Suatu sore yang bengong dan gabut tiba-tiba saya mempertanyakan suatu hal  mengenai sambal.Â
dengan berbagai cabang pikiran dan pertanyaaan yang harus di jawab jadilah sebuah tulisan mengenai sambal.
tentu saja semua ini ada pemicunya, ketika nyemil macaroni tidak sengaja menikmati rasa pedasnya yang tentu saja membuat lidah kepanasan atau menari- nari. jadi, semua ini karena makanan yang membuat saya  bertanya-tanya.
Sungguh pertanyaan yang membagongkan, kenapa??? dan ada apa sebenarnya dengan sambal dan bagaimana manusia bisa menyukai sebuah rasa yang menyiksa lidah (pedas)Â mungkin saja sebagian yang lain tidak menyukai rasa pedas, bisa jadi pedas adalah salah satu aspek kenikmatan sehingga kita terus menerus dan ketagihan yang membuat perut sakit.
tentu saja semua yang tercipta di bumi  ada nilai dan manfaatnya, kalau saja tidak bermanfaat tentu saja punya nilai yang bisa di tukar dengan mata uang.sebagaimana nilai pedas itu punya nilai yang beragam walaupun nilai kebenaranya di luar nurul....mungkin pembaca akan mengira saya akan menuliskan mengenai sambal yang sebagai rempah-rempah tentu saja saya tidak akan menulis seperti itu, saya yakin tulisan mengenai sejarah sambal sudah banyak yang menulis.
sebagaimana mestinya manusia akan mempertanyakan sesuatu, kebetulan untuk saat ini saya memikirkan sambal meskipun sambal tidak memikirkan kita, hubungan berfikir dan mefikirkan tidak harus timbal balik. toh, sambal memang begitu adanya sambal memang begitu dan mempunyai nilai pedas.
Kesimpulanya adalah sambal akan terus ada esensi dan merupakan salah satu peradaban yang akan terus ada dintara peradaban manusia. bisa jadi 50 tahun sampai 100 tahun manusia akan menyukai pedas dan lagi pula lidah kita tidak merasakan manis asin saja , jangan lupakan pedas...menurut saya seperti ituÂ
Terimakasih sudah membaca tulisan saya yang kesimpulan tidak berkesimpulan, yang isinya tidak berbobot, tapi setidaknya ada tanda tanya mengenai sambal dan peradabannya bukan sekedar penikmat sambal saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI