Mohon tunggu...
Reture Akhnaton
Reture Akhnaton Mohon Tunggu... -

Mind stream itu berbahaya terhadap perkembangan otak dan Perilaku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dekade Demoralisasi

22 Februari 2014   01:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap pagi Saya menggunakan Kereta Api Comuterline Jakarta - Bogor atau sebaliknya dan biasanya hampir selalu berdiri, atau kalaupun duduk terus ada orang tua baik laki-laki maupun perempuan, orang hamil, orang-orang berkebutuhan khusus, atau orang tua yang bawa balita Saya akan langsung berdiri dan memberikan tempat duduk kepada mereka, walaupun sebenarnya Saya capek juga berdiri hamper setiap hari, tapi apa boleh buat.

Dalam kereta Comuterline yang Saya tumpangi banyak orang dari berbagai jenis, ada yang seperti saya memberikan tempat kepada yang membutuhkan dan ada yang tidak. Dalam pikiran Saya “Ah mungkin mereka juga capek atau mungkin mereka juga sedang tidak enak badan, ah mungkin mereka sedang sakit atau lainnya”. Tapi sering juga Saya melihat banyak anak-anak muda yang usianya lebih muda dari Saya yang turun di beberapa Universitas yang dilewati antara Bogor sampai Tebet (stasiun tujuan Saya) asik dengan gadgetnya, asik dengar music dan asik bercengkerama sesamanya dengan tidak peduli ketika di depannya ada Kakek, Nenek, orang tua, difable, orang hamil, ibu-ibu yang bawa balita, tanpa mempedulikan kehadirannya, seolah-olah ah itu urusan kalianlah kenapa naik kereta yang sudah penuh.

Sangat disayangkan para pemuda yang notabene mahasiswa dan calon pewaris Negara ini tidak peduli dan tidak merasa terganggu dengan orang-orang yang lebih membutuhkan tempat duduk dibanding dirinya. Mungkinkah ini efek dari yang kita lihat, dengar dan saksikan setiap hari di televisi, Koran, radio, media sosial atau secara langsung. Mungkinkah ini akibat para pemuda telah kehilangan sosok yang layak untuk ditiru. Pola pikirnya sudah rusak karena di represi para Pemimpinnya sibuk Korupsi, Wakil Rakyatnya sama rusaknya, Partai Politik yang tidak melakukan pendidikan politik dengan baik, Universitas dan sekolah yang sudah sangat komersil, para pengajar bukan lagi guru secara nyata yang mendidik dan mengajarkan, para LSM dan Ormass tidak mengakar rumput, Kebudayaan berganti kebudayaan POP, para filsuf sibuk rebutan posisi dan uang, agamawan sibuk membenarkan ajarannya sendiri dengan cara yang tidak toleran, pelajarnya sibuk tawuran, mahasiswanya terjebak dalam hedonisme?

ENTAHLAH.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun