Mohon tunggu...
Rhein Fathia
Rhein Fathia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Unromantic Author who writes romance novels. Love traveling and orange. @rheinfathia www.rheinfathia.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sharpshooter Without Weapon (Prolog)

26 Agustus 2014   22:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:28 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Perairan Manui, Laut Banda, Sulawesi

Suasana siang hari dari kedalaman sepuluh meter di bawah permukaan laut tidak semenyenangkan di bibir pantai. Temperatur air cukup dingin hingga bisa menembus pakaian selam dan membuat jari-jari tangan yang telanjang harus bergerak agar tidak kaku. Gelombang air perlahan mengombang-ambingkan tubuh di lautan yang lengang. Namun, setidaknya pemuda itu bersyukur sinar matahari masih mampu menembus dan sedikit membantu penglihatannya dari balik masker selam yang dia kenakan. Cukup terang untuk melihat makhluk-makhluk laut cantik yang seharusnya bisa dia nikmati jika sedang wisata selam seperti yang sudah menjadi hobinya saat berlibur. Khusus untuk hari ini, dia menyelam untuk sebuah misi.

Pemuda itu menggerakkan kakinya, fins bergoyang perlahan membawa tubuhnya berenang menelusuri bangkai kapal kargo dengan panjang lebih dari 200 meter dan bertonase lebih dari 4,000 ton yang mengalami kecelakaan dan tenggelam di perairan Manui seminggu lalu. Dari berita yang dia dapat, kapal berisi ratusan kontainer dengan tujuan Nabire ini terkena hantaman badai dan mengalami kebakaran hingga ada bagian yang bocor dan akhirnya tenggelam.

Berada di dekat kapal raksasa membuat dirinya merasa hanya sebesar ikan teri. Suasana kedalaman laut lepas pun semakin menimbulkan perasaan sunyi dan sendiri. Namun tidak. Dia tidak sendirian. Menurut informasi akurat yang didapat, seseorang sedang menyelam di dekat kapal ini juga seperti dirinya.

Dia meraba betis kanan sebelah dalam dan mengambil pisau yang terselip di sana. Saat berenang semakin dekat ke wilayah lambung kapal, matanya memicing, mempertajam penglihatan karena sinar matahari terhalang oleh besarnya kendaraan laut itu. Ada sosok samar-samar dengan pakaian dan peralatan selam lengkap seperti dirinya tampak sibuk entah melakukan apa. Tak banyak yang bisa dilakukan seseorang di tengah lautan seperti ini, bukan?

Pemuda itu ingin tersenyum, namun pipinya hanya mampu menggembung dan gelembung-gelembung udara keluar dari snorkel di mulutnya.

Laut dalam dan lengang akan memudahkan misinya.

Habisi pria itu.

Next>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun