Mohon tunggu...
Rahmat Febrianto
Rahmat Febrianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Blogger dan siswa; @rfebrianto; 2eyes2ears.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merekonstruksi Rencana Penyerangan ke Cebongan (Bagian 2)

7 April 2013   14:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:34 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambungan dari bagian pertama Modal pertama yang harus saya miliki adalah sebuah peta. Dengan mudah bisa didapat dari internet. [caption id="attachment_236698" align="aligncenter" width="655" caption="Tangkapan dari Wikimapia dan telah diedit"][/caption] Perjalanan saya kemaren dan pagi ini saya hitung mulai dari tanda panah merah. Tepatnya saya memulai dari perempatan jalan Magelang dengan jalan Wahidin. Sasaran saya, lapas Cebongan saya tandai dengan tanda X berwarna merah. Seluruh perjalanan saya tadi saya warnai dengan tinta merah. Catatan penting yang saya buat selama menuju sasaran. (1) Jarak dari tanda panah merah ke lapas tepat 4,0 kilometer; (2) Waktu tempuh pada pukul 10 pagi adalah 11 menit--akan lebih singkat lagi jika dilakukan pada tengah malam; (3) Di sepanjang jalan terdapat lampu penerangan jalan yang mungkin saja beroperasi malam hari itu; (4) Mulai dari titik awal hingga ke pertigaan sebelum lapas, jalan cukup lebar, sekitar 6 meter, sehingga dua kendaraan bisa berpapasan tanpa salah satu harus menepi; (5) Perkampungan cukup ramai, sehingga ada kemungkinan sebagian warga ada yang masih terjaga di malam itu; (6) Pertigaan ke lapas hanya ditandai oleh beberapa tiang berwarna merah dan jalan masuk ke sana lebih sempit, 3-4 meter, dan tidak beraspal baik seperti jalan utama. Walau telah dibekali dengan peta, saya masih tersasar hingga ke barat lagi karena tidak yakin di gang itu ada bangunan negara sana. Makanya, waktu tempuh 11 menit itu, ya, karena nyasar sekitar 1 menit ke barat dan balik lagi. Kalau tidak ragu dan di malam hari, maka saya hanya butuh 7-8 menit untuk sampai ke lapas. Jarak lapas dari pertigaan hanya 100 meter. Di selatan lapas ada komplek perumahan. Di seberang lapas, sebelah timur, ada dua rumah. Perkiraan saya, kalau seseorang berteriak di gerbang lapas, maka penghuni dua rumah di depan pasti mendengar karena memang jarak pagar lapas dengan rumah di seberangnya cukup dekat. Jarak dari pagar ke gerbang juga tidak jauh, sekitar 10-12 meter. Sementara itu di utara lapas hanya sawah. Tadi saya menemukan sekelompok petani yang sedang memanen padi di utara gerbang lapas. Itu tadi rencana masuk utama. Setelah memeriksa kembali saya menemukan kelemahan pada rencana masuk ini. Pertama, dengan asumsi saya datang dari arah timur melewati perempatan Kentungan dan terus ke jalan Magelang, saya mesti berputar ke barat sejauh 1 km lagi dari perempatan jalan Magelang karena pengerjaan jalan layang yang membuat kendaraan tidak bisa langsung berbelok ke utara ke arah terminal Jombor. Kedua, saya mesti masuk ke dalam terminal Jombor karena lagi-lagi ada pengalihan jalur di pintu selatan ke pintu utara terminal. Di pintu utara saya berisiko untuk bertemu dengan petugas pemungut retribusi. Seseorang pasti akan mengingat kendaraan yang lewat secara bersamaan. Kerahasiaan akan berkurang. Maka, ada dua alternatif lain yang bisa saya gunakan. Pertama, dari pintu selatan terminal saya tidak keluar melalui pintu utara, namun terus ke barat dan mengikuti jalan ke utara. Jalur ini saya tandai dengan warna hijau. Pilihan masuk dari jalan lingkar pun tidak hanya dari terminal. Ada jalan kecil di barat restoran Mc Donald (juga diwarnai hijau). Jalur yang berwarna hijau ini akan bertemu dengan jalur yang berwarna merah. Alternatif kedua adalah terus ke barat dari perempatan jalan Magelang. Sekitar 2 kilometer ke barat ada perempatan lagi ke utara, ditandai dengan Rumah Sakit Pendidikan UGM di utara perempatan (di peta saya warnai hijau juga) . Sama dengan alternatif pertama, saya juga akan bertemu dengan jalur merah. Jarak dari perempatan rumah sakit ke jalur merah hanya 800 meter. Dari kedua alternatif ini, maka saya akan memilih alternatif kedua sebagai pilihan jalan masuk. Pilihan awal (jalur merah) agak berisiko dan lebih jauh. Sekarang jalur keluar. Pilihan pertama adalah kembali ke jalan masuk tadi. Kalau menurut saya jalur yang paling singkat adalah yang melewati jalan Kabupaten (melewati rumah sakit UGM tadi). Terserah kemudian akan ke mana setelah berada di jalan lingkar. Saya tidak memilih untuk keluar melalui jalur yang saya lalui kemaren (berwarna biru). Pertama, saya punya risiko untuk berhadapan dengan petugas Koramil (tanda X berwarna ungu, sebelah utara) lalu kemudian petugas Polsek (tanda X ungu di sebelah selatan). Siapapun mereka, kalau bukan dalam rombongan saya, akan mengancam. Lihat juga peta di bawah ini. Jarak udara dari lapas ke Koramil hanya 485 meter. Di sebelah selatan Koramil ada Polsek Mlati (lihat panah kuning). Jadi ada dua institusi negara yang lain yang berada cukup dekat dengan lapas ini. Keduanya pasti aktif 24 jam, termasuk di malam itu. [caption id="attachment_236708" align="aligncenter" width="819" caption="Tangkapan Wikimapia"]

13653189201988599852
13653189201988599852
[/caption] Jalur ini juga tidak akan saya pilih karena dua bahaya lain. Pertama, saya akan berhadapan dengan Kompi Senapan C dari Yon 403. Jarak tempuh dari lapas ke markas mereka 6,6 km atau 7,5 menit (siang hari). Seandainya seseorang berhasil mencapai kantor koramil atau polsek tidak lama setelah kejadian, maka ada kemungkinan saya akan berhadapan dengan Kompi C ini. Menurut berita online yang saya baca, saya belum dapat lagi tautannya, berita keberadaan pasukan tidak dikenal melakukan penyerangan di malam itu membuat komandan militer Jogja membunyikan alarm dan menyiagakan pasukan. Jadi, potensi bahaya itu cukup besar kalau pilihan saya adalah melewati jalur ke selatan itu. Bahaya yang kedua akan muncul, seandainya saya berhasil melewati markas Kompi C dan terus ke utara melewati jalan lingkar. Di jalan lingkar ada pekerjaan perbaikan jalan yang menyebabkan jalur kendaraan roda 4 ditutup. Ada dua titik dengan panjang kurang-lebih 1 km masing-masingnya. Akibatnya kendaraan roda 4 dan lebih berebutan dengan roda 2 di jalur lambat roda 2. Penutupan jalur itu kembali terjadi setelah perempatan rumah sakit UGM hingga ke perempatan jembatan layang jalan Magelang. Namun, seandainya jalur biru ini tetap saya ambil, maka pilihan terbaik adalah masuk kota dari arah Godean, tetap dengan melewati markas Kompi C. Risiko ketahuan di kota lebih kecil dibandingkan dengan di jalur lingkar karena Jogja nyaris hidup 24 jam. Bagaimana dengan risiko tertangkap kamera CCTV di jalan raya? Berita di televisi tentang kamera pengawas juga sebenarnya bukan berita yang relevan. Pengamatan saya di perempatan jalan Magelang dan Godean tidak ada CCTV. Padahal di hari kerja kedua jalan ini macet bukan kepalang, bahkan mungkin lebih ramai daripada perempatan Kentungan. Perempatan jalan Magelang juga lebih ramai lagi karena pembangunan jalan layang. Namun, kedua perempatan ini tidak pernah ditayangkan kesibukannya. Coba saja lihat di Metro TV, hanya ada dua CCTV milik Polri di Jogja, lebih tepatnya satu di Sleman dan satu di kota Jogja. Di Sleman ada di perempatan Kentungan dan di Jogja ada di ujung utara Malioboro. Saya tidak pernah melihat CCTV lain di beritakan oleh NTMC Polri via Metro. Jadi, berita tentang CCTV yang mati itu tidak penting sama-sekali. Walaupun menyala, apa gunanya kalau ribuan alternatif jalan tersedia untuk melarikan diri. Jadi, simpulan rekonstruksi ini, (1) Jalan masuk terbaik adalah jalur hijau, sangat mungkin dari rumah sakit UGM; (2) Jalan keluar terbaik adalah melalui jalan masuk yang sama. Sempat saya berpikir bahwa alternatif lari ke utara dari lapas, namun jalan itu terlalu kecil dan tidak mulus untuk pelolosan. Jalur yang melewati jalan lingkar ini akan bisa digunakan untuk terus ke timur.; (3) Jika terpaksa mengambil jalur yang biru ke selatan, maka yang paling baik adalah masuk ke dalam kota, berbaur, itupun seandainya tidak buru-buru balik ke titik asal lagi. Jadi, anda sendiri yang harus menyimpulkan lagi, apakah memang peristiwa ini spontan dan berdasarkan informasi yang didapat dari masyarakat di jalan (tentang pemindahan dan lokasi pindahan). Kalau pelakunya seawam saya, maka ia butuh satu hari penuh untuk membuat rencana masuk dan keluar. Belum lagi menentukan jam J yang hanya beberapa jam sejak pemindahan. Rekonstruksi ini sendiri belum menghitung perlawanan dari penjaga lapas dan pihak lain di lapangan (ada petugas jaga Koramil dan Polsek yang mesti diperhitungkan). Pemilihan lokasi lapas Cebongan (kelas IIB), alih-alih lapas lain yang lebih besar Wirogunan (IIA), sebagai tempat penitipan tawanan sensitif, juga adalah keuntungan tersendiri. Andai di Wirogunan, maka cerita bisa jadi lain atau malah menjadi makin besar. Nusantara, 7 April 2013 ~~Cuma penggemar Jupiter Jones~~ Tambahan: Kesaksian warga di malam kejadian, tentang dugaan arah kedatangan dan pelolosan. Tidak sesuai dengan pengamatan saya, namun silakan bandingkan. Saksi menduga bahwa jalan masuk dari utara dan lolos ke selatan, sementara saya menduga mereka masuk dari selatan dan keluar juga dari jalan yang sama. Namun, di lapangan bisa saja berbeda. Kita sama-sama tunggu rekonstruksi sesungguhnya nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun