Berawal dari unggahan video dari kanal YouTobe GTlosiar, terlihat dua anak kecil yang sedang memparodikan sinetron Indonesia yang suka diperbincangkan oleh emak-emak komplek. Dalam video tersebut terlihat dua anak kecil perempuan yang saling melontarkan percakapan. Begini kira-kira percakapannya:
A: “Ngapain lo berhijab?”
B: “Emangnya kenapa, kalau aku suka tobat kenapa?”
A: “Aduh yaampun! lo itu nggak cocok pakek jilbab!”
B: “Astagfirullahaladzim kamu ini berdosa banget.”
A: “Berdosyah!? Gue nggak ada dosa ya, lo itu yang berdosa!”
B: “Kamu jangan solimi!”
A: “Solimi, solimi, soleha.”
Pada percakapan di atas, terdapat kata “solimi” sebagai plesetan dari kata “zalim”. Kemudian, pengguna akun tiktok @bawangmerah mengunggah video di akun tiktoknya dengan menggunakan suara dari percakapan dua anak kecil perempuan tersebut. Tanpa diduga, penggunaan kata “solimi” menjadi viral. Orang-orang banyak menggunakan kata “solimi” sebagai bentuk memberi respon atau komentar kepada orang lain baik dalam dunia nyata ataupun dunia maya. Namun, apakah kalian tahu arti kata “solimi” yang sebenarnya dalam perspektif ilmu semantik?
Perlu diketahui, pengertian semantik menurut Chaer dalam Subuki (2011:4) ialah berasal dari bahasa Prancis, yaitu semantics atau semantique, dasarnya berasal dari kata sema nomina dalam bahasa Yunani , yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’; atau dapat juga semaino, verba dalam bahasa Yunani, yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Jadi, secara terminologis semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji arti bahasa. Arti yang dikaji dalam semantik memiliki batasan, yakni hanya berkaitan dengan persoalan arti kalimat dan bagaimana arti tersebut dapat terbentuk oleh setiap bagian yang ikut membentuknya, seperti kata, frasa, morfem dan klausa.
Kata “solimi” merupakan bentuk plesetan yang lebih halus dari kata “dholim” bentuk tidak baku dari kata “zalim” yang memilki arti bengis atau sesorang yang melakukan perbuatan aniaya yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dalam kajian semantik terdapat istilah eufimisme, yaitu bentuk ungkapan pengganti yang digunakan untuk mengperhalus efek dari ungkapan lain yang dirasa lebih kasar. Leech (1981) berpendapat bahwa eufimisme merupakan suatu tindakan yang mengubah istilah atau ungkapan yang bersifat menyinggung perasaan orang lain terdengar menjadi lebih menyenangkan.