Terinspirasi dari para pecinta klub sepak bola MU yang menjuluki diri mereka dengan MU Lovers dan menjuluki orang-orang yang tidak suka dengan sebutan MU Haters.. "Your Hate Make Us Stronger, We Are not Arrogant Just Better"
Jokowi Lovers, sebutan saya bagi merek, orang-orang yang telanjur jatuh cinta dengan sosok Jokowi yang ndeso, sederhana, murah senyum, dan tidak banyak kata saat diwawancarai awak media.. Banyak orang yang kepincut dengan sosoknya, membela habis-habisan segala macam opini minor tentang dirinya, membela habis-habisan untuk mempromosikannya, walaupun tidak dibayar. Masih belum luput dari ingatan ada beberapa kawan yang sangat mengidolakan Jokowi, sampai timeline twitter saya penuh dengan promosinya akan Jokowi. Luar biasa! Fenomena! Menurut saya hal ini luar biasa fenomenal, tidak hanya politisi saja yang ramai beropini tentang sosok Jokowi, namun masyarakat awam juga tak kalah ramainya, terutama melalui dunia maya, social media! Yang menjadi tanda tanya besar bagi saya yaitu: Apa alasan seseorang jatuh cinta terhadap sosok Jokowi?! Parameter atau variabel apa saja yang menjadi dasar seseorang menjatuhkan hatinya pada sosok Jokowi? Ada beberapa variabel yang mungkin menurut saya paling dominan: Pemberitaan di Media! Apakah ada yang mengetahui persis bagaimana www.worldmayor.com bisa menempatkan Jokowi menjadi salah satu dari 5 nominator Walikota Terbaik di Benua Asia dan 25 nominator Walikota Terbaik di Dunia? Apa parameternya? Jika hanya berdasarkan "voters", maka menurut saya hal tersebut belum bisa dijadikan landasan, apalagi jika metodenya dengan mengirimkan sms atau sejenisnya seperti kontes-kontes menyanyi di televisi. Metode berdasarkan "voters" sejatinya tidak ada masalah, karena merupakan hak setiap orang untuk memilih seseorang yang diidolakannya. Namun, seharusnya www.worldmayor.com juga membuka kepada publik secara transparan bagaimana metode penilaian para walikota tersebut bisa menjadi nominator Walikota Terbaik. Boleh jadi, ada segelintir orang "berduit" yang punya kepentingan merogoh koceknya dengan sukarela untuk "memenangkan kepentingannya". Saya tidak berburuk sangka, saya ingin mengajak kompasianer untuk lebih objektif dalam menilai. Saya pribadi termasuk orang yang kagum dengan sosok Jokowi. Pemberitaan media tentang Jokowi pun seolah-olah sangat bombastis menjelang pilkada DKI Jakarta, terutama pemberitaan tentang proyek mobil Esemka yang senantiasa diliput sangat gencar oleh media. Saya berpikir dan merenung kembali, jangan-jangan saya sudah "termakan" pemberitaan media, alias pencitraan! Ini yang saya khawatirkan, karena begitu banyak Jokowi Lovers yang membabi buta membela habis-habisan dirinya, padahal belum begitu mengenal sosok Jokowi lebih mendalam. Media (pasti) berpihak! Siapa yang bisa menjamin bahwa media tidak berpihak atau netral? Untuk beberapa pemberitaan yang common mungkin saja tidak ada unsur rekayasa ataupun penggiringan opini publik. Berbeda dengan pemberitaan yang menyangkut politik, (pasti) politis! Tiada yang bisa membantah bahwa Metro TV milik Surya Paloh, TV One milik Abu Rizal Bakrie, RCTI-Global TV-MNC yang tergabung dalam MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo yang belakangan bergabung bersama Surya Paloh (Partai Nasdem). Apakah kita bisa menjamin pemberitaan media tersebut 100% murni tanpa rekayasa atau penggiringan opini publik? Partai. Apakah kita sudah lupa bagaimana ketika Megawati dari PDI-Perjuangan menjadi Presiden? Banyak aset negara yang diprivatisasi aka dijual? Juga banyak anggota DPR asal PDI-P yang tersangkut kasus? Padahal PDI-P merupakan partai yang memback-up Jokowi. Tidak sedikit yang berpendapat, kalau Partai-nya busuk, maka begitupun kader yang diusungnya, namun mengapa seolah-olah banyak orang yang melupakan hal ini? Coba kita jujur pada diri sendiri, kira-kira selama ini kita mencintai Jokowi, memang karen tahu persis bagaimana kinerja Sang Idola tersebut? Bagaimana track record-nya? Atau jangan-jangan sama dengan saya, "korban pencitraan media" ? Jika saya ditanya saya berada di posisi yang mana di antara Jokowi Lovers vs Jokowi Haters, dengan tegas akan saya jawab, "Saya berada di antaranya". Follow me @__Wir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H