Mohon tunggu...
Rani Rahayu
Rani Rahayu Mohon Tunggu... -

gW orangnya gokil itu banyak yang bilang... gW pengen nyari temen temen yang banyak... gw orangnya lucu,,,, gokil,,,, dan enak diajak becandaa hidup gw selalu pd dalam kondisi apapun itu harus biar kita bisa berimajinasi secara luas :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berbicara di Depan Publik

30 September 2012   14:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:27 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Salah satu hal yang paling kita takuti baik dalam kehidupan pribadi

maupun kehidupan profesional kita adalah ketika kita harus berbicara

di depan banyak orang, baik untuk acara sosial, seminar, kuliah,

presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam acara reuni

sekolah yang sebagian besar hadirin telah kita kenal dengan baik.

Berbicara di depan publik bagi sebagian besar kita adalah sesuatu

yang menegangkan dan menakutkan, seakan seluruh mata para hadirin

sedang menghakimi kita. Kita seakan-akan menjadi terdakwa yang sedang

diadili oleh para hadirin.

oleh : Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel

Berbicara di depan publik, suka atau tidak merupakan keterampilan

yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita,

pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk

menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita tentang

sesuatu hal yang kita yakini. Hal yang sederhana misalnya kita harus

berbicara di depan para tamu pada acara ulang tahun anak kita atau

hal yang menentukan karier kita seperti mempresentasikan proposal

proyek atau tentang produk kita di hadapan sejumlah mitra bisnis atau

calon pembeli.

Lima Unsur

Berbicara di depan publik merupakan salah satu seni berkomunikasi.

Dalam edisi Mandiri ke-38 kita telah membahas topik komunikasi.

Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya dalam edisi tersebut, ada

lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita

perhatikan. Kelima unsur tersebut adalah: pengirim pesan (sender),

pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan

(delivery channel atau medium), penerima pesan (receiver), dan umpan

balik (feedback).

Hukum Komunikasi

Selain itu kita juga telah membahas 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif

(The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang kita rangkum

dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri

yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang

berarti merengkuh atau meraih. Karena kita berkeyakinan bahwa

komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih

perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun

respon positif dari orang lain. Berikut kami uraikan kembali kelima

hukum komunikasi efektif tersebut dalam konteks dan sebagai fondasi

bagi kita untuk mengembangkan kemampuan berbicara di depan publik.

Hukum pertama dalam berkomunikasi secara efektif, khususnya dalam

berbicara di depan publik adalah sikap hormat dan sikap menghargai

terhadap khalayak atau hadirin. Hal ini merupakan hukum yang pertama

dalam kita berkomunikasi dengan orang lain, termasuk berbicara di

depan publik. Kita harus memiliki sikap (attitude) menghormati dan

menghargai hadirin kita. Kita harus ingat bahwa pada prinsipnya

manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus

mengkritik seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri

dan kebanggaaan orang tersebut.

Hukum kedua adalah empati, yaitu kemampuan kita untuk menempatkan

diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.

Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan

(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan

(receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam berbicara di depan

publik, kita harus terlebih dulu memahami latar belakang, golongan,

lapisan sosial, tingkatan umur, pendidikan, kebutuhan, minat, harapan

dan sebagainya, dari calon hadirin (audiences) kita. Jadi sebelum

kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti

dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga

nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan

psikologis atau penolakan dari penerima.

Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap

perseptif atau siap menerima masukan atau pun umpan balik apa pun

dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau

mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal

esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah

tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang

merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam

berbicara di depan publik, kita perlu siap untuk menerima masukan

atau umpan balik dengan sikap positif.

Hukum ketiga adalah audible. Makna dari audible antara lain: dapat

didengarkan atau dimengerti dengan baik. Audible dalam hal ini

berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui medium

atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik

oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk

menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio

visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat

diterima dengan baik.

Hukum keempat adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan

(clarity). Selain bahwa pesan harus dapat diterima dengan baik, maka

hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu

sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai

penafsiran yang berlainan. Clarity juga sangat tergantung pada

kualitas suara kita dan bahasa yang kita gunakan. Penggunaan bahasa

yang tidak dimengerti oleh hadirin, akan membuat pidato atau

presentasi kita tidak dapat mencapai tujuannya. Seringkali orang

menganggap remeh pentingnya Clarity dalam public speaking, sehingga

tidak menaruh perhatian pada suara (voice) dan kata-kata yang dipilih

untuk digunakan dalam presentasi atau pembicaraannya.

Hukum kelima dalam komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.

Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk

membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap

rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati juga bisa berarti tidak

sombong dan menganggap diri penting ketika kita berbicara di depan

publik. Justru dengan kerendahan hatilah kita dapat menangkap

perhatian dan respon yang positif dari publik pendengar kita.

Kelima hukum komunikasi tersebut sangat penting untuk menjadi dasar

dalam melakukan pembicaraan di depan publik. Berikut adalah beberapa

tips atau kiat-kiat untuk public speaking yang kami adaptasi dari

buku Say It Like Shakespeare, karangan Thomas Leech.

Persiapan

Hal yang paling penting dalam persiapan kita untuk berbicara di depan

publik adalah membangun rasa percaya diri dan mengendalikan rasa

takut dan emosi kita. Bahkan banyak pakar komunikasi yang mengatakan

bahwa persiapan mental jauh lebih penting daripada persiapan materi

atau bahan pembicaraan. Meskipun demikian, persiapan materi juga

sangat mempengaruhi kesiapan mental kita. Kesiapan mental yang

positif merupakan syarat mutlak bagi kita dalam berbicara di depan

publik. Pastikan juga bahwa anda beristirahat dan tidur yang cukup

menjelang waktu anda berbicara di depan publik dan majulah dengan

sikap optimis dan sukses. Berikut adalah hal-hal yang perlu kita

perhatikan dalam menyampaikan pesan kepada publik:

Kualitas suara kita merupakan faktor kunci yang menentukan apakah

hadirin memperhatikan kita maupun pesan yang kita sampaikan. Pastikan

bahwa suara anda cukup keras dan jelas terdengar bahkan oleh hadirin

yang duduk paling jauh dari anda sekalipun. Jika tersedia, selalu

gunakan pengeras suara (loudspeaker), meskipun anda merasa suara anda

sudah cukup keras. Cobalah dengan berlatih mendengarkan suara anda

sendiri. Caranya dengan menutup mata, berbicaralah, kemudian

perhatikan kualitas, kekuatan dan kejelasan suara anda.

Suara kita merupakan aset kita yang paling berharga dalam

berkomunikasi secara lisan. Oleh karena itu memelihara kualitas suara

dan berlatih secara kontinu merupakan keharusan jika kita ingin

menjadi pembicara publik yang sukses. Jika suara kita kurang bagus

dan sumbang, kita dapat mencari pelatih suara profesional atau

mengikuti kursus atau pendidikan (seperti misalnya di Institut

Kesenian Jakarta) untuk meningkatkan kualitas suara kita. Apalagi

misalnya anda bercita-cita jadi presenter, pembicara publik, MC dan

sebagainya. Anda harus benar-benar memperhatikan kualitas suara anda.

Bahasa dan kata-kata yang kita gunakan merupakan faktor kunci lain

yang menentukan kemampuan komunikasi kita. Bahasa yang baik dan tepat

dapat membantu memperjelas dan meningkatkan kualitas presentasi atau

pembicaraan kita. Oleh karena itu perlu sekali bagi kita untuk

memperhatikan kata-kata dan bahasa yang kita pilih.

Pikirkanlah kata-kata yang akan anda gunakan, karena kemampuan

berbahasa yang buruk akan tercermin pada kualitas penyampaian pesan

kita. Hindari menggunakan kata-kata yang tidak perlu, seperti: apa

itu ….. apa namanya…ehm….you know…. dll. Jangan mengucapkan kata-

kata: maaf…..Jika anda salah mengucap, cukup anda ulangi sekali lagi

kalimat tersebut dengan benar.

Penampilan adalah kesan pertama. Jadi kita harus pastikan bahwa pada

saat kita maju atau berdiri untuk berbicara, hadirin atau audiens

kita memperoleh kesan yang baik terhadap kita. Pastikan bahwa

penampilan kita membawa pesan yang positif, dan kita kelihatan lebih

baik dan merasa lebih baik. Gunakan pakaian yang sesuai dengan

suasana pertemuan, dan sesuai dengan jenis pakaian yang digunakan

oleh para hadirin lainnya.

Komunikasi Non-verbal

Yang dimaksud dengan komunikasi non-verbal adalah: kontak mata,

ekspresi wajah, penampilan fisik, nada suara, gerakan tubuh, pakaian

dan aksesoris yang kita gunakan – semuanya memberikan efek atau

pengaruh yang cukup besar terhadap penyampaian pesan kita. Para

hadirin akan kebingungan ketika bahasa tubuh kita misalnya berbeda

dengan bahasa verbal yang kita ucapkan. Biarkan tubuh kita

berkomunikasi juga dengan audiens kita. Bahasa tubuh kita sebagai

pembicara atau pengirim pesan dan bahasa tubuh pendengar atau audiens

kita dapat membantu atau menghalangi proses komunikasi. Jika hadirin

duduk dengan sikap seperti mau tidur atau menunjukkan wajah bosan,

berarti kita harus mengubah suasana atau cara kita menyampaikan pesan.

Persiapan Mental

Dalam membangun kesiapan mental kita dalam berbicara di depan publik,

hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengurangi ketegangan

fisik dengan cara melakukan senam ringan (stretching). Karena kita

tidak dapat menurunkan ketegangan mental sebelum kita mengendorkan

otot-otot tubuh kita yang tegang. Seperti yang dikatakan oleh

psikolog Amerika yang terkenal Dr. Richard Gillett, "It is almost

impossible to go into alpha without considerable muscular

relaxation." Hampir tidak mungkin masuk ke kondisi alpha (kondisi

gelombang otak atau mental yang relaks) tanpa mengendorkan otot-otot

tubuh. Biasanya saya memegang ujung kaki sambil berdiri membungkuk

selama sepuluh detik. Kemudian tarik napas yang panjang dan dalam,

tahan beberapa detik, kemudian keluarkan napas pelan-pelan.

Selanjutnya anda bisa batuk sekali atau minum segelas air putih untuk

mempersiapkan vokal anda.

Cara lain yang efektif untuk membangun kesiapan mental adalah dengan

datang ke tempat pertemuan lebih awal. Dengan demikian kita dapat

mengetahui suasana dan keadaan terlebih dahulu. Selanjutnya kita bisa

mencari dukungan (back up support) dari orang-orang yang kita kenal

maupun kenalan baru serta dari mereka yang mengharapkan kita sukses

dalam presentasi nantinya. Mengobrollah dengan mereka sebelum

presentasi dimulai.

Berikut adalah beberapa prinsip dalam mempersiapkan mental kita

sebelum berbicara di depan publik:

1. Berbicara di depan publik bukanlah hal yang sangat menegangkan.

Dunia tidak runtuh jika anda tidak melakukannya dengan baik. Tidak

akan ada hal yang buruk yang akan terjadi setelah presentasi atau

penyampaian anda. Jadi tenang dan relaks saja.

2. Kita tidak perlu menjadi orang yang sempurna, cerdas ataupun

brilian untuk berbicara di depan publik.

3. Siapkan 2-3 poin pembicaraan atau pertanyaan, karena audiens anda

akan sulit untuk mengingat atau memperhatikan lebih dari tiga hal

dalam satu waktu.

4. Kita harus memiliki tujuan atau sasaran yang jelas dan terarah.

5. Kita tidak perlu menganggap diri kita adalah seorang pembicara

publik. Tujuan kita adalah menyampaikan pesan (message) kita kepada

hadirin.

6. Kita tidak perlu harus dapat sepenuhya menguasai seluruh hadirin.

Biarkan saja kalau ada beberapa yang tidak menaruh perhatian.

Fokuskan perhatian kita pada mereka yang tertarik dan mendengarkan

presentasi kita.

7. Kita harus ingat bahwa sebagian besar hadirin menginginkan kita

berhasil dalam presentasi atau penyampaian pesan kita.

Siapkan Pesannya

Dalam mempersiapkan public speaking, selain persiapan mental,

persiapan materi juga harus dilakukan dengan baik dan benar. Karena

kesiapan materi atau pesan yang akan kita sampaikan akan sangat

mempengaruhi kesiapan kita secara mental. Hal yang paling penting

adalah kesiapan pendengar atau audiens untuk menerima pesan kita.

Biasanya kita harus menyampaikan pokok-pokok pemikiran atau ringkasan

dari apa yang mau kita sampaikan sehingga audiens juga memiliki

kesiapan mental untuk menerima pesan tersebut. Paling tidak agenda

atau outline bahan pembicaraan kita sudah jauh-jauh hari kita

sampaikan terlebih dulu.

Hal yang pertama dalam mempersiapkan materi adalah mencari informasi

sebanyak-banyaknya mengenai materi yang akan kita sampaikan baik dari

buku-buku referensi, tulisan atau publikasi lainnya. Kita juga perlu

memperoleh informasi tentang audiens kita, baik tingkatan umur,

maupun pendidikan, pengalaman, bidang keahlian, minat dan sebagainya.

Sehingga kita bisa empati (ingat hukum komunikasi kedua) dan

berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh audiens kita.

Berikut adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam mengembangkan

topik atau materi:

1. Perkayalah topik dan bacaan yang telah kita lakukan dengan hal

yang uptodate dan riil terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Pengalaman kita, maupun pengalaman orang lain adalah bahan yang

menarik untuk kita angkat.

2. Hilangkan bagian-bagian yang dirasakan membuat kita tidak fokus,

menimbulkan keragu-raguan atau melebihi jadwal waktu yang tersedia

untuk kita.

Kemudian kita tetapkan terlebih dulu apa tujuan atau sasaran kita.

Apa yang menjadi tujuan seminar, rapat, kuliah atau pertemuan ini?

Apa yang menjadi harapan panitia, kita sebagai pembicara dan seluruh

hadirin yang ada? Penetapan tujuan ini sangat berkaitan dengan

informasi yang kita dapatkan mengenai pendengar atau hadirin kita,

apa yang menjadi tujuan dan harapan mereka? Dapatkan umpan balik dari

teman-teman anda atau mereka yang ahli dalam bidang yang akan kita

presentasikan.

Setelah itu kemudian barulah kita susun peta pemikiran dari topik

yang dipilih. Mengenai teknik pemetaan pemikiran pernah kita

sampaikan pada edisi Mandiri 40. Teknik ini merupakan cara untuk

meringkas suatu tema atau pokok pikiran yang ada dalam buku. Pertama,

kita awali dengan menuliskan tema pokok di tengah-tengah halaman

kertas kosong. Kemudian seperti pohon dengan cabang dan ranting kita

kembangkan tema pokok menjadi sub-tema di sekelilingnya dengan

dihubungkan memakai garis seperti jari-jari roda.

Setelah itu buatlah agenda, outline atau catatan kecil tentang urutan

pembicaraan yang akan kita sampaikan. Sisipkan anekdot, kuis, cerita

ilustrasi, games, dan latihan-latihan untuk menjaga agar audiens

tidak bosan dan mengantuk. Persiapan tersebut termasuk menyusun

makalah, powerpoint presentation, transparent sheets, handouts, video

presentation, dan sebagainya sebagai materi utama presentasi anda.

Ingat pada saat presentasi jangan membacakan makalah atau terpaku

pada bahan utama anda. Berbicaralah seakan anda sedang berbicara

dengan satu-dua orang saja. Gunakan kontak mata dan fokuskan

perhatian pada mereka yang memperhatikan presentasi anda. Tetapi

sebisa mungkin anda memproyeksikan pembicaraan anda ke seluruh

ruangan dan seluruh hadirin.

Alat Bantu Visual

Untuk meningkatkan kualitas penyampaian pesan (hukum ketiga audible),

kita harus menguasai kegunaan dan penggunaan alat bantu visual

seperti misalnya slide, overhead projector, LCD (infocus) projector

yang langsung dihubungkan dengan komputer atau notebook anda.

Sebagian besar orang lebih mudah menangkap informasi yang berupa

gambaran visual daripada mendengarkan. Apalagi jika kita menggunakan

data-data numerikal, akan lebih menarik jika disajikan dalam bentuk

grafik, tabel atau bagan warna-warni. Anda bisa menggunakan software

tertentu misalnya powerpoint, untuk menggabungkan pointers anda

dengan suara, foto, clip art, animasi, dan video dalam satu file

presentasi. Kemampuan menggunakan alat bantu visual ini akan

memberikan kesan pertama kepada audience bahwa kita siap melakukan

presentasi.

Tetapi sekali lagi jangan terfokus pada alat bantu tersebut. Apalagi

jika terjadi kesalahan atau gangguan teknis, anda harus selalu siap

dengan cara presentasi yang langsung tanpa alat bantu. Atau sebaiknya

ada teknisi yang siap untuk mengatasi gangguan teknis tersebut.

Jangan sampai gara-gara alat bantu visual, anda kehilangan momentum

untuk menyampaikan topik atau materi presentasi anda.

Jadi dalam penyampaian pesan kepada publik, baik berupa pertanyaan,

pidato, kuliah, seminar, sepatah kata, yang paling penting bagi kita

adalah bahwa pesan kita dapat tersampaikan kepada penerima pesan

dengan baik dan jelas. Berbicara di depan publik bukan ujian atau pun

pengadilan untuk mengadili penampilan, kecerdasan, kecantikan atau

pun keluasan pengetahuan kita. It is simply a process of conveying

your message to the targetted audiences — nothing more nothing less.n

Public Speaking Forum ini adalah tempat kita bersama untuk melatih, berdiskusi, sharing dan mengupas tuntas tentang kemampuan public speaking. Forum ini tidak dimoderasi, dengan harapan masing-masing kita dapat bersikap profesional dan dewasa dengan tidak mengirimkan email promosi, MLM, SARA, dagang, menghujat, menghina pihak lain. Setiap orang yang melanggar akan langsung kami banned tanpa pemberitahuan tertlebih dahulu. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun