Mohon tunggu...
Riziq HariFerlito
Riziq HariFerlito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang Kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia

Hanya orang yang suka menulis, menilai dan juga membagi pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Film

Estetika pada Bridge to Terabithia

25 Oktober 2022   08:00 Diperbarui: 25 Oktober 2022   08:01 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bridge To Terabithia, ketika mendengar judul film ini mungkin beberapa dari kalian akan teringat dengan film yang menghiasi tontonan televisi masa kecil.

Film ini menceritakan tentang Jesse Aarons (Josh Hutcherson) dan Leslie Burke (AnnaSophia), kedua sahabat yang berimajinasi akan kerajaan khayalan yang mereka sebut Terabithia. Jesse adalah anak laki-laki yang hobi menggambar, satu-satunya anak laki-laki dari 5 bersaudara.

Jesse seringkali diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya, ayahnya  pun tak  menyukai hobi Jesse yang gemar menggambar. Sementara itu, Leslie adalah perempuan yang berprilaku tomboy yang menjadi murid baru di kelas Jesse.

Jesse yang diceritakan sebagai seorang anak yang kerap mendapatkan tindakan perundungan dan tidak memiliki teman di sekolahnya.

Dirinya berlatih dengan keras untuk mengikuti dan memenangkan lomba lari, sayangnya ia di kalahkan oleh Leslie yang merupakan seorang perempuan satu-satunya di trek balapan tersebut.  

Dari kejadian ini, Jesse tidak mengingkan untuk kenal bahkan berteman dengan Leslie, yang kemudian diketahui bahwa Leslie ternyata anak pindahan yang rumahnya bertetangga dengan Jesse.

Awalnya Jesse tidak ingin berteman dengan Lesie, namun sikap Leslie yang supportif terhadap Jesse membuat Jesse mencoba untuk dekat dengan Leslie. Leslie mengetahui Jesse yang suka menggambar selalu men-support Jesse dan bahkan ia menghadiahkan Jesse satu set alat menggambar di hari ulang tahun Jesse.

Jesse setiap harinya pulang sekolah bersama adiknya, Maybelle. Setiap hari Jesse akan bermain ke hutan bersama Leslie dan selalu menyuruh adiknya pulang ketika turun dari bus sekolah. Untuk sampai di hutan tersebut, keduanya berayun menggunakan tali untuk menyeberangi sungai. Leslie adalah anak yang sering berkhayal akan sesuatu yang fantasi, imajinasi yang diwujudkan Leslie kemudian ikut dirasakan Jesse.

Leslie mengajak Jesse untuk berkhayal akan sebuah kerajaan fantasi yang dinamakan Terabithia oleh Leslie. Keduanya adalah seorang ratu dan raja yang harus menjaga dan memimpin Terabithia.

Suatu hari Jesse yang berjanji untuk pergi ke Terabithia dengan Leslie, membatalkan janji tersebut. Ia lebih memilih ikut dengan guru seni musiknya yang ia sukai pergi ke pameran lukisan, tentu Jesse akan lebih menyukai pameran ini karena kegemarannya akan menggambar.

Sesampainya dirumah euphoria Jesse sepulang dari pameran seketika hancur ketika mendengar kematian Leslie. Leslie terjatuh ketika ia menyeberangi sungai karena tali yang digunakannya untuk berayun terputus dan kepalanya terbentur bebatuan sungai. Kematian Leslie sebagai satu-satunya teman Jesse membuat dirinya sangat bersedih, Jesse kemudian menyesal karena dirinya tidak pergi bersama Leslie ke Terabithia. Kehadiran Leslie membuat hari-hari Jesse lebih riang namun kini Jesse kembali kepada hidup nya yang membosankan.

Jesse kemudian mulai bangkit dari kesedihannya, ia mencoba untuk melanjutkan kenangannya dengan Leslie di Terabithia. Ia kemudian membangun jembatan di sungai yang sebelumnya harus menggunakan tali untuk menyeberanginya, jembatan ini digunakan untuk menyeberang ke dunia fantasi Terabithia. Maybelle, adik Jesse kemudian dinobatkan sebagai ratu selanjutnya dari Terabithia.

Film fantasi yang pada umumnya menyuguhkan cerita yang membahagiakan dan aksi yang menegangkan, Bridge To Terabithia berhasil mendobrak stigma tersebut dan menyuguhkan film fantasi dengan makna mendalam. Film yang diadaptasi dari novel Katherin Paterson yang terbit di tahun 1977  ini, ingin menyampaikan permasalahan yang dekat dengan hubungan sebuah keluarga. Bagaimana lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertama seorang anak akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupannya. Gaya hidup, cara berpikir, hingga cara untuk mengekspresikan diri.

Visual yang dihadirkan dalam film ini memiliki kesamaan dengan gaya visual film fantasi pada umumnya, seperti Narnia dan Lord Of The Rings yang memiliki karakteristik yang berlatar pada hutan, sebuah istana kerajaan, binatang-binatang mitologi, monster-monster dan lain sebagainya

Bridge To Terabithia, secara  mise en scene mencoba menghadirkan aspek-aspek yang sama dari film fantasi lainnya. Dari segi setting film ini menjadikan hutan sebagai latar utama nya yang dihidupi oleh berbagai makhluk mitologi seperti Squogre, tupai yang memiliki perawakan besar, Squogre juga dibuat sebagai makhluk imajinasi dari Scott Hoagre, salah satu anak yang sering merundung Jesse di sekolahnya. Gary Fulcher yang juga merupakan teman dari Scott juga di imajinasikan sebagai makhluk terbang yang berbulu tebal, dan makhluk raksasa pohon yang dihadirkan sebagai bentuk monster imajinasi dari Janice yang juga suka merundung Jesse dan Leslie di sekolahnya.

Sebagaimana judulnya itu sendiri, Bridge To Terabithia memiliki maksud sebuah jembatan yang menghubungkan antara realita yang ada dengan angan-angan setiap anak. Jembatan yang menghubungkan dengan sebuah dunia fantasi lengkap dengan istana nya. Istana Terabithia juga merupakan bentuk khayalan dari rumah pohon yang Jesse dan Leslie temukan di tengah hutan tersebut.

Jembatan yang dibangun untuk terhubung ke Terabithia merupakan sebuah bentuk resolusi dari akhir cerita dan juga sebagai wujud dari pembelajaran dari kecelakaan yang menimpa Leslie ketika menyeberangi sungai.

Berbeda dengan film Narnia yang lebih memfokuskan artistiknya pada sebuah kostum yang merujuk pada estetika zaman medieval, Bridge To Terabithia mereferensi dari realita yang ada pada kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, hingga persahabatan. Cerita yang anti-klise dengan menjual alur yang mengarah pada edukasi parenting secara terang-terangan dicoba untuk disampaikan kepada penonton. Yang juga didukung oleh akting dari jajaran cast yang pada saat itu terkenal pada masanya. 

Film yang berdurasi 1 Jam 36 Menit ini berhasil menguras air mata dan mendapatkan rating sebanyak 7,1/10 dari penilaian 141.279 penonton, dilansir dari situs imdb.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun