"Al-Mas'udi meriwayatkan bahwa Abdul Malik mendapatkan informasi bahwa salah satu pejabatnya menerima hadiah. Ia pun segera memanggilnya guna melakukan klarifikasi.
Si pejabat menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, negerimu makmur, pajakmu melimpah, dan rakyatmu dalam kondisi yang baik." Abdul Malik menukas, "Jawablah pertanyaanku tadi! Apakah engkau menerima suatu hadiah sejak pengangkatanmu?"
"Ya", aku si pejabat.
Abdul Malik berkata, "Jika engkau menerimanya tanpa memberikan kompensasi (ganti) apa-apa, berarti engkau bermoral rendah Dan jika engkau memberi si pemberi hadiah sesuatu yang bukan hartamu sendiri, atau engkau memberikannya sesuatu yang nilainya tidak sepadan, berarti engkau berkhianat lagi zhalim. Engkau diberi jabatan apa pun pastilah itu tidak steril dari kejelakan moral, pengkhianatan, atau kebodohanmu yang dibuat-buat."
Tak pelak lagi, Abdul Malik pun memecatnya."(hal. 193)
Begitulah salah satu beberapa penggalan paragraf dari buku ini yang mencoba menjelaskan konsep pemikiran Abdul Malik yang terkenal dengan kepimimpinannya yang adil. Ia menjelas salah satu pemikiran Abdul Malik dengan sederhana. Dengan pembahasaan seperti demikian, saya yakin khalayak dapat memahami pemikiran ini dengan mudah.
Setelah membaca buku ini, kita sadar bahwa mempelajari sejarah islam bukanlah sesuatu yang rumit dan jenuh. Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif menyulap buku sejarah islam yang umumnya membosankan menjadi sesuatu yang sangat renyah dinikmati. Menurut saya sangat bermanfaat sekali bagi anak-anak dikenalkan dengan buku seperti ini. Tidak hanya untuk anak, buku ini pun sangat layak dibaca bagi anda yang berusia dewasa. Buku ini menjadi rekomendasi yang bagus bagi anda yang ingin membaca peristiwa dan kehidupan kaum muslimin saat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H