Salah satu hal yang paling kita takuti baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan profesional kita adalah ketika kita harus berbicara
di depan banyak orang, baik untuk acara sosial, seminar, kuliah,
presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam acara reuni
sekolah yang sebagian besar hadirin telah kita kenal dengan baik.
Berbicara di depan publik bagi sebagian besar kita adalah sesuatu
yang menegangkan dan menakutkan, seakan seluruh mata para hadirin
sedang menghakimi kita. Kita seakan-akan menjadi terdakwa yang sedang
diadili oleh para hadirin.
oleh : Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel
Berbicara di depan publik, suka atau tidak merupakan keterampilan
yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita,
pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk
menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita tentang
sesuatu hal yang kita yakini. Hal yang sederhana misalnya kita harus
berbicara di depan para tamu pada acara ulang tahun anak kita atau
hal yang menentukan karier kita seperti mempresentasikan proposal
proyek atau tentang produk kita di hadapan sejumlah mitra bisnis atau
calon pembeli.
Lima Unsur
Berbicara di depan publik merupakan salah satu seni berkomunikasi.
Dalam edisi Mandiri ke-38 kita telah membahas topik komunikasi.
Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya dalam edisi tersebut, ada
lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita
perhatikan. Kelima unsur tersebut adalah: pengirim pesan (sender),
pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan
(delivery channel atau medium), penerima pesan (receiver), dan umpan
balik (feedback).
Hukum Komunikasi
Selain itu kita juga telah membahas 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif
(The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang kita rangkum
dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri
yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang
berarti merengkuh atau meraih. Karena kita berkeyakinan bahwa
komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih
perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun
respon positif dari orang lain. Berikut kami uraikan kembali kelima
hukum komunikasi efektif tersebut dalam konteks dan sebagai fondasi
bagi kita untuk mengembangkan kemampuan berbicara di depan publik.
Hukum pertama dalam berkomunikasi secara efektif, khususnya dalam
berbicara di depan publik adalah sikap hormat dan sikap menghargai
terhadap khalayak atau hadirin. Hal ini merupakan hukum yang pertama
dalam kita berkomunikasi dengan orang lain, termasuk berbicara di
depan publik. Kita harus memiliki sikap (attitude) menghormati dan
menghargai hadirin kita. Kita harus ingat bahwa pada prinsipnya
manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus
mengkritik seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri
dan kebanggaaan orang tersebut.
Hukum kedua adalah empati, yaitu kemampuan kita untuk menempatkan
diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan
(receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam berbicara di depan
publik, kita harus terlebih dulu memahami latar belakang, golongan,
lapisan sosial, tingkatan umur, pendidikan, kebutuhan, minat, harapan
dan sebagainya, dari calon hadirin (audiences) kita. Jadi sebelum
kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti
dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga
nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap
perseptif atau siap menerima masukan atau pun umpan balik apa pun
dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau
mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal
esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah
tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang
merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam
berbicara di depan publik, kita perlu siap untuk menerima masukan
atau umpan balik dengan sikap positif.
Hukum ketiga adalah audible. Makna dari audible antara lain: dapat
didengarkan atau dimengerti dengan baik. Audible dalam hal ini
berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui medium
atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik
oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio
visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat
diterima dengan baik.
Hukum keempat adalah kejelasan dari pesan yang kita sampaikan
(clarity). Selain bahwa pesan harus dapat diterima dengan baik, maka
hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu
sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai
penafsiran yang berlainan. Clarity juga sangat tergantung pada
kualitas suara kita dan bahasa yang kita gunakan. Penggunaan bahasa
yang tidak dimengerti oleh hadirin, akan membuat pidato atau
presentasi kita tidak dapat mencapai tujuannya. Seringkali orang
menganggap remeh pentingnya Clarity dalam public speaking, sehingga
tidak menaruh perhatian pada suara (voice) dan kata-kata yang dipilih
untuk digunakan dalam presentasi atau pembicaraannya.
Hukum kelima dalam komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap
rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati juga bisa berarti tidak
sombong dan menganggap diri penting ketika kita berbicara di depan
publik. Justru dengan kerendahan hatilah kita dapat menangkap
perhatian dan respon yang positif dari publik pendengar kita.
Kelima hukum komunikasi tersebut sangat penting untuk menjadi dasar
dalam melakukan pembicaraan di depan publik. Berikut adalah beberapa
tips atau kiat-kiat untuk public speaking yang kami adaptasi dari
buku Say It Like Shakespeare, karangan Thomas Leech.
Persiapan
Hal yang paling penting dalam persiapan kita untuk berbicara di depan
publik adalah membangun rasa percaya diri dan mengendalikan rasa
takut dan emosi kita. Bahkan banyak pakar komunikasi yang mengatakan
bahwa persiapan mental jauh lebih penting daripada persiapan materi
atau bahan pembicaraan. Meskipun demikian, persiapan materi juga
sangat mempengaruhi kesiapan mental kita. Kesiapan mental yang
positif merupakan syarat mutlak bagi kita dalam berbicara di depan
publik. Pastikan juga bahwa anda beristirahat dan tidur yang cukup
menjelang waktu anda berbicara di depan publik dan majulah dengan
sikap optimis dan sukses. Berikut adalah hal-hal yang perlu kita
perhatikan dalam menyampaikan pesan kepada publik:
Kualitas suara kita merupakan faktor kunci yang menentukan apakah
hadirin memperhatikan kita maupun pesan yang kita sampaikan. Pastikan
bahwa suara anda cukup keras dan jelas terdengar bahkan oleh hadirin
yang duduk paling jauh dari anda sekalipun. Jika tersedia, selalu
gunakan pengeras suara (loudspeaker), meskipun anda merasa suara anda
sudah cukup keras. Cobalah dengan berlatih mendengarkan suara anda
sendiri. Caranya dengan menutup mata, berbicaralah, kemudian
perhatikan kualitas, kekuatan dan kejelasan suara anda.
Suara kita merupakan aset kita yang paling berharga dalam
berkomunikasi secara lisan. Oleh karena itu memelihara kualitas suara
dan berlatih secara kontinu merupakan keharusan jika kita ingin
menjadi pembicara publik yang sukses. Jika suara kita kurang bagus
dan sumbang, kita dapat mencari pelatih suara profesional atau
mengikuti kursus atau pendidikan (seperti misalnya di Institut
Kesenian Jakarta) untuk meningkatkan kualitas suara kita. Apalagi
misalnya anda bercita-cita jadi presenter, pembicara publik, MC dan
sebagainya. Anda harus benar-benar memperhatikan kualitas suara anda.
Bahasa dan kata-kata yang kita gunakan merupakan faktor kunci lain
yang menentukan kemampuan komunikasi kita. Bahasa yang baik dan tepat
dapat membantu memperjelas dan meningkatkan kualitas presentasi atau
pembicaraan kita. Oleh karena itu perlu sekali bagi kita untuk
memperhatikan kata-kata dan bahasa yang kita pilih.
Pikirkanlah kata-kata yang akan anda gunakan, karena kemampuan
berbahasa yang buruk akan tercermin pada kualitas penyampaian pesan
kita. Hindari menggunakan kata-kata yang tidak perlu, seperti: apa
itu ….. apa namanya…ehm….you know…. dll. Jangan mengucapkan kata-
kata: maaf…..Jika anda salah mengucap, cukup anda ulangi sekali lagi
kalimat tersebut dengan benar.
Penampilan adalah kesan pertama. Jadi kita harus pastikan bahwa pada
saat kita maju atau berdiri untuk berbicara, hadirin atau audiens
kita memperoleh kesan yang baik terhadap kita. Pastikan bahwa
penampilan kita membawa pesan yang positif, dan kita kelihatan lebih
baik dan merasa lebih baik. Gunakan pakaian yang sesuai dengan
suasana pertemuan, dan sesuai dengan jenis pakaian yang digunakan
oleh para hadirin lainnya.
Komunikasi Non-verbal
Yang dimaksud dengan komunikasi non-verbal adalah: kontak mata,
ekspresi wajah, penampilan fisik, nada suara, gerakan tubuh, pakaian
dan aksesoris yang kita gunakan – semuanya memberikan efek atau
pengaruh yang cukup besar terhadap penyampaian pesan kita. Para
hadirin akan kebingungan ketika bahasa tubuh kita misalnya berbeda
dengan bahasa verbal yang kita ucapkan. Biarkan tubuh kita
berkomunikasi juga dengan audiens kita. Bahasa tubuh kita sebagai
pembicara atau pengirim pesan dan bahasa tubuh pendengar atau audiens
kita dapat membantu atau menghalangi proses komunikasi. Jika hadirin
duduk dengan sikap seperti mau tidur atau menunjukkan wajah bosan,
berarti kita harus mengubah suasana atau cara kita menyampaikan pesan.
Persiapan Mental
Dalam membangun kesiapan mental kita dalam berbicara di depan publik,
hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengurangi ketegangan
fisik dengan cara melakukan senam ringan (stretching). Karena kita
tidak dapat menurunkan ketegangan mental sebelum kita mengendorkan
otot-otot tubuh kita yang tegang. Seperti yang dikatakan oleh
psikolog Amerika yang terkenal Dr. Richard Gillett, "It is almost
impossible to go into alpha without considerable muscular
relaxation." Hampir tidak mungkin masuk ke kondisi alpha (kondisi
gelombang otak atau mental yang relaks) tanpa mengendorkan otot-otot
tubuh. Biasanya saya memegang ujung kaki sambil berdiri membungkuk
selama sepuluh detik. Kemudian tarik napas yang panjang dan dalam,
tahan beberapa detik, kemudian keluarkan napas pelan-pelan.
Selanjutnya anda bisa batuk sekali atau minum segelas air putih untuk
mempersiapkan vokal anda.
Cara lain yang efektif untuk membangun kesiapan mental adalah dengan
datang ke tempat pertemuan lebih awal. Dengan demikian kita dapat
mengetahui suasana dan keadaan terlebih dahulu. Selanjutnya kita bisa
mencari dukungan (back up support) dari orang-orang yang kita kenal
maupun kenalan baru serta dari mereka yang mengharapkan kita sukses
dalam presentasi nantinya. Mengobrollah dengan mereka sebelum
presentasi dimulai.
Berikut adalah beberapa prinsip dalam mempersiapkan mental kita
sebelum berbicara di depan publik:
1. Berbicara di depan publik bukanlah hal yang sangat menegangkan.
Dunia tidak runtuh jika anda tidak melakukannya dengan baik. Tidak
akan ada hal yang buruk yang akan terjadi setelah presentasi atau
penyampaian anda. Jadi tenang dan relaks saja.
2. Kita tidak perlu menjadi orang yang sempurna, cerdas ataupun
brilian untuk berbicara di depan publik.
3. Siapkan 2-3 poin pembicaraan atau pertanyaan, karena audiens anda
akan sulit untuk mengingat atau memperhatikan lebih dari tiga hal
dalam satu waktu.
4. Kita harus memiliki tujuan atau sasaran yang jelas dan terarah.
5. Kita tidak perlu menganggap diri kita adalah seorang pembicara
publik. Tujuan kita adalah menyampaikan pesan (message) kita kepada
hadirin.
6. Kita tidak perlu harus dapat sepenuhya menguasai seluruh hadirin.
Biarkan saja kalau ada beberapa yang tidak menaruh perhatian.
Fokuskan perhatian kita pada mereka yang tertarik dan mendengarkan
presentasi kita.
7. Kita harus ingat bahwa sebagian besar hadirin menginginkan kita
berhasil dalam presentasi atau penyampaian pesan kita.
Siapkan Pesannya
Dalam mempersiapkan public speaking, selain persiapan mental,
persiapan materi juga harus dilakukan dengan baik dan benar. Karena
kesiapan materi atau pesan yang akan kita sampaikan akan sangat
mempengaruhi kesiapan kita secara mental. Hal yang paling penting
adalah kesiapan pendengar atau audiens untuk menerima pesan kita.
Biasanya kita harus menyampaikan pokok-pokok pemikiran atau ringkasan
dari apa yang mau kita sampaikan sehingga audiens juga memiliki
kesiapan mental untuk menerima pesan tersebut. Paling tidak agenda
atau outline bahan pembicaraan kita sudah jauh-jauh hari kita
sampaikan terlebih dulu.
Hal yang pertama dalam mempersiapkan materi adalah mencari informasi
sebanyak-banyaknya mengenai materi yang akan kita sampaikan baik dari
buku-buku referensi, tulisan atau publikasi lainnya. Kita juga perlu
memperoleh informasi tentang audiens kita, baik tingkatan umur,
maupun pendidikan, pengalaman, bidang keahlian, minat dan sebagainya.
Sehingga kita bisa empati (ingat hukum komunikasi kedua) dan
berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh audiens kita.
Berikut adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam mengembangkan
topik atau materi:
1. Perkayalah topik dan bacaan yang telah kita lakukan dengan hal
yang uptodate dan riil terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman kita, maupun pengalaman orang lain adalah bahan yang
menarik untuk kita angkat.
2. Hilangkan bagian-bagian yang dirasakan membuat kita tidak fokus,
menimbulkan keragu-raguan atau melebihi jadwal waktu yang tersedia
untuk kita.
Kemudian kita tetapkan terlebih dulu apa tujuan atau sasaran kita.
Apa yang menjadi tujuan seminar, rapat, kuliah atau pertemuan ini?
Apa yang menjadi harapan panitia, kita sebagai pembicara dan seluruh
hadirin yang ada? Penetapan tujuan ini sangat berkaitan dengan
informasi yang kita dapatkan mengenai pendengar atau hadirin kita,
apa yang menjadi tujuan dan harapan mereka? Dapatkan umpan balik dari
teman-teman anda atau mereka yang ahli dalam bidang yang akan kita
presentasikan.
Setelah itu kemudian barulah kita susun peta pemikiran dari topik
yang dipilih. Mengenai teknik pemetaan pemikiran pernah kita
sampaikan pada edisi Mandiri 40. Teknik ini merupakan cara untuk
meringkas suatu tema atau pokok pikiran yang ada dalam buku. Pertama,
kita awali dengan menuliskan tema pokok di tengah-tengah halaman
kertas kosong. Kemudian seperti pohon dengan cabang dan ranting kita
kembangkan tema pokok menjadi sub-tema di sekelilingnya dengan
dihubungkan memakai garis seperti jari-jari roda.
Setelah itu buatlah agenda, outline atau catatan kecil tentang urutan
pembicaraan yang akan kita sampaikan. Sisipkan anekdot, kuis, cerita
ilustrasi, games, dan latihan-latihan untuk menjaga agar audiens
tidak bosan dan mengantuk. Persiapan tersebut termasuk menyusun
makalah, powerpoint presentation, transparent sheets, handouts, video
presentation, dan sebagainya sebagai materi utama presentasi anda.
Ingat pada saat presentasi jangan membacakan makalah atau terpaku
pada bahan utama anda. Berbicaralah seakan anda sedang berbicara
dengan satu-dua orang saja. Gunakan kontak mata dan fokuskan
perhatian pada mereka yang memperhatikan presentasi anda. Tetapi
sebisa mungkin anda memproyeksikan pembicaraan anda ke seluruh
ruangan dan seluruh hadirin.
Alat Bantu Visual
Untuk meningkatkan kualitas penyampaian pesan (hukum ketiga audible),
kita harus menguasai kegunaan dan penggunaan alat bantu visual
seperti misalnya slide, overhead projector, LCD (infocus) projector
yang langsung dihubungkan dengan komputer atau notebook anda.
Sebagian besar orang lebih mudah menangkap informasi yang berupa
gambaran visual daripada mendengarkan. Apalagi jika kita menggunakan
data-data numerikal, akan lebih menarik jika disajikan dalam bentuk
grafik, tabel atau bagan warna-warni. Anda bisa menggunakan software
tertentu misalnya powerpoint, untuk menggabungkan pointers anda
dengan suara, foto, clip art, animasi, dan video dalam satu file
presentasi. Kemampuan menggunakan alat bantu visual ini akan
memberikan kesan pertama kepada audience bahwa kita siap melakukan
presentasi.
Tetapi sekali lagi jangan terfokus pada alat bantu tersebut. Apalagi
jika terjadi kesalahan atau gangguan teknis, anda harus selalu siap
dengan cara presentasi yang langsung tanpa alat bantu. Atau sebaiknya
ada teknisi yang siap untuk mengatasi gangguan teknis tersebut.
Jangan sampai gara-gara alat bantu visual, anda kehilangan momentum
untuk menyampaikan topik atau materi presentasi anda.
Jadi dalam penyampaian pesan kepada publik, baik berupa pertanyaan,
pidato, kuliah, seminar, sepatah kata, yang paling penting bagi kita
adalah bahwa pesan kita dapat tersampaikan kepada penerima pesan
dengan baik dan jelas. Berbicara di depan publik bukan ujian atau pun
pengadilan untuk mengadili penampilan, kecerdasan, kecantikan atau
pun keluasan pengetahuan kita. It is simply a process of conveying
your message to the targetted audiences — nothing more nothing less.n
Public Speaking Forum ini adalah tempat kita bersama untuk melatih, berdiskusi, sharing dan mengupas tuntas tentang kemampuan public speaking. Forum ini tidak dimoderasi, dengan harapan masing-masing kita dapat bersikap profesional dan dewasa dengan tidak mengirimkan email promosi, MLM, SARA, dagang, menghujat, menghina pihak lain. Setiap orang yang melanggar akan langsung kami banned tanpa pemberitahuan tertlebih dahulu. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H