Ternyata Anggota Koalisi Disibukan Caleg Masing-masing.
Oleh: Rg Bagus Warsono
Lembaga survai dibuat bingung realita di lapangan anggota partai koalisi disibukkan dengan pemenangan calon legeslatif yang memang berbarengan dengan Pilpres sekarang ini.
Baliho banyak tak menjamin  bahwa ada kerja koalisi untuk siapa yang diusung dalam koalisi.
Dari perjalanan awal terbentuknya koalisi hingga memasuki pendaftaran banyak hal yang oleh masyarakat tak mungkin menjadi mungkin, terjawab sudah ketika memasuki masa kerja kampanye koalisi. Ternyata dukungan itu hanya sebatas elite di atas. Sedang di daerah justru terbalik yang fokus pada pemilihan calon legeslatif.
Agaknya politikus di daerah dan para calon legeslatif mengambil untungnya saja dari suara suara nasional yang berkembang dimasyarakat sebab jika calon legeslatif yang memang telah memiliki bendera partai masing-masing dalam arti memiliki masa pendukung caleg masing-masing. Mereka tidak ingin salah membawa misi koalisi dimata pendukungnya sebagai caleg di lapangan.
Melihat gejala ini prediksi prediksi pengamat dalam menghitung jumlah anggota koalisi menjadi keliru pada saat itu. Ternyata realita mereka sibuk dengan urusan bagaimana memenangkan dirinya sebagai calon ledeslatif.
Disinilah letak kelemahan koalisi dalam mendukung tokohnya tak didukung bagian terdepan mesin koalisi.
Keadaan semacam ini dan sudah merata di semua daerah disebabkan pula karena masyarakat tidak ingin terjadi benturan sesama teman yang tlah lama dijalin. Rasa persatuan rakyat dan rasa ingin agar pemilu berjalan damai telah dimiliki rakyat Indonesia yang semakin tinggi tingkat kesadarannya.
Bukti itu masyarakat menganggap biasa menonton kampanye yang dianggap hiburan rakyat semata.
Karena itu semua apa yang digemborkan sebuah kekuatan, keunggulan dan juga tingkat elektabilitas tokoh yang diusung koalisi menjadi mengambang. Semuanya belum tentu benar.
Kekhawatiran pun muncul tentu saja pada pasangan Capres dan Cawapres yang merasa unggul telah menguasai beberapa daerah pemilihan, justru bukan tidak mungkin hasilnya akan sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H