Mohon tunggu...
rheno erenn
rheno erenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

sangat menyukai musik dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bubur Ayam sebagai Simbol Persatuan Gereja

20 Juni 2023   10:53 Diperbarui: 20 Juni 2023   10:57 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Cinere, 18 Juni 2023 - Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas yang saling mendukung dan menjalin hubungan sosial yang erat. 

Di Gereja Santo Matias Cinere, penjual bubur ayam yang beroperasi di dalam gereja telah menjadi simbol persatuan dan solidaritas di antara jemaat. Bukan hanya selalu laris dan habis dibeli pelanggan, namun hal ini menyadarkan bahwa ada hal yang lebih jauh dari sekedar makanan. 

Dalam perspektif humaniora, fenomena ini menunjukkan pentingnya makanan sebagai penghubung sosial dan simbol kebersamaan dalam konteks agama.

Bubur ayam yang dijual di dekat gereja tersebut telah menjadi pilihan populer bagi jemaat yang mencari sarapan atau makan siang setelah ibadah. Penjual bubur ayam, Bu Uty, telah berjualan di sekitar gereja selama kurang lebih 3 tahun. Ia mengetahui betapa pentingnya makanan dalam mempererat hubungan sosial di antara jemaat dan penduduk setempat.

Hal ini juga mengindikasikan bahwa, makanan memiliki peran kultural yang kuat dalam membentuk identitas dan hubungan antarindividu. Bubur ayam yang dijual oleh Bu Uty menjadi lebih dari sekadar makanan; ia menjadi simbol persatuan dan solidaritas di antara jemaat gereja. 

Berbagai kalangan jemaat dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi berkumpul dan berinteraksi di sekitar stand bubur ayam tersebut seusai ibadah misa gereja.

Salah satu jemaat, Ibu Lina, mengungkapkan, "Setelah ibadah, kami sering berkumpul di sekitar kantin dan makan bubur ayam ini. Selain nikmatnya makanan yang disajikan, kami juga bisa berinteraksi dan berbagi cerita dengan jemaat lain. Ini menjadi momen yang sangat spesial bagi kami, di mana kami merasakan persatuan dan kebersamaan."

Dengan adanya kebersamaan itu, makanan juga memiliki kemampuan untuk melampaui perbedaan dan menyatukan orang-orang dalam kesamaan. Stand bubur ayam di gereja Santo Matias Cinere menjadi tempat di mana jemaat dapat melupakan perbedaan mereka dan saling memperkuat ikatan sebagai komunitas. Hal ini mencerminkan nilai-nilai kasih, persaudaraan, dan kebersamaan yang menjadi inti ajaran agama.

Bu Uty sendiri merasa terhormat dapat berperan dalam memperkuat ikatan sosial di gereja tersebut. "Saya bahagia bisa menyajikan makanan enak kepada jemaat dan melihat mereka menikmati waktu bersama. Saya percaya bahwa makanan memiliki kekuatan untuk menyatukan orang-orang dan menciptakan hubungan yang lebih dekat."

Melalui penjualan bubur ayam di dalam gereja ini, Bu Uty telah menciptakan ruang sosial yang memperkuat ikatan antarjemaat dan mencerminkan nilai-nilai persatuan dalam konteks keagamaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun