Generasi milenial saat ini banyak yang sudah mengerti akan politik dan banyak dari mereka sudah berani menyampaikan gagasan-gagasan politik yang kritis. Banyak organisasi yang diadakan di kampus mereka untuk mengembangkan gagasan dalam gerakan politik khususnya politik Islam, misalnya HMI, PMII, IMM, KAMMI, hingga Islamisasi Transnasionalis seperti HTI.gerakan-gerakan tersebut tidak bisa dipahami secara generalisir atau diidentikkan dengan gerakanyang ada di belahan dunia, terutama pelakor terror.
Adapun faktor yang membuat mengapa mereka sangat antusisas dalam menyuarakan Islam sebagai hal yang alternative. Pertama, kalangan pemuda ini merasa frustasi melihat berbagai gejolak poltiik yang ada, terutama pasca reformasi. Kedua, mereka menilai bahwa politik merupakan perintah agama, dan demokrasi merupakan sistem dari Barat yang jauh dari nilai-nilai Islam. Ketiga, adanya romantisme sejarah yang diperoleh melalui bacaan-bacaan buku sejarah yang diperoleh melalui bacaan-bacaan buku sejarah di sekolah.
Alasannya karena realitas politik Indonesia begitu menjenuhkan. Adanya keributan yang terjadi seperti demontrasi merembet masyarakat terjun dalam aksi tersebut. Hal tersebut dilakukan oleh masyarakat demi membela kebenaran hak asasi manusia. Perlakuannya yang dilakukan oleh para pemilik kekuasaan yang lebih tinggi membuat para masyarakat menjadi lebih agresif dalam suatu perdebatan kasus negara. Namun saat ini rakyat diseret-seret untuk kepentingan para pencari kuasa sehingga gesekan yang berujung pada kebencian sudah tersebar di pilihan politik beberapa waktu.
Lalau bagaimana dengan sistem demokrasi dalam Islam? Seperti yang kita tahu apapun hal politik yang berkaitan dengan Islam akan menjadi suatu perdebatan yang sengit. Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan tools bagaimana bentuk negara Islam itu sendiri, dan para sahabatnya pun demikian. Jika merujuk ke sistem Islam pada masa kekhalifahan Utsmani sebagaimana yang dipakai ole para khilafah. Kekhalifahan Utsmaniyyah dibangun berdasarkan sistem monarki. Undang-undang kekahlifahan Utsmani ini akhirnya merujuk ke nilai-nilai Islam.
Jika sistem Islam adalah sistem yang bernafaskan nilai-nilai Islam, apakah tiak cukup dengan kenyataan bahwa negara Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan semua undang-undang yang ada di dalamnya disusn oleh sebagian besar orang-orang yang beragama Islam dan dilammnya disusun oleh sebagian besar orang-orang yang beragam Islam dan diilhami pula dengan ajaran-ajaran Islam. Apapun bentuk negaranya, selam ramah dan sesuai dengan syar;a, maka disebut sebagai negara Islam (Darussalam).
Contoh diatas sudah membuktikan bahwa Islam bukan sebuah bentuk sistem yang baku, melainkan nilau yang bisa masuk ke berbagai sistem yang dianggap paling tepat dalam mengelola sebuah masyarakat.
Ketika masyarakat dikelola menjadi sistem monarki, maka Islam bisa menginspirasi dengan nilai-nilainya, laiknya di era dinasti-dinasti dengan negara Timur Tengah seperti Arab Sausi, Uni Emirat Arab dll. Dan ketika sebuah negara diubah menjadi sistem demokrasi, maka Islam bisa menjadi pedoman yang membawa masyarakat dalam kemaslahatan.
Karena itu kami generasi milenial tak perlu sungkan atau takut akan klaim politik Islam sebagaimana dikemukakan orang-irang yang tengah mencari kuasa. Orang-orang yang benar-benar memperjuangkan Islam akan menggunakan Islam sebagai niali, bukan semata-mata bentuk yang mudah dimanipulasi.
Nilai ini bisa masuk ke semua wadah, entah itu partai politik yang membawa nama Islam atau pun tidak. Cukup sedih akan Islam begitu mudah dipolitisasi demi kekuasaan yang dipegang dengan orang yang tidak bertanggungjawab akan amanahnya yang mengatur sistem negara.
Tidak cukup membawa nama Islam, orang-orang (Netizen) ini menebarkan cacian dan kebencian serta dibalutkan dengan sentiment agama yang luar biasa mengerikan. Tak perlu saling menuduh dan salah menyalahkan antara partai satu dengan yang lainnya.
Sebab menuduh seseorang dengan beragam hujatan disitu akan memunculkan beragam jiwa penyebar kebencian dan akan menimbulkan peperangan satu sama lain.