Mohon tunggu...
Rheca Nurahma
Rheca Nurahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya seorang mahasiswa pendidikan guru yang sedang berjuang untuk menjadi guru yang profesional dan berkualitas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Pendidikan Nasional di Indonesia

19 Oktober 2022   04:56 Diperbarui: 19 Oktober 2022   05:03 6397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan tempat menaburkan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya unsur peradaban. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam menuntun anak agar dapat menjadi individu yang merdeka dan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yag setinggi-tingginya baik sabagai manusia maupun anggota masyarakat. 

Salah seorang tokoh pendidikan nasional, yaitu Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. 

Di Indonesia, pendidikan selalu dan semakin dikembangkan dan diperbaiki guna memperoleh pendidikan yang berkuliatas dan pendidikan yang menyeluruh bagi semua murid yang berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan yang kita rasakan saat ini, didahului oleh proses perkembangan peradaban pendidikan terdahulu. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana perjalanan pendidikan yang terjadi di Indonesia.

Berikut penjelasan mengenai perkembangan pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan. Pada masa penjajahan Portugis, pada tahun 1536 berdiri sebuah seminarie di Ternate yang menjadi sekolah agama anak-anak orang terkemuka. Pada sekolah tersebut pelajaran yang diberikan, yaitu pelajaran agama, membaca, menulis dan berhitung. 

Pada tahun 1546, pada 7 kampung di Ambon juga menyelenggarakan pengajaran untuk rakyat umum. Pengajaran tersebut sering menimbulkan pemberontakan sehingga akhir abad ke-16, yang menyebabkan kekuatan Portugis menghilang dari Indonesia. 

Pada masa penjajahan Belanda, pada tahun 1607 berdiri sekolah pertama di Ambon yang didirikan oleh VOC. Pembelajaran yang diberikan, yaitu membaca dan menulis. Pada tahun 1617 sekolah pertama didirikan di Jakarta. Sekolah tersebut memiliki tujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap sehingga dapat dipekerjakan di administrasi dan gereja pada pemerintahan. 

Pada tahun 1854 ada beberapa bupati yang mendirikan “sekolah-sekolah kabupaten”, tetapi hanya untuk mendidik calon-calon pegawai. Kemudian pada tahun 1854 itu juga didirikan “sekolah-sekolah bumiputera”, yang hanya mempunyai 3 kelas. Rakyat hanya diberikan pengejaran membaca, menulis, dan berhitung. 

Pada penghujung abad ke-19, ketika berbagai wabah penyakit tersebar di Pulau Jawa. Pemerintah kolonial Belanda mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah tersebut karena untuk mendatangkan dokter dari Eropa. membutuhkan biaya yang sangat mahal. 

Oleh karena itu, pemerintah Hindia-Belanda memutuskan mendirikan STOVIA untuk menghasilkan dokter-dokter yang berasal dari kalangan pribumi. STOVIA juga berperan menjadi tempat persemaian para remaja-remaja pribumi dalam menumbuhkan semangat nasionalisme. 

Pada 1920 timbullah cita-cita baru, yang menghendaki perubahan radikal dalam lapangan pendidikan dan pengajaran. Cita-cita baru tadi seakan-akan merupakan gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik. Harapan kemerdekaan dan kebebasan nusa dan bangsa sebagai jaminan kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa, menjadi pokok sistem pendidikan dan pengajaran. 

Sehingga pada tahun 1922 dapat tercipta “Taman siswa” di Yogyakarta. Taman siswa hadir sebagai jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas. Berjalannya waktu juga menghantarkan berdirinya perguruan-perguruan Taman siswa di seluruh kepulauan Indonesia, seperti di Jawa, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun