Menerbitkan Buku Sendiri Biar Tekor Asal KesohorHal mengenai karya tulis sebetulnya banyak penulis yang memiliki karya sangat bagus, tetapi permasalahannya siapa yang mau menerbitkan gartis? Apalagi memberi royalti seakan jauh dari harapan, Bila ada pun seperti ikan kakap di empang bandeng.
Hanya orang itu sawang sinawang, penyair itu banyak macamnya. Tidak bisa dipukul rata semua berkecukupan. Ada yang dipinggir, ada yang menggelandang, ada yang menunggu kapan di bangku cadangan, ada merasa telah menjadi pelatih ada pula manager tim. Namun di luar stadion tidak semua itu penonton ada juga penyair yang hanya dapat meyaksikan.
Cerita mengenai penyair yang mendambakan memiliki buku antologi tungal telah terdengar lama olehku. Mereka tidak memiliki dana untuk menerbitkan buku sendiri. Menabung pun kalah dengan kebutuhan perut.
Namun akhirnya atas susah payah bahkan ada yang sampai menjual harta bendanya, jadilah sebuah buku antologi. Lalu setelah jadi mau diapakan? Apakah hanya sebatas itu? Itulah problema penyair.
Karena kesulitan menerbitkan secara gratis dan seribu satu penerbit yang mau, maka Lumbung Puisi menghargai penerbitan atas biaya sendiri.
Kami Lumbung puisi hanya setitik memberi penghargaan itu, yaitu sekedar pengakuan, merekomendasi sesama penyair, dan mengajak memahami arti penyair sesungguhnya.
Aku berkeyakinan bahwa antologi yang telah diterbitkan adalah karya sastra terbaik, meskipun dikatakan sendiri oleh penyairnya. Karena membuat antologi itu butuh dana dan proses kerja. Maka tak mungkin jika tidak bagus berusaha diterbitkan.
Keprihatinan penyair akan masa depannya sendiri ini apakah sama nasibnya dengan di negara lain? Tentu beda. Sebab di negara lain pun akan mengira Indonesia lebih menghargai penyair dan karyanya.
Mengapa orang luar negeri saat ini mengira Indonesia lebih menghargai penyair dan karyanya? Ya karena mereka cukup heran dengan banyaknya antologi yang diterbitkan dalam 1 tahun oleh penerbit. Mereka mengira penyair Indonesia sejahtera. Bandingkan dengan di Australia penyair di sana , menurut berita dan situs penyair Australia, penyair disana tidak ada yang menerbitkan bukunya atas biaya sendiri.
Akhirnya kita menyadari bahwa orang Indonesia tak lepas dari budaya dan warisan nenek moyang. Meskipun berat mengatakan Biar tekor asal kesohor, "pada-pada mangan segane" yang artinya bila orang lain bisa kita juga harus bisa.
(Rg Bagus Warsono, Kurator Sastra di Lumbung Puisi)