Mohon tunggu...
Rahmat Febrianto
Rahmat Febrianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Blogger dan siswa; @rfebrianto; 2eyes2ears.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bank BNI, Siapa Pemilik Nomor Telepon 021-29946800?

21 November 2012   02:09 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 1913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang kemaren saya menerima telpon yang keempat dari nomor di atas dalam satu pekan. Kali ini bisa saya angkat dan saya telah memiliki persiapan untuk mematahkan apapun yang akan dikatakan oleh orang yang ada di seberang telpon tersebut. Pagi sebelum telpon itu datang saya telah sempat memeriksa telpon itu melalui Google dan mendapatkan penegasan atas dugaan saya tentang siapa yang berusaha menghubungi saya tiga kali sebelumnya. Penegasan itu saya dapatkan di blog http://annosmile.com/blog/siapa-pemilik-021-29946800.jsp. Jadi, ini untuk ketiga kalinya saya menjawab telpon dari seseorang dari sebuah perusahaan yang mengaku berafiliasi dengan Bank BNI. Sekitar dua tahun yang lalu saya pertama kali mendapat telpon dari mereka. Pertama mereka tahu nama saya, dan tentu saja telpon saya yang terdaftar di BNI, dan bahwa saya pemilik rekening di BNI. Si wanita di ujung sana, berbasa-basi menanyakan status perkawinan dan jumlah anggota keluarga. Pertanyaan-pertanyaan ini membuat saya keberatan dan menanyakan apakah mereka sedang melakukan survei. Jika memang melakukan survei atas nasabah bank, saya sangat keberatan karena data saya diambil dari bank saya. Akhirnya ia menyatakan bahwa ia menawarkan produk sejenis asuransi bagi para nasabah BNI. Jika saya setuju, maka rekening saya akan dipotong sekitar, seingat saya, Rp.1000 sehari. Saya jelas keberatan. Begitu mudahkah sebuah perusahaan untuk mendapatkan uang dari seseorang? Lewat telpon dan kemudian memotong uang dari rekening? Saya menolak. Ketika berkunjung ke BNI saya menanyakan keberadaan perusahaan tersebut dan kerjasama mereka dengan BNI. Petugas layanan pelanggan mengatakan bahwa saya bisa menolak tawaran mereka setelah mengakui bahwa ada kerjasama dengan sebuah perusahaan seperti yang saya deskripsikan. Nah, ketika kemaren sore saya ditelpon lagi, saya langsung mengatakan bahwa saya tidak berminat. Si pria, berinisial U, bermaksud menjelaskan namun saya tetap menolaknya. Saya menegaskan bahwa saya tidak suka dengan cara kerja perusahaan ini dan reputasinya yang tidak jelas (saya akan jelaskan nanti masalah reputasi ini). Si pria itu terus berusaha menjelaskan namun saya bilang bahwa saya telah dua kali saya mengatakan bahwa saya tidak bersedia dihubungi lagi. Saya juga keberatan data saya diambil begitu saja dari bank. Ia terus membela diri bahwa data saya muncul dari sistem dan tidak ada kebocoran data nasabah dari BNI kepada mereka. Omong kosong, karena bagaimanapun ia memiliki nama dan nomor telpon saya. Saya tegaskan kepadanya untuk meminta kepada managernya untuk mencoret nama saya setiap kali apa-yang-mereka-sebut sistem itu mengeluarkan nama saya. Saya sungguh kesal karena saat kali kedua mereka menelpon, kala itu saya sedang shalat zuhur. Panggilan yang masuk selama saya shalat tiga kali dan salah satunya tidak bernomor. Karena mengira panggilan itu sangat penting, mendesak, dan dari orang yang paling dekat dengan saya, maka saya mempercepat shalat. Itulah yang membuat saya marah, dan terbawa hingga ke telpon kemaren. Siang kemaren saya menerima telpon yang keempat dari nomor di atas dalam satu pekan. Kali ini bisa saya angkat dan saya telah memiliki persiapan untuk mematahkan apapun yang akan dikatakan oleh orang yang ada di seberang telpon tersebut. Intinya saya tidak senang dengan cara bisnis yang ingin dapat enaknya saja seperti itu. Sekarang tentang reputasi perusahaan itu. Saya tidak ingat nama jelas nama perusahaan itu dengan jelas. Namun, pencarian saya di internet mendorong saya untuk "mengolok-olok" si penelpon itu di ujung sana. Saya bertanya di mana kantor perusahaanya. Ia jawab di Landmark. Lalu saya bertanya lagi, mengapa nomor 021- 29946800 tidak mengarah kepada sebuah perusahaan yang berkantor di sana, namun cuma dealer sepeda dan (belakangan saya temukan lagi) toko perangkat musik. Ngeyel, si orang itu meminta saya untuk mencek nomor telpon dan kantor perusahaan mereka. Buat apa? Bagi saya internet telah memudahkan saya untuk memeriksa banyak hal. Bukti-bukti di bawah ini bisa menunjukkan mengapa perusahaan itu kalau di Kaskus akan dikategorikan "UNRECOMMENDED SELLER". Alamat situs yang memiliki telpon yang sama dengan "perusahaan asuransi terafiliasi BNI" itu: http://julekabike.blogspot.com/2012/08/beranda.html http://themastersound.blogspot.com/2012/08/cara-pengiriman-barang-pesanan.html Perhatikan nomor telpon yang tertera di kiri layar, termasuk kesamaan kedua nomor ponselnya.  Keduanya berhubungan dengan Ibu Juleka dan Bapak Hartanto. Lalu bagaimana bisa kedua toko itu memiliki nomor yang sama dengan yang menelpon saya selama ini? Tangkapan layar dari kedua situs tersebut seandainya kedua situs itu dihapus kemudian ada di bawah ini.

1353536495524217452
1353536495524217452
Sebuah sudut di Nusantara, 21 November 2012 Perbaruan 3 Desember 2012 Gambar kartun Mice di Kompas Minggu 2 Desember 2012 bisa menjelaskan pengalaman banyak orang dengan gaya promosi di atas. Gambar diambil dari akun FB Mice Cartoon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun