk wilayah Asia.

=============

Penulis hanyalah seorang supporter sepak bola Garuda yang rindu akan kebanggaan gelar juara Tim Nasional.

Twitter penulis : @RHeqamudisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun