Mohon tunggu...
Regan W
Regan W Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Menulis yang bermanfaat dan menarik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanggapan Artikel: Merindukan Sosok Pemimpin Humoris

27 Mei 2023   15:20 Diperbarui: 27 Mei 2023   15:27 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam artikel tersebut, dibahas tentang kerinduan terhadap seorang pemimpin yang dalam konteks ini adalah seorang presiden dimana pemimpin yang dirindukan ini adalah presiden yang humoris termasuk di dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Diambil contoh seorang mantan presiden Indonesia yang memiliki karakter humoris yaitu KH Abdurahman Wahid atau kerap kali disapa dengan nama Gus Dur, presiden ini adalah presiden Indonesia yang sering kali mengungkapkan berbagai masalah di Indonesia saat itu dengan menggunakan konteks humor atau anekdot. Walaupun begitu pada kenyataannya banyak orang yang tidak mengerti atau tidak dapat memahami humor yang dikeluarkan oleh Gus Dur sehingga pada akhirnya banyak hinaan atau celaan dari masyarakat terhadap humor yang dikeluarkan oleh Gus Dur, justru banyak orang yang menganggap bahwa humor yang dikeluarkannya merupakan sebuah penghinaan ataupun pencemaran nama baik. 

Gus Dur sering kali mengungkapkan berbagai kritiknya melalui anekdot dan hal ini dapat mengajarkan kepada kita tentang apa makna dalam dari sebuah anekdot atau humor tertentu serta bagaimana kita dapat menyikapi humor tersebut dalam ranah yang positif sehingga tidak melibatkan emosi berlebihan yang akhirnya menimbulkan kebencian.

Teks anekdot menurut saya berdasarkan informasi dari artikel adalah sebuah lelucon sekaligus sindiran dimana Gus Dur yang merupakan presiden Indonesia yang paling humoris ternyata bekerja dengan menggunakan teks anekdot dimana ia hampir selalu mengungkapkan segala keluh kesah ataupun masalah yang terjadi di era pemerintahannya saat itu dengan menggunakan lelucon atau humor yang membuat semua masalah yang terjadi tetap dapat tersampaikan namun dengan kesan yang halus karena sudah dikemas dalam bentuk anekdot atau lelucon dan bahkan sering kali sindiran yang diberikannya terkesan lucu tanpa ada rasa unsur sindiran sama sekali.

Berikut adalah contoh dari teks anekdot yang terlihat lucu namun memiliki sindiran tentang suatu masalah di dalamnya, seperti yang dilakukan oleh Gus Dur pada era pemerintahannya. "Hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia: Patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng". Anekdot tersebut dibuat oleh Gus Dur dengan tujuan untuk menyampaikan sebuah sindiran mengenai polisi yang jujur karena pada era pemerintahannya dapat dikatakan ada beberapa anggota kepolisian yang melakukan kasus ketidakjujuran yang menyebabkan saat itu hal ini menjadi masalah yang cukup harus diperhatikna, sehingga bentuk sindiran yang disampaikan oleh Gus Dur adalah berupa anekdot yang menyatakan bahwa satu satunya polisi  hidup yang jujur menurut ia adalah Jendral Hoegeng, sementara sisanya adalah polisi tidur dan patung polisi.

Anekdot yang disampaikan oleh Gus Dur tersebut tentunya memuat sebuah arti penting di dalamnya yang tidak hanya sekedar lelucon atau humor biasa karena pada realitanya di dalam anekdot yang diungkapkan oleh Gus Dur tersebut terdapat sebuah sindiran yang sangat keras terutama tertuju untuk para pihak kepolisian yang bertugas di era pemerintahannya saat itu dimana fungsi dominan pada anekdot tentu saja sudah dapat dilihat adalah untuk mengkritik masalah yang sedang terjadi saat itu, yaitu mengenai ketidakjujuran para petinggi maupun anggota kepolisian yang mungkin pada saat itu banyak melakukan kasus ketidakujuran yang dapat dikatakan sudah meresahkan masyarakat maka dari itu Gus Dur mengungkapkan anekdot tersebut untuk mengkritik secara halus. Anekdot yang diungkapkan oleh Gus Dur ini juga memiliki arti lain selain mengkritik anggota kepolisian dimana anekdot ini juga bersifat memuji atau mengapresiasi Jendral Hoegeng yang saat itu memang benar-benar bekerja secara jujur dan membuat Gus Dur sangat kagum dengan cara bekerjanya itu hingga akhirnya menjadikan Jendral Hoegeng sebagai contoh karakter baik dan jujur dalam anekdotnya yang bertujuan untuk menyindir itu.

Tentunya anekdot seperti yang Gus Dur sampaikan, yaitu berupa sindiran terhadap pihak kepolisian juga dapat kita hubungkan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar kita pada saat ini dimana mungkin anekdot yang dibuat oleh Gus Dur mengenai "polisi jujur" dapat memiliki kaitan dengan kondisi yang kita alami saat ini dimana tidak jarang juga pada saat ini kita menemukan bahwa banyak kasus ketidakjujuran yang dilakukan oleh pihak kepolisian dimana banyak anggota kepolisian yang sering kali memeras masyarakat untuk mengeluarkan banyak uang agar permasalahan atau kasus yang sedang dihadapi dapat diselesaikan sehingga padda saat ini juga pihak kepolisian sudah dikenal masyarakat sebagai aparat berkedok uang karena terdapat juga beberapa kasus yang membuktikan bahwa para aparat kepolisian yang berkedok uang ini tidak mau bekerja atau melaksanakan tugas yang seharusnya bila tidak disertai dengan uang, walaupun begitu mereka dapat dikatakan melakukan hal ini secara gelap sehingga pemerintah cukup sulit untuk memberantas kasus seperti ini walaupun kenyataannya banyak masyarakat yang sudah tau mengenai masalah ini.

Kesimpulan akhir dari keseluruhan paragraf yang telah dibuat adalah bahwa sampai saat ini Indonesia belum menemukan lagi seorang pemimpin yang menjalankan tugas pemerintahannya dengan penuh humor dan candaan seperti Gus Dur, namun itulah titik hebat dari seorang Gus Dur dimana ia tetap dapat mengkritik serta menyelesaikan banyak masalah di era pemerintahannya walaupun ia terkesan menyelesaikannya dengan bercanda atau dalam bentuk humor. Tentunya hal ini juga dapat mengurangi emosi pihak-pihak tertentu karena walaupun anekdot yang disampaikan Gus Dur berupa sindiran namun dikemas dalam bentuk lelucon sehingga pihak yang berkaitan mungkin merasa tersindir namun tidak sampai sakit hati karena merasa dipermalukan. Sedikit saran yang mungkin dapat saya berikan bahwa teks anekdot adalah jenis humor yang sangat penting dan dapat digunakan dalam mengkritik seseorang tanpa menyakiti hatinya secara langsung sehingga dapat mengurangi kericuhan atau keributan, tentunya Indonesia memerlukan pemimpin seperti Gus Dur lagi karena banyak keributan terjadi karena pihak-pihk tertentu yang merasa tersindir sakit hati maka untuk mengurangi hal ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan kritik dalam bentuk anekdot.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun