Saya tertarik dengan gagasan seorang guru besar IPB yang mencoba untuk mengkritik arah pembangunan di era orde baru yang cenderung lebih berorientasi pada pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi yang sifatnya materialistis. hal tersebut itulah yang kemudian menciptakan suatu kesenjangan besar antara orang-orang yang menikmati "hasil" dengan mereka yang dikorbankan untuk pembangunan.
Hal ini jugalah yang kemudian menginspirasi saya untuk membuat tulisan ini. saya memang tidak memiliki data-data statistik yang akurat. saya hanya merefleksikannya dari pengalaman orang-orang di sekitar saya di dunia kampus.
Zaman sekarang dunia semakin canggih, pengaruh modernisasi benar-benar kuat mengakar dalam kehidupan pemuda-pemudi yang berorientasi pada kebarat-baratan (termasuk penulis). namun modernisasi gagal di terapkan dalam suatu nilai etos dan etiket kehidupan barat yang baik. pemuda kita cenderung mengadopsi teknologi-teknologi barat yang dapat dikatakan hanya pemuas nafsu konsumtif belaka.
Pemuda Indonesia kehilangan arah dalam membangun jati diri. sementara di dalam negeri tidak ada lagi teladan yang mampu mengajarkan "kedewasaan" hidup dengan baik. pengaruh dari luar menghempas jiwa-jiwa muda yang mudah terguncang dengan segala kemewahan dan kenikmatan yang di janjikan jika mengikuti jalannya.
Pendidikan karakter yang diharapkan kemudian hanya menjadi retorika utopia yang terkemas indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H