Mohon tunggu...
Rezza Pahlevi
Rezza Pahlevi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Jika tidak sabar dengan lelahnya belajar, maka bersabarlah dengan perihnya kebodohan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Maulid Nabi Muhammad SAW, Hari Kelahiran Politisi Sejati

12 Desember 2016   18:24 Diperbarui: 12 Desember 2016   18:38 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kondisi kekinian yang menuju pada liberalisasi kehidupan telah menjadikan agama sebagai bahan gunjingan dan politisasi. Agama disesuaikan dengan kehidupan. Bahkan ada pula yang meninggalkan agama sebagai pengatur kehidupan. Padahal jika ditilik secara mendalam, agama juga mengatur seluruh aspek kehidupan. Inilah karakter Islam yang jarang disinggung. Terlebih lagi, Islam mengatur persoalan politik.

Sayang sekali, partai politik dalam sistem demokrasi menjadikan agama sebagai tameng mendulang suara. Ujungnya demi kepentingan pemilu dan pemenangan. Rakyat tak ubahnya sebagai ‘piaraan’ yang disuguhi ketika ada kepentingan. Kepentingan sesaat menjadi segalanya halal. Lagi-lagi rakyat dikibuli dan sakit hati. Hal penting yang harus dilakukan partai politik adalah PENDIDIKAN POLITIK, agar rakyat melek dan mau mengoreksi penguasa.

Disadari atau tidak, umat Islam pun masih apriori dengan politik. Pengabaian ini pun akhirnya mengokohkan penguasa yang dzalim dan khianati rakyat. Jika ditelisik lebih lanjut, salah satu faktor tindakan politisi dan parpol berbuat demikian karena menjadikan politik Barat sebagai rujukan. Padahal politik Barat itu ada rasa kapitalis dan kadang komunis. Seharusnya para politisi (khususnya politisi islam) menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai rujukan dalam berpolitik. Hal ini karena Rasulullah Saw selain sebagai nabi juga sebagai pemimpin negara yang paling berpengaruh di dunia.

Jika ada yang menganggap Rasulullah bukan kepala negara. Maka ini kekeliruan terbesar. Faktanya, rasulullah melakukan kontak dengan raja-raja di belahan dunia. Mengirimkan surat kepada Heraklius penguasa romawi, Raja Bahrain, dll.

Maka dari itu dengan adanya Maulid Nabi SAW pada Senin 12 Desember 2016 seharusnya memberikan kesadaran kolektif pada umat manusia. Caranya dengan menjadikan momentum kelahiran politisi Islam yang ideologis. Bukan politisi pragmatis. Kita rindu kemunculan politisi sekaliber Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al Fatih, dan lainnya. Sekarang sudah saatnya politisi menyadari siapa rujukan yang pantas dalam politik. Dengan momentum Maulid Nabi Saw era politik yang kotor dan culas segera berakhir, diganti dengan politik Islam. *Politik yang bermakna mengurusi urusan umat baik dalam negeri maupun luar negeri dengan syariat Islam. Apakah kita siap?*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun