Wajib hukumnya bagi suatu negara untuk memberi perhatian di setiap sektor yang di nilai vital bagi kelangsungan berbangsa dan bernegara. Terlebih seperti Indonesia, Negeri dengan kekayaan alam yang cukup mentereng harus selalu disibukkan untuk memperhatikan infrastruktur yang di butuhkan publik. Tak jarang fokuspun kadang terpecah. Awal dekade ini, Minyak dan Gas atau sering di sapa MIGAS menjadi perbincangan yang cukup hangat dan urgen untuk didiskusikan oleh bumi pertiwi.Â
Hal ini ditengarai oleh garangnya masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi Bahan Bakar Minyak serta kebutuhan lainnya yang melibatkan energi minyak dan gas. Faktanya memang hampir setiap kegiatan yang di lakukan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia selalu melibatkan minyak dan gas. Selain dalam skala rumah tangga, industri - industri besar dalam negeri pun juga sering mengeksplorasi migas sebagai penunjang dalam membuat produk.
Tak tanggung - tanggung negeri yang kerap di sapa sebagai paru - paru dunia ini tercatat cukup njomplang dalam penggunaan migas . Terbukti pada tahun 2018 silam Indonesia mengkonsumsi minyak rata rata 1,8 juta barrel per hari sedangkan produksi minyak di akhir tahun 2018 hanya mencapai 808.483 barrel per hari. Melihat defisit neraca minyak yang sangat miris, tentunya perlu adanya sikap dan inisiatif baru dalam menghadapi persoalan ini.
Tentu pemerintah Indonesia tidak tinggal diam melihat situasi dan kondisi migas yang kurang kondusif. Tindakan preventif sekaligus inisiatif yang terbilang cukup kreatif di lakukan oleh pemangku jabatan negeri ini. Berkaca dari Peraturan Presiden No. 56 tahun 2018 tentang percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional pemeintah berencana membangun dan memodifikasi kilang minyak yang ada di Indonesia. Hal ini tentu di sambut baik oleh publik mengingat krisis migas yang tidak bisa di remehkan dan tentunya pembangunan kilang juga akan menjadi berkah bagi para pencari kerja khususnya alumni yang menyelesaikan studi di bidang pengolahan kilang.
Dalam proyek tersebut tentunya ada beberapa kilang baru yang akan di bangun. Yang pertama yakni kilang Tuban sebagai proyek Grass Root Refinery ( GRR ). Kilang Tuban telah disepakati dan telah di lakukan Penandatanganan di Moskow pada Senin (28/10/2019) oleh PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia, yang merupakan usaha patungan antara Pertamina dan perusahaan Rusia Rosneft PJSC.Â
Kilang Tuban di prediksi akan menjadi pabrik dengan teknologi tercanggih di dunia dengan kapasitas produksi 15 mmta yang meliputi migas serta bahan produksi petrokimia. Besar ekspektasi di tujukan kepada poyek kilang yang memakan investasi sebesar US$ 16 milliar atau setara 225 milliar ini. Tentunya kilang Tuban akan dapat membantu bisnis Pertamina dalam mencukupi defisit minyak serta meningkatkan produksi Petrokimia dalam negeri.
Bergeser ke utara Pulau Jawa, tepatnya di Kalimantan Timur, akan di bangun pula kilang kedua yakni kilang Bontang. Kilang minyak Bontang adalah proyek pembangunan kilang minyak baru (Grass Root Refinery) dengan kapasitas produksi bahan bakar minimal 300 ribu barel per hari yang akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur.Â
Perencanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang akan menggunakan konfigurasi yang mempertimbangkan sistem lain seperti sistem petrokimia. Selanjutnya, hasil produksi kilang minyak tersebut akan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri. Proyek yang menghabiskan dana investasi sebesar 197,58 tiliun ini juga merupakan salah satu terobosan dalam menghadapi defisit minyak dalam negeri.
Selain pembangunan dua kilang baru di atas, ada pula poyek modifikasi kilang di lima kilang yang ada di Indonesia. Lima kilang tersebut yakni Refinery Developmment Master Plant ( RDMP ) Dumai, RDMP Plaju and Biorefinery, RDMP Balongan dan Integrated Refinery and Petchem, RDMP Cilacap, dan RDMP Balikpapan.
Yah, kali ini Indonesia menyikapi tantangan migas dengan cukup garang dan impresif. Dengan dibangun dan dimodifikasinya tujuh kilang pada bumi ibu pertiwi, agaknya kita percaya defisit neraca minyak akan kembali seimbang, kebutuhan migas akan sangat tercukupi, serta imbasnya negeri ini akan merdeka dalam pengelolaan migas dalam negeri.
Luar biasa Indonesia Negeriku, Tujuh Kilang akan segera menyapa Nusantara.